Search
Close this search box.
Search
Close this search box.

Biografi Maulana Ahmad Jumadil Kubra

Maulana Ahmad Jumadil Kubra rah.a. berdakwah keliling di daerah Jawa Timur. Tokoh ini sering disebutkan dalam berbagai babad dan cerita rakyat sebagai salah seorang pelopor penyebaran Islam di tanah Jawa. Ada pula yang menyebutkan bahwa dia adalah ayah Maulana Ishaq.

Ada beberapa versi di mana letak makamnya, ada yang berpendapat di Troloyo Trowulan, ada pula yang berkeyakinan di Semarang[1], atau di desa Turgo (dekat Pelawangan), Yogyakarta Belum diketahui secara pasti mana makamnya yang benar. Adapun yang paling terkenal adalah yang terletak di Troloyo, Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur.

Menurut Serat Kandha sebagaimana yang disebutkan Th. Pigeud, Jumadil Kubro termasuk salah satu penyebar Islam Jawa yang berada di Mantingan, selain Nyampo di Suku Dhomas, Dada Petak di Gunung Bromo, dan Maulana Ishak di Blambangan. Mereka ini dipandang sebagai para pemimpin jamaah-jamaah Islam di masing-masing perkampungan Islam[2].

Menurut Kronik Banten, Syekh Jumadil Kubro digambarkan sebagai seorang nenek moyang Sunan Gunung Jati. Dikisahkan bahwa salah seorang putera Syekh Jumadil Kubra yang bernama Ali Nurul Alam tinggal di Mesir, Ali Nurul Alam berputra Syarif Abdullah. Syarif Abdullah berputra Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati)[3].

Demikian pula menurut Babad Cirebon, Syekh Jumadil Kubra dianggap sebagai leluhur Sunan Gunung Jati dan wali-wali lain seperti Sunan Mbonang, Sunan Ampel, dan Sunan Kalijogo. Sedangkan menurut Kronika Gresik, Syekh Jumadil Kubra memiliki hubungan darah dengan Sunan Ampel dan tinggal di Gresik. Putera Syekh Jumadil Kubra bernama Maulana Ishaq ditugaskan ke Blambangan untuk melakukan Islamisasi di sana. Maulana Ishaq adalah ayah Sunan Giri. Jadi, Syekh Jumadil Kubra menurut versi ini adalah kakek Sunan Giri[4].

Menurut Raffles dalam, “History of Java” yang mencatat kisah-kisah legenda dari Gresik menyebutkan bahwa Syekh Jumadil Kubra adalah pembimbing wali yang pertama. Dikisahkan, Raden Rahmat (Sunan Ampel) mulanya datang dari Champa ke Palembang kemudian meneruskan perjalanan ke Mojopahit.

Foot Note:

[1] Menurut pendapat Prof. Hasanu Simon, makam Syekh Jumadil Kubra berada di Troloyo, Trowulan, Mojokerto Jawa Timur. Prof. DR Hasanu Simon, 2004, Misteri Syekh Siti Jenar. 55. Pada tanggal 18 Juli 2014 penulis pernah singgah di tempat yang dianggap sebagai makam Syekh Jumadil Kubra di sebelah timur pelabuhan Tanjung Emas Semarang. Tidak mudah memastikan bahwa tempat tersebut adalah makam Syekh Jumadil Kubra, karena boleh jadi hanya petilasan yang pernah beliau singgahi, lalu diyakini sebagai makam.

[2] Op.Cit., Kerajaan Kerajaan Islam di Jawa, Th. G.Th. Pigeud. hal.19

[3] Op.Cit.,Wali Songo: Rekonstruksi Sejarah yang Disingkirkan, hal. 52-53

[4] Ibid, Wali Songo: Rekonstruksi Sejarah yang Disingkirkan, hal. 53

[WARDAN/DR]

Pendaftaran Santri Baru