Search
Close this search box.
Search
Close this search box.

Waspada Nomophobia, Rasa Cemas Akibat Tanpa Gadget

Kejadian mati listrik di pulau Jawa beberapa waktu lalu tentunya cukup menggemparkan masyarakat. Terlebih zaman sekarang serba membutuhkan sumber daya listrik. Bagi anda penggguna gadget, tentunya hal ini memusingkan anda, karena anda kesulitan untuk menemukan tempat untuk mengisi baterai yang melemah. Sinyal beberapa operator seluler pun juga terganggu akibat pemadaman yang berlangsung cukup lama.

Tetapi sadarkah anda, rasa cemas yang berlebih ketika tidak mampu menggunakan gadget merupakan salah satu tanda bahwa anda nomophobia?

Nomophobia adalah singkatan dari “no mobile phone phobia”, yaitu sindrom ketakutan jika tidak mempunyai atau tidak memiliki akses ke telepon genggam.

Ini karena ponsel berjenis smartphone yang bisa menyimpan berbagai kenangan secara digital, telah dianggap sebagai perluasan diri dari si pemiliknya.

Bagi pengguna media sosial seperti Facebook, Instagram, dan Twitter, foto-foto yang mereka unggah adalah bagian dari eksistensi diri dan untuk menunjukkan kehidupan mereka.

Itulah sebabnya mengapa tanpa smartphone di tangan, mereka seperti merasa kehilangan anggota badan. Hal ini dikenal sebagai nomophobia, yang akan terjadi semakin parah karena perangkat digital yang semakin personal.

Seorang nomophobia biasanya akan merasa cemas apabila terpisah dengan gawai miliknya. Bahkan ia bisa merasa tidak nyaman saat kehabisan baterai, kuota, pulsa, atau berada di luar jaringan.

Rata-rata pengguna ponsel mengecek ponsel mereka sebanyak 80 kali per hari. Selain itu, mereka juga akan menggeser layar dan mengklik sebanyak 2617 kali perhari. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata pengguna ponsel adalah nomophobia. Entah sadar atau tidak.

Berikut ini adalah tanda-tanda seseorang yang mengalami nomophobia:

  • merasa cemas saat baterai ponsel lemah, di luar jaringan, atau kehabisan pulsa
  • tidak nyaman saat keluar tanpa membawa ponsel
  • merasa tidak nyaman saat tidak bisa mengakses ponsel
  • sering mengecek ponsel di tengah-tengah obrolan
  • kerap mengecek ponsel hanya untuk melihat sesuatu yang update di media sosial

Penderita nomophobia cenderung tidak memiliki fokus yang baik. Ia akan selalu memeriska ponsel entah itu hal yang penting atau bukan.

Selain itu, penderita nomophobia akan merasa lebih suka membuka jejaring sosial. Seringkali ia mementingkan interaksi di dunia maya dibandingkan dalam kehidupan nyata.

Berbagai penelitian telah mendapati adanya hubungan antara ketergantungan terhadap ponsel yang tinggi dan beberapa aspek seperti kualitas tidur yang menurun, depresi, dan tingkat sosialisasi yang lebih rendah

Ada beberapa langkah untuk menghindarkan diri dari nomophobia, diantaranya :

1. Mengubah pengaturan notifikasi di aplikasi pada ponsel pintar.

Pada saat mendengar suara penanda notifikasi yang masuk, orang akan cenderung untuk langsung melihat ponsel pintar mereka. Karena itu, pilih pengaturan notifikasi pada aplikasi-aplikasi yang dianggap penting, seperti email ataupun telepon.

2. Mengatur jarak dan penggunaan ponsel pintar.

Kenyamanan adalah pintu masuk utama dari kecanduan. Semakin cepat seseorang kembali melihat ponsel pintarnya, maka semakin cepat pula akan kecanduan.

Apakah itu ada di kantong atau di samping tempat tidur, selama ini ponsel pintar memang begitu dekat dengan kehidupan manusia. Kondisi ini justru memicu orang untuk tidak bisa lepas dari ponsel pintar.

Hasil studi menunjukkan, 90 persen orang mengalami Phantom Vibration Syndrome, atau merasa ponselnya berbunyi atau bergetar, padahal ternyata tidak.

3. Tidak menempatkan ponsel pintar di kantong, dan lebih memilih menempatkannya di tas.

Hal ini dapat membantu mengalihkan perhatian yang tidak perlu dari ponsel pintar, dan bisa mengurangi rasa gelisah akibat dari kecanduan ponsel pintar.

(dn.com/adam)

 

Pendaftaran Santri Baru