Perasaan rindu pada keluarga menjadi ujian terberat bagi para santri yang menuntut ilmu di pesantren. Jauh dari orang tua, saudara, dan suasana rumah membuat hati terasa berat dan sepi. Namun, menuntut ilmu adalah kewajiban mulia yang harus dijalani dengan ikhlas. Lingkungan baru yang sangat berbeda dengan suasana rumah membuat santri butuh waktu beradaptasi. Kebiasaan hidup mandiri tanpa bantuan orang tua menjadi tantangan tersendiri.
Rasulullah SAW mengajarkan bahwa kerinduan pada keluarga adalah fitrah manusia. Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya doa orang tua untuk anaknya itu mustajab dan tidak tertolak.” (HR. Abu Dawud no. 1532). Jadikan rindu sebagai motivasi untuk lebih giat menuntut ilmu. Belajar dengan sungguh-sungguh adalah bentuk berbakti kepada orang tua.
Menjalin komunikasi rutin dengan keluarga melalui telepon atau surat menjadi salah satu solusi santri melepas kerinduan atau berbagi cerita dengan teman-teman yang juga merasakan hal sama. Menuntut ilmu adalah investasi masa depan. Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga.” (HR. Muslim no. 2699)
Menjadi santri berarti belajar mandiri dan menghargai pengorbanan orang tua membangun karakter dan mental yang kuat dan Membentuk pribadi yang tangguh dalam menghadapi tantangan. Rindu pada keluarga adalah hal wajar yang dirasakan santri. Namun dengan manajemen waktu yang baik, komunikasi rutin, dan fokus pada tujuan menuntut ilmu, santri dapat menjalani masa pendidikan dengan optimal.
Mari jadikan rindu sebagai cambuk semangat untuk meraih prestasi. Ingatlah bahwa kesuksesan kita di pesantren adalah hadiah terindah bagi orang tua yang selalu mendoakan di rumah.