Dalam beberapa waktu terakhir, kita dikejutkan oleh kabar tentang larangan penggunaan hijab bagi dokter dan perawat Muslimah di salah satu Rumah Sakit di Jakarta.
Kejadian ini memunculkan reaksi beragam di kalangan masyarakat, terutama umat Islam yang menganggap hijab sebagai bagian penting dari identitas dan kewajiban religius.
Peristiwa ini mengajak kita untuk merenungkan lebih dalam mengenai pentingnya berpegang teguh pada prinsip-prinsip agama, khususnya dalam situasi yang menantang seperti ini.
Hijab, sebagai salah satu simbol ketaatan kepada Allah SWT, telah menjadi topik pembicaraan yang hangat di berbagai belahan dunia.
Larangan hijab di tempat kerja bukanlah hal baru, tetapi setiap kali isu ini muncul, selalu ada hikmah yang dapat kita petik.
Artikel ini akan membahas secara mendalam mengenai hakikat hijab dalam Islam, tantangan yang dihadapi Muslimah dalam mempertahankan identitas keislaman mereka, serta bagaimana kita dapat mengambil hikmah dari kejadian tersebut.
Hakikat Hijab dalam Islam
Hijab merupakan salah satu kewajiban yang diperintahkan Allah SWT kepada wanita Muslimah. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَٰلِكَ أَدْنَىٰ أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
“Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzab: 59)
Ayat ini menegaskan bahwa hijab bukanlah pilihan, melainkan kewajiban yang diperintahkan langsung oleh Allah SWT untuk menjaga kehormatan dan identitas seorang Muslimah.
Hijab adalah lambang kesucian, kesalehan, dan kepatuhan seorang Muslimah terhadap perintah-Nya. Selain itu, hijab juga berfungsi sebagai pelindung dari pandangan-pandangan yang tidak baik, sebagaimana Allah SWT berfirman:
قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ۚ ذَٰلِكَ أَزْكَىٰ لَهُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.’” (QS. An-Nur: 30)
Dalam konteks sosial, hijab juga berfungsi untuk menjaga interaksi yang sehat antara pria dan wanita, serta mencegah fitnah dan gangguan.
Dengan mengenakan hijab, seorang Muslimah menegaskan identitasnya sebagai hamba Allah yang taat, serta menyatakan bahwa dirinya bukanlah objek pandangan atau penilaian berdasarkan penampilan fisik semata.
Tantangan dan Ujian Keteguhan Iman
Di zaman modern ini, tantangan bagi seorang Muslimah untuk mengenakan hijab semakin besar, terutama dalam lingkungan profesional.
Kasus larangan hijab di RS Medistra hanyalah salah satu contoh dari banyaknya ujian yang dihadapi Muslimah dalam menjalankan kewajiban agama.
Tekanan untuk mengikuti norma-norma sosial yang tidak sesuai dengan ajaran Islam sering kali membuat Muslimah berada di persimpangan antara mempertahankan prinsip agama atau menyerah demi kenyamanan duniawi.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 155)
Ayat ini menunjukkan bahwa ujian adalah bagian dari kehidupan setiap Muslim.
Ujian tersebut dapat berupa cobaan fisik, mental, atau sosial, yang semuanya bertujuan untuk menguji keteguhan iman seorang hamba.
Dalam hal ini, larangan hijab dapat dilihat sebagai ujian bagi Muslimah untuk mengukur sejauh mana mereka mampu bertahan dalam menjalankan perintah Allah, meskipun harus menghadapi risiko atau konsekuensi yang berat.
Nabi Muhammad SAW juga bersabda:
أَشَدُّ النَّاسِ بَلَاءً الأَنْبِيَاءُ، ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ، فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ، فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلَاؤُهُ، وَإِنْ كَانَ فِي دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِيَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ، فَمَا يَبْرَحُ الْبَلَاءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِي عَلَى الأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ
“Orang yang paling berat ujiannya adalah para nabi, kemudian yang semisal, lalu yang semisal. Seseorang akan diuji sesuai dengan kadar agamanya; jika agamanya kuat, maka ujiannya akan semakin berat; dan jika agamanya lemah, maka ujiannya akan sesuai dengan tingkat kekuatannya. Ujian akan terus menimpa seorang hamba hingga ia berjalan di muka bumi dalam keadaan tanpa dosa.” (HR. Tirmidzi)
Hadis ini mengajarkan bahwa semakin kuat iman seseorang, maka semakin berat pula ujian yang akan dihadapinya.
Ujian tersebut adalah cara Allah SWT untuk membersihkan dosa-dosa hamba-Nya, sekaligus sebagai sarana untuk meningkatkan derajatnya di sisi Allah.
Hikmah dari Kejadian ini
Dari kasus larangan hijab di RS salah satu di Jakarta, ada beberapa hikmah yang dapat dipetik oleh umat Islam:
- Menguatkan Solidaritas Umat Islam: Peristiwa ini memicu kesadaran di kalangan umat Islam akan pentingnya saling mendukung dalam menjalankan syariat. Solidaritas di antara sesama Muslimah, bahkan umat Islam secara keseluruhan, semakin kuat ketika menghadapi tantangan seperti ini. Hal ini terlihat dari banyaknya dukungan yang mengalir, baik melalui media sosial, aksi solidaritas, maupun advokasi hukum.
- Memperdalam Pemahaman tentang Hak-hak Muslimah: Kejadian ini menjadi momentum bagi umat Islam untuk lebih memahami hak-hak mereka, terutama dalam konteks kebebasan beragama. Kesadaran akan hak-hak ini penting agar Muslimah dapat mempertahankan prinsip-prinsip agama mereka dengan cara yang bijak dan legal.
- Menjadi Ladang Dakwah: Kasus ini juga membuka peluang bagi Muslimah untuk menjelaskan kepada masyarakat luas tentang makna hijab dan pentingnya menjalankan syariat Islam. Melalui dialog yang konstruktif, Muslimah dapat menyampaikan pesan-pesan Islam yang penuh rahmat dan kebaikan, serta membangun pemahaman yang lebih baik di antara berbagai kelompok masyarakat.
- Meningkatkan Keteguhan Iman: Ujian ini menjadi pengingat bagi setiap Muslimah akan pentingnya keteguhan iman. Dengan tetap berpegang pada prinsip agama di tengah tekanan, mereka membuktikan bahwa keimanan mereka bukan sekadar formalitas, tetapi sesuatu yang benar-benar menjadi bagian dari hidup mereka.
- Menguatkan Perjuangan dalam Menegakkan Syariat: Peristiwa ini juga mengingatkan umat Islam bahwa perjuangan untuk menegakkan syariat Islam adalah tugas yang harus terus dilakukan. Setiap tantangan dan rintangan yang muncul harus dihadapi dengan kesabaran dan strategi yang tepat, demi tercapainya kehidupan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Prinsip Islam dalam Menghadapi Tekanan
Islam menuntut umatnya untuk tetap teguh dalam menjalankan ajaran agama, meskipun harus menghadapi berbagai tekanan dan tantangan. Allah SWT berfirman:
فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا ۚ إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
“Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan orang yang telah bertaubat bersamamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Hud: 112)
Ayat ini menegaskan pentingnya istiqamah, atau keteguhan dalam menjalankan perintah Allah, meskipun kondisi sekitar tidak selalu mendukung.
Umat Islam diajarkan untuk tetap berada di jalan yang lurus, bahkan ketika dihadapkan pada ujian yang berat sekalipun.
Nabi Muhammad SAW juga memberikan nasihat yang sangat penting dalam hal ini:
مَنْ أَحَبَّ دُنْيَاهُ أَضَرَّ بِآخِرَتِهِ، وَمَنْ أَحَبَّ آخِرَتَهُ أَضَرَّ بِدُنْيَاهُ، فَآثِرُوا مَا يَبْقَى عَلَى مَا يَفْنَى
“Barang siapa yang mencintai dunianya, maka ia akan merugikan akhiratnya; dan barang siapa yang mencintai akhiratnya, maka ia akan merugikan dunianya. Maka utamakanlah apa yang kekal atas apa yang fana.” (HR. Ahmad)
Hadis ini mengingatkan kita bahwa dalam membuat keputusan, terutama yang berkaitan dengan prinsip agama, kita harus mengutamakan akhirat di atas dunia.
Dunia ini hanya sementara, sedangkan kehidupan yang kekal adalah di akhirat.
Oleh karena itu, ujian seperti larangan hijab di beberapa tempat harus dihadapi dengan kesadaran bahwa mempertahankan prinsip agama adalah jalan menuju kebahagiaan yang abadi.
Oleh : Publikasi dan Dokumentasi