Maulana Ishaq rah.a. berasal dari Samarqand, dekat Bukhara di Uzbekistan. Beliau sebagai ahli pengobatan. Maulana Ishaq datang di Jawa Timur pada 1404 M bersama dengan ayahnya, Syekh Maulana Ahmad Jumadil Kubro dan saudara ayahnya, yaitu Maulana Malik Ibrahim. Maulana Ishaq pada awal datang di tanah Jawa menetap di Gresik. Setelah itu ditugaskan oleh Maulana Malik Ibrahim menuju kerajaan Syiwo-Buddho Blambangan untuk berdakwah di sana. Oleh karena pengaruhnya juga sampai daerah Panarukan dan Pasuruan, selatan Ampel Dento, Suroboyo.
Maulana Ishaq yang sering disebut-sebut sebagai ayah Sunan Giri menikah dengan Dewi Sekardadu, putri Adipati Blambangan, Prabu Menak Sembuyu. Belum lagi anak itu lahir, Maulana Ishaq sudah diusir karena Adipati Blambangan tidak suka gerakan dakwah Islam yang dilakukan menantunya itu. Oleh karena itu, Maulana Ishaq pindah ke Pasai.[1] Ketidaksukaan penguasa Blambangan terhadap Islam ini kelak berlanjut dalam kancah perang terbuka masa Sultan Trenggono.
Ketika berada di Pasai, beliau mengajarkan Islam sampai akhirnya wafat di sana[2]. Di antara murid-murid yang belajar kepada beliau adalah putranya sendiri, yaitu Ainul Yaqin (Sunan Giri), Makhdum lbrahim (Sunan Mbonang) dan Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati).
Foot Note:
[1] Prof. DR Hasanu Simon, 2004, Misteri Syekh Siti Jenar, hal. 55
[2] Ibid, Misteri Syekh Siti Jenar, hal. 55
[WARDAN/DR]