Khutbah Pertama
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، الَّذِي خَلَقَ الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ، وَجَعَلَهُ خَلِيفَةً فِي الْأَرْضِ لِيَعْمُرَهَا بِالْإِيمَانِ وَالْعَمَلِ الصَّالِحِ. أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَلَى نِعَمِهِ الَّتِي لَا تُعَدُّ وَلَا تُحْصَى، وَأَشْكُرُهُ عَلَى تَوْفِيقِهِ وَهِدَايَتِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، إِلَهُ الْأَوَّلِينَ وَالْآخِرِينَ، وَرَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرَضِينَ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، وَصَفِيُّهُ مِنْ خَلْقِهِ وَخَلِيلُهُ، الْمَبْعُوثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ، وَالْهَادِي إِلَى الصِّرَاطِ الْمُسْتَقِيمِ.
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الطَّيِّبِينَ الطَّاهِرِينَ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوصِيكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ، فَقَدْ قَالَ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيمِ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala,
Pada kesempatan yang mulia ini, marilah kita bersama-sama meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT dengan sebenar-benarnya takwa. Hendaklah kita senantiasa memelihara iman dan amal saleh kita, serta menjaga diri dari segala bentuk kemaksiatan dan kemungkaran. Semoga dengan demikian, kita akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Hadirin yang berbahagia,
Tema khutbah kita pada hari ini adalah “Menjaga Kesucian Iman di Tengah Arus Modernisasi”. Ini merupakan topik yang sangat relevan dan penting untuk kita bahas, mengingat tantangan yang dihadapi umat Islam di era modern ini semakin kompleks dan beragam.
Modernisasi telah membawa banyak perubahan dalam kehidupan manusia. Di satu sisi, kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan telah memberikan banyak kemudahan dan kenyamanan bagi kita. Namun di sisi lain, arus modernisasi juga membawa dampak negatif yang dapat mengancam kesucian iman kita jika tidak disikapi dengan bijak.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surah Al-Ankabut ayat 2-3:
أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ ﴿٢﴾ وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ ۖ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ ﴿٣﴾
“Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, “Kami telah beriman,” dan mereka tidak diuji? Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta.”
Ayat ini mengingatkan kita bahwa iman bukanlah sekadar pengakuan lisan, melainkan harus dibuktikan dengan keteguhan hati dan amal saleh, terutama ketika menghadapi berbagai ujian dan godaan. Di era modern ini, ujian terhadap keimanan kita datang dalam berbagai bentuk yang terkadang sangat halus dan tidak disadari.
Berikut ini beberapa tantangan yang dihadapi umat Islam dalam menjaga kesucian iman di tengah arus modernisasi:
1. Materialisme dan Konsumerisme
Kemajuan ekonomi dan teknologi telah mendorong budaya konsumerisme yang berlebihan. Banyak orang terjebak dalam pengejaran harta dan materi, sehingga melupakan nilai-nilai spiritual dan tujuan hidup yang sebenarnya. Allah SWT memperingatkan kita dalam Surah At-Takatsur ayat 1-2:
أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ ﴿١﴾ حَتَّىٰ زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ ﴿٢﴾
“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur.”
Sebagai umat Islam, kita harus mampu menyikapi kemajuan materi dengan bijak, tidak terjebak dalam keserakahan dan selalu mengingat bahwa harta adalah amanah dari Allah yang harus dipertanggungjawabkan.
2. Sekularisme dan Liberalisme
Paham sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan publik, serta liberalisme yang menafsirkan agama secara bebas tanpa batasan, telah merasuk ke dalam berbagai aspek kehidupan. Hal ini dapat mengikis keyakinan dan mengaburkan nilai-nilai Islam yang fundamental.
Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 208:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ
“Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu.”
Ayat ini mengingatkan kita untuk berpegang teguh pada ajaran Islam secara menyeluruh, tidak terpecah-pecah atau mengambil sebagian dan meninggalkan sebagian yang lain.
3. Hedonisme dan Pergaulan Bebas
Budaya hedonisme yang mengedepankan kesenangan duniawi dan pergaulan bebas yang mengabaikan norma-norma agama telah menjadi ancaman serius bagi generasi muda Muslim. Kita harus waspada dan membentengi diri serta keluarga kita dari pengaruh negatif ini.
Rasulullah SAW bersabda:
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Setiap dari kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini mengingatkan kita akan tanggung jawab kita dalam membimbing dan melindungi keluarga serta masyarakat dari pengaruh negatif yang dapat merusak iman dan akhlak.
4. Media Sosial dan Informasi yang Menyesatkan
Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi telah membuat penyebaran informasi menjadi sangat cepat dan masif. Namun, tidak semua informasi yang tersebar adalah benar dan bermanfaat. Banyak informasi yang menyesatkan, termasuk yang berkaitan dengan agama, dapat dengan mudah tersebar dan mempengaruhi pemahaman keagamaan masyarakat.
Allah SWT mengingatkan kita dalam Surah Al-Hujurat ayat 6:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَن تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu.”
Ayat ini mengajarkan kita untuk selalu bersikap kritis dan melakukan verifikasi terhadap informasi yang kita terima, terutama yang berkaitan dengan agama.
Hadirin yang dirahmati Allah,
Menghadapi berbagai tantangan tersebut, kita perlu mengambil langkah-langkah konkret untuk menjaga kesucian iman kita. Berikut beberapa cara yang dapat kita lakukan:
1. Memperkuat Ilmu dan Pemahaman Agama
Kita harus terus meningkatkan ilmu dan pemahaman kita tentang Islam. Dengan ilmu yang kuat, kita akan mampu membedakan antara yang hak dan yang batil, serta tidak mudah terpengaruh oleh pemahaman yang menyimpang.
Allah SWT berfirman dalam Surah Az-Zumar ayat 9:
قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ
“Katakanlah, “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sebenarnya hanya orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran.”
Dalam konteks ini, peran pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam tradisional menjadi sangat penting. Pesantren telah terbukti mampu mencetak generasi Muslim yang kuat dalam ilmu agama dan mampu menghadapi tantangan zaman. Di pesantren, para santri tidak hanya belajar ilmu agama secara mendalam, tetapi juga dilatih untuk hidup sederhana, mandiri, dan memiliki akhlak yang mulia.
2. Membiasakan Diri dengan Ibadah dan Zikir
Ibadah dan zikir adalah benteng yang dapat melindungi kita dari godaan duniawi. Dengan selalu mengingat Allah, hati kita akan tenang dan tidak mudah tergoda oleh hal-hal yang dapat merusak iman.
Allah SWT berfirman dalam Surah Ar-Ra’d ayat 28:
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.”
Di pesantren, kebiasaan beribadah dan berzikir ini sangat ditekankan. Para santri dibiasakan untuk melaksanakan shalat berjamaah, membaca Al-Qur’an, dan mengikuti majelis zikir secara rutin. Kebiasaan ini diharapkan dapat menjadi bekal bagi mereka ketika kembali ke masyarakat dan menghadapi berbagai tantangan modernisasi.
3. Menjaga Pergaulan dan Lingkungan
Lingkungan dan teman pergaulan sangat mempengaruhi keimanan seseorang. Kita harus pandai memilih teman dan lingkungan yang dapat mendukung ketaatan kita kepada Allah.
Rasulullah SAW bersabda:
الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ ، فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
“Seseorang itu akan mengikuti agama temannya, maka hendaklah salah seorang dari kalian memperhatikan siapa yang dia jadikan teman.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
Pesantren menyediakan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan iman dan akhlak para santri. Mereka dikelilingi oleh teman-teman yang memiliki tujuan yang sama dalam menuntut ilmu agama dan beribadah kepada Allah. Hal ini dapat menjadi contoh bagi kita untuk selalu berusaha menciptakan lingkungan yang positif di mana pun kita berada.
4. Memanfaatkan Teknologi untuk Kebaikan
Alih-alih menghindari teknologi, kita harus mampu memanfaatkannya untuk hal-hal yang positif, seperti menuntut ilmu, berdakwah, dan menyebarkan kebaikan. Dengan demikian, kita dapat mengambil manfaat dari kemajuan zaman tanpa terjerumus dalam dampak negatifnya.
Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Qashash ayat 77:
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِن كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
“Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.”
Banyak pesantren modern saat ini telah mengintegrasikan teknologi dalam sistem pendidikannya. Para santri diajarkan untuk memanfaatkan teknologi informasi untuk menunjang pembelajaran mereka, sekaligus dibekali dengan pemahaman tentang etika bermedia sosial dan literasi digital yang sesuai dengan nilai-nilai Islam.
5. Menjaga Keluarga dan Mendidik Generasi Muda
Keluarga adalah benteng pertama dalam menjaga iman. Kita harus memberikan pendidikan agama yang kuat kepada anak-anak kita sejak dini, serta menjadi teladan yang baik bagi mereka dalam mengamalkan ajaran Islam.
Allah SWT berfirman dalam Surah At-Tahrim ayat 6:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
Pesantren telah lama menjadi pilihan bagi banyak orang tua untuk mendidik anak-anak mereka dalam ilmu agama dan akhlak mulia. Sistem pendidikan pesantren yang menggabungkan antara ilmu agama dan ilmu umum dapat menjadi inspirasi bagi kita dalam mendidik generasi muda di era modern ini.
Hadirin yang dimuliakan Allah,
Menjaga kesucian iman di tengah arus modernisasi bukanlah hal yang mudah, namun bukan berarti mustahil. Dengan tekad yang kuat, ilmu yang memadai, dan ketaatan kepada Allah SWT, kita akan mampu menghadapi berbagai tantangan zaman tanpa kehilangan identitas kita sebagai seorang Muslim.
Mari kita jadikan modernisasi sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas hidup kita, baik secara material maupun spiritual. Janganlah kita menjadi budak teknologi dan kemajuan zaman, tetapi jadikanlah itu semua sebagai alat untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT dan meningkatkan amal saleh kita.
Akhirnya, marilah kita tutup khutbah ini dengan berdoa kepada Allah SWT agar senantiasa meneguhkan iman kita, melindungi kita dari fitnah dunia, dan memberikan kekuatan kepada kita untuk istiqamah di jalan-Nya.
اللَّهُمَّ اهْدِنَا فِيمَنْ هَدَيْتَ، وَعَافِنَا فِيمَنْ عَافَيْتَ، وَتَوَلَّنَا فِيمَنْ تَوَلَّيْتَ، وَبَارِكْ لَنَا فِيمَا أَعْطَيْتَ، وَقِنَا شَرَّ مَا قَضَيْتَ، فَإِنَّكَ تَقْضِي وَلَا يُقْضَى عَلَيْكَ، إِنَّهُ لَا يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ، وَلَا يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ، تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ. أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيمَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِينَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Khutbah Kedua
الْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ.
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ، اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. وَاعْلَمُوا أَنَّ اللهَ سُبْحَانَهُ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيهِ بِنَفْسِهِ، وَثَنَّى بِمَلَائِكَتِهِ بِقُدْسِهِ، فَقَالَ تَعَالَى: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، فِي الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ.
اللَّهُمَّ ارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ، أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِينَ، وَعَنِ التَّابِعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ. اللَّهُمَّ ارْحَمْ مَوْتَانَا، وَاشْفِ مَرْضَانَا، وَعَافِ مُبْتَلَانَا، وَاقْضِ الدَّيْنَ عَنْ مَدِينِينَا، وَارْحَمْ ضَعْفَنَا يَا قَوِيُّ.
اللَّهُمَّ انْصُرِ الْإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِينَ، وَأَعْلِ كَلِمَةَ الْحَقِّ وَالدِّينِ. اللَّهُمَّ آمِنَّا فِي أَوْطَانِنَا، وَأَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلَاةَ أُمُورِنَا، وَاجْعَلْهُمْ هُدَاةً مُهْتَدِينَ.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى. اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ، وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ، وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ، وَجَمِيعِ سَخَطِكَ.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى، وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ، وَاللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ.