Search
Close this search box.
Search
Close this search box.

Peringatan Tahun Baru Islam 1445 Hijriah, Tujuh Semangat yang Patut Diteladani

Dalam rangka menyambut Tahun Baru Islam 1 Muharram 1445 H, Pondok Pesantren Darunnajah mengadakan tabligh akbar dan zikir bersama yang dihadiri oleh seluruh santri kelas 1 sampai kelas 6 serta para Asatidzah.

 

Acara yang bertempat di halaman depan Masjid Jami’ Darunnajah ini dimulai pukul 05.30 WIB dengan zikir bersama yang dipimpin oleh Ustadz Maemun, S.Pd.I., dan dilanjutkan dengan sambutan oleh Drs. K.H. Mustofa Hadi Chirzin.

Pada kesempatan tersebut, beliau menyampaikan bahwa kegiatan Peringatan Tahun Baru Islam ini merupakan bagian dari pendidikan. Beliau juga menambahkan bahwa hijrah dalam historis, ada hijrah pertama dan kedua ke Habasyah, lalu hijrah ketiga ke Madinah. Tapi hijrah dalam bentuk semangat akan dilakukan berulang-ulang kali.

Acara dilanjutkan dengan Nasihat dan Ceramah agama yang disampaikan oleh Ustadz Muhlisin Ibnul Muhtarom, S.H.I., M.Pd., yang merupakan pengajar Pondok Pesantren Darunnajah 2 Cipining. Dalam ceramahnya, beliau mengungkapkan tujuh pesan semangat yang terkandung dalam peringatan tahun baru Hijriah ini:

1. The Power of Niat
Mengutip hadits Nabi Shalallahu alaihi wasallam yang diriwayatkan dari Amirul Mukminin Umar bin Khattab Ra., “Sesungguhnya setiap perbuatan manusia itu tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap manusia (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Barang siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan.”
Maka, niatkanlah segala sesuatu untuk akhirat dan dunia pun akan mengikutinya. Namun, tidak dengan sebaliknya.

 

2. Husnu Tandzim atau Strategi yang Baik
Dalam proses hijrah Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam dari Mekkah ke Madinah, Beliau telah menyusun strategi dengan matang. Pembagian tugas kepada beberapa Sahabat merupakan salah satu kunci dari suksesnya perjalanan Hijrah ini.
Belajar dari hal tersebut, dibutuhkan strategi yang baik pula agar dapat mencapai kesuksesan dalam hidup, tidak hanya di dunia, tetapi juga di akhirat.

 

3. Al-Mutsabarah
Tidak serakah. Rasulullah mempunyai istri yang memiliki banyak harta, tapi lebih memilih berhijrah ke Madinah dengan meninggalkan hartanya tersebut.

4. Ma’iyyatullah (Selalu bersama Allah)
Seperti slogan yang sering digaungkan: “Allah dulu, Allah lagi, Allah terus.”

 

5. Ukhuwah Islamiyyah
Hubungan manusia yang kekal hanyalah hubungan dalam ikatan Islam atau biasa disebut Ukhuwah Islamiyyah. Apapun golongan dan kelompoknya, umat Islam hanya akan menjadi Al-Muhajirun atau orang yang berhijrah, dan pada kesempatan lain akan menjadi Al-Anshar atau orang yang menolong.

 

6. Al-Walaa’ wa Al-Baraa’
Dalam bulan Muharram, disunnahkan untuk berpuasa pada tanggal 10 Muharram atau biasa disebut puasa Asyura.Namun, untuk membedakan Islam dengan umat lain pada zaman itu, maka disunnahkan pula untuk berpuasa dari tanggal 9 Muharram (Puasa Tasu’a).
Dari hal tersebut, kita bisa belajar tentang Al-Walaa’ (loyal kepada Islam) dan Al-Baraa’ (berlepas dari non-muslim).

 

7. Al-Muhasabah
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
من كان يومه خيرًا من أمسه فهو رابح
“Barang siapa yang hari ini-nya lebih baik daripada hari kemarin-nya, maka ia adalah orang yang beruntung.”

Ceramah pun ditutup dengan muhasabah dan doa bersama, lalu dilanjutkan dengan foto bersama dan diakhiri dengan menyantap hidangan sarapan yang telah disediakan.

 

(Penulis: Usth. Nurul Intan Azizah Dien, Lc./Fotografer: Darunnajah Production House)

Pendaftaran Santri Baru