Islam adalah agama yang telah kita pilih, Islam adalah agama yang datang dari Allah. Apakah kita sudah Ridha agama ini datang dari Allah? Ya, tentu saja. Jika seluruh manusia mengatakan sesuatu, sementara Allah punya perkataan lain, perkataan siapa yang lebih baik dan lebih penting? Tentu saja Perkataan Allah. Jika seluruh dunia melakukan sesuatu, sementara kita diberi tahu, bahwa hal itu tidak sesuai dengan agama, semestinya tidak perlu ada perasaan berat dalam hati untuk mengatakan; “Ya Allah, jika aku mati hari ini, aku sadar bahwa Islam telah menjadi pilihanku, Aku telah memilih mengabdi pada-Mu, dan aku mengetahui segala aturan-Mu.”
Sangatlah sulit berbicara pada hari ini, karena kita hidup di dunia yang sekuler. Terkadang mereka mempermasalahkan hal kecil yang ada padamu dan membesar-besarkannya, yang sebenarnya bukanlah masalah. Seolah-olah mereka tak menyadari bahwa kita pun percaya punya hak memilih, entah itu sebagai muslim atau bukan. Namun faktanya, ketika memilih Islam, kita tidak merasa bebas mempraktekkannya. Kamu tidak bisa mengatakan: “Sepertinya Islam perlu dimodifikasi.” Kalau begitu, sebut saja dirimu “Muslim Modifikasi.”
Jika ada yang bertanya, apakah kamu seorang Muslim? maka jawab; “Bukan, saya ‘Muslim Modifikasi’.” jadi orang-orang bisa kenal. Tapi jika anda menyebut diri anda sebagai Muslim, maka engkau harus berserah diri.
Tahukah, apa makna Lilin yang ada dalam perayaan Ulang Tahun?
Pada masa Eropa Kuni, ketika terjadi cuaca buruk pada musim dingin, orang-orang biasanya mengurung diri dan memakai apapun yang biasa menjaga tubuh mereka agar tetap hangat. Dan jika mereka keluar rumah, mereka bisa mati. Mereka pun menghitung jumlah orang yang mati, untuk merayakan orang-orang yang selamat dari musim dingin. Mereka berkata: “Alam datang ingin membunuh kita dalam bentuk cuaca dingin, karena masih bertahan hidup, maka kita perlu meniup lilin sebagai tebusan jiwa kita.”
Mereka menaruh beberapa lilin sesuai usia, dan meniupnya agar menjadi tebusan. Kita yakin bahwa itu merupakan kebobrokan yang terjadi di abad pertengahan di Eropa, dan itu berasal dari budaya Syetan. Tapi hari ini orang-orang berkata: “Apa salahnya cuma meniup lilin?” Tapi kita tidak menyadari bahwa itu sepertinya ritual orang-orang Pagan (penyembah berhala). Dan hari ini orang-orang menjadikannya sebagai tradisi dan mempraktekkannya dalam berbagai moment, seperti valentine, dsb.
“Memang apa salahnya? Kenapa kita dilarang menunjukkan kasih sayang?” Ternyata kita telah dibodohi dengan keyakinan tertentu yang menghendaki diadakannya perayaan besar-besaran. Tak sadar bahwa kita semakin dekat dengan alam kubur, atau bertambahnya tanggung jawab di pundak. Hal ini bukan berarti kita tidak boleh berdoa agar Allah memberkahi usia, saat usia bertambah.
Tapi yang perlu diperhatikan adalah: Pertama, kita punya kalender Hijriyyah. Kedua, tradisi seperti ini jauh dari nilai-nilai Islam. Islam datang dari Allah, bukan dari manusia. Jika ikut keinginan masing-masing manusia, maka kita akan merayakannya karena anak-anak kita pun bersikeras ingin melakukannya. Kita mesti berusaha memahamkannya kepada mereka, dan menceritakan asal mula tradisi ini.
Yang menyedihkan adalah semua orang melakukannya, bahkan seorang tokoh agama pun ikut-ikutan. Sangat menyedihkan memang kita hidup di zaman seperti yang diceritakan dalam sebuah hadits: ‘Orang yang berpegang teguh pada agamanya seperti orang yang menggenggam bara api‘.” (HR Tirmidzi) [WARDAN/AbuAdara]