Pengurus Organisasi Santri Darunnajah Cipinig (OSDC) dan Koordinator Gerakan Pramuka melakukan Rihlah Munadzamah (study tour) ke beberapa Pesantren di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kunjungan berlangsung sepekan, 10-15 Februari 2019 untuk putra dan 12-17 Februari 2019 untuk putri.
Rombongan pengurus OSDC dan Koordinator putra beranggotaka 64 orang santri. Mereka didampingi oleh 7 orang guru pembimbing. Tujuan kunjungan mereka adalah Pondok Modern Darussalam Gontor 1 Ponorogo Jawa Timur, Pondok Modern Darussalam Gontor 2 Ponorogo Jawa Timur, UNIDA Gontor Indonesia, Pondok Pesantren Tahfidzhul Qur’an Yanbu’ul Qur’an Kudus Jaw Tengah, Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah Bandung Jaw Barat dan Trans Studio Bandung sebagai tempat berkreasi.
Adapun pegurus putri mengunjungi Pondok Modern Darussalam Gontor Putri 1 Mantingan, Pondok Modern Darussalam Gontor Putri 3 Ngawi, dan Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Kali Urang. Terhitung hingga 87 Santri Kelas 5 TMI dan 9 pembimbing, terdiri dari 2 orang ustadz dan 7 orang ustadzah.
Mereka semua bergerak untuk mencari ilmu serta pengalaman baru. “Kosongkan canggir agar siap diisi dengan minuman baru sampai penuh”. Itulah motto mereka.
Pertama kali sampai ke tempat tujuan, yaitu Pondok Modern Darussalam Gontor Putri 1 Mantingan, rombongan segera diarahkan untuk menuju ke gedung pertemuan. Disana mereka dijelaskan mengenai asal mula pondok tersebut didirikan serta beberapa filosofi yang ada didalamnya.
Ustadz Ahmad Suharto, M.Pd.I selaku Kepala Pengasuhan Mondok Modern Darussalam Gontor Putri 1 menjelaskan dengan sangat singkat dan padat mengenai “Akar Filosofis Pendidikan Gontor” diantaranya perumpamaan yang tepat untuk menggambarkan Gontor adalah seperti Syajarah Thayyibah (pohon yang baik).
Yang di dalam Al-Qur’an surah Ibrahim (14): 24-25 dijelaskan ciri-cirinya; mempunyai akar yang kokoh menghunjam ke dalam tanah, cabangnya menjulang tinggi ke angkasa serta memberikan buah (manfaat) bagi masyarakat sepanjang masa.
أَلَمۡ تَرَ كَيۡفَ ضَرَبَ ٱللَّهُ مَثَلٗا كَلِمَةٗ طَيِّبَةٗ كَشَجَرَةٖ طَيِّبَةٍ أَصۡلُهَا ثَابِتٞ وَفَرۡعُهَا فِي ٱلسَّمَآءِ تُؤۡتِيٓ أُكُلَهَا كُلَّ حِينِۢ بِإِذۡنِ رَبِّهَاۗ وَيَضۡرِبُ ٱللَّهُ ٱلۡأَمۡثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمۡ يَتَذَكَّرُونَ
(24) Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit,
(25) Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.
(QS. Ibrahim (14): 24-25)
Para mufassir menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kalimat thayyibah dalam ayat diatas adalah kalimat tauhid, ucapan laa illaha illallah (tiada tuhan selain Allah). Apabila aqidah telah menancap kuat didalam sanubari seseorang, maka iman tersebut akan menjadi motor penggerak kebaikan.
Demikian pula Gontor, yang batang, dahan hingga rangting-rantingnya terus berkembang semakin kokoh, besar dan banyak, juga memberikan buah (para alumninya) setiap saat kepada masyarakat adalah seperti sebuah pohon yang baik. Sebagai pohon yang besar dan kuat, tetu Gontor mempunyai akar yang menghunjam dan prinsip ke dasar tanah, akar-akar tersebut adalah nilai-nilai bagi semua gerak-geriknya.
Selain memahami secara detail mengenai asal-muasal setiap pondok yang mereka kunjungi, mereka juga mendapatkan banyak hal baru. Kerena mereka bisa melihat secara langsung bagaimana dinamika yang terjadi di pesantren tersebut.
Mulai dari peraturan kedisiplinan, aneka ekstrakulikuler, pergerakan dalam organisasi, macam-macam karya seni, hingga berbagai macam jenis produksi atau usaha pesantren juga merkea pelajari. Sangat antusias dan penasaran. Harapnnya agar ketika mereka kembali ke pondok, maka semangat juang untuk menjadi para pengurus yang profesional bisa mereka buktikan. (WARDAN/Mbafer)