Search
Close this search box.
Search
Close this search box.

Sejarah Nama Rabiul Awal

Rabiul Awal dalam Bahasa Arab, diambil dari kata Rabi’, atau Rib’u yang memiliki arti tempat, contohnya adalah “Ma Ausa’ Rib’u Bani Fulan” yang berarti luas sekali tempat Bani Fulan ini. Begitupula Unta yang istirahat atau duduk menggunakan kata Raba’, Ibnu as-Sikkit berkata: Raba’a ar-Rajulu Yarbu’u, berarti seseorang duduk, menetap atau diam berhenti.

Musim semi bagi orang Arab terbagi menjadi dua, Rabi’ asy-Syuhur (bulan-bulan musim semi) dan Rabi’ al-Azminah (masa-masa musim semi). Rabi’ asy-Syuhur terdiri dari dua bulan setelah Shafar yaitu Rabiul Awal dan Rabiul Akhir. Sedangkan Rabi’ asy-Syhur, ar-Rabi’ al-Awwal yaitu musim ketika munculnya jamur di padang pasir dan cahaya, disebut juga Rabi’ al-Kala atau musim semi rerumputan. Dan ar-Rabi ats-Tsani yaitu musim panennya buah-buahan. Kata Rabi’ sendiri adalah singular, dan pluralnya adalah Arbi’a dan Arba’ah.

Terdapat sejumlah Riwayat mengenai penamaan Rabi’ul Awal; pertama di masa Jahiliyah, orang-orang Arab mendapatkan harta dengan cara merampok dan mencuri setelah mereka mengambilnya di bulan Shafar, Shafar sendiri merupakan bulan pertama setelah mereka berihram di bulan Dzulhijjah, kejadian ini sudah tidak ada setelah turunnya Islam.

Dalam riwayat lain, karena manusia dan hewan menetap pada bulan ini dan bulan setelahnya, dahulu kedua bulan ini jatuh pada musim gugur. Orang Arab menamakan musim gugur (kharif) dengan nama Rabi’, sedangkan musim semi disebut Shaif, dan musim panas disebut Qaizh.

Dalam pendapat lainnya, orang-orang Arab membagi musim dingin menjadi dua bagian, yang pertama Rabi’ al-Ma wa al-Mathar, musimnya air dan hujan, dan Rabi’ an-Nabat yaitu musimnya tumbuhan, karena di musim tersebut tumbuhan memasuki fase pertumbuhan terakhir dan tidak bisa tumbuh lagi. Bahkan seluruh musim dingin juga disebut musim Rabi’, karena terdapat embun pada musim tersebut.

Maka sebenarnya, sebagaimana telah disebutkan di atas, Rabi’ terbagi menjadi dua, Rabi’ asy-Syuhur dan Rabi’ al-Azminah. Rabi’ al-Azminah terdiri dari ar-Rabi’ al-Awwal yang dinamakan Rabi’ al-Kala, dan ar-Rabi’ ats-Tsani yang dinamakan Rabi’uts Tsimar, sebagian orang Arab juga menamakan sebagai Rabi’ al-Awwal seperti sebelumnya. Abu al-Ghauts mengatakan: orang-orang Arab membagi satu tahun menjadi enam masa: dua bulan ar-Rabi’ al-Awwal, dua bulan Shaif (musim semi), dua bulan Qaizh (musim panas), dua bulan ar-Rabi’ ats-Tsani, dua bulan Kharif, dan dua bulan Syita (musim dingin).

Diambil dari tulisan Syaikh Sulaiman bin Jaser al-Jaser, 2 Rabiul Awal 1436 dengan judul Syahru Rabi’ al-Awwal.

(Imam Khairul Annas dan Abdurrahman Assudaisiy)

Pendaftaran Santri Baru