Pondok Pesantren menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pola hidup santri, dari semenjak bangun tidur hingga tidur kembali. Aktivitas yang dilakukan merupakan bagian proses Pendidikan dan pengajaran yang berkomitmen pada pengembangan mentalitas santri.
Tak salah jika seorang santri mengatakan bahwa tinggal di pondok pesantren ditanamkan “Ilmu Pernah” santri pernah merasakan tinggal jauh dari orangtua, pernah merasakan tidak memiliki uang, pernah dipaksa untuk menjadi pemimpin upacara, pernah dipimpin, pernah dipaksa untuk berpidato berbicara di depan khalayak umum, pernah merasakan sama-sama “ngecor” Gedung yang baru akan dibangun, pernah melakukan kesalahan dan dipaksa untuk meminta maaf kepada kedua orangtua, dan pernah latihan menjadi imam.
Ilmu pernah inilah yang menjadi bekal seorang santri untuk mempersiapkan diri pada saat siap untuk terjun dan mengabdi di masyarakat. Sehingga setiap akan memahami makna: dipaksa,terpaksa,bisa,biasa,luar biasa. Walaaupun berapa banyak santri yang beranggapan masuk kedalam pesantren bagaikan masuk kedalam sebuah penjara, hidup terbatas, semua ada peraturannya, makan seadanya, tidur secukupnya, namun efeknya akan dirasakan setelah lulus dari pesantren.
Apabila seorang santri berbuat kesalahan di dalam pondok pesantren, akan ada ustadz yang menegur dan mengajarinya. Namun, apabila seorang santri telah lulus dan terjun dimasyarakat, tidak akan ada lagi yang menegur dan memperbaikinya sehingga kesalahan yang diperbuatnya berlanjut karena hawa nafsu yang diperturut, tidak ada sosok penutan.
By : S. Rama Prayogo
Sumber : Serabi Pesantren (Suara Bestari Pesan-Pesan Trendi)