Search
Close this search box.
Search
Close this search box.

Peringatan Allah Dibalik Bencana yang Silih Berganti

Tak kurang dari sebulan, negeri kita tercinta telah dihantam berbagai macam bencana. Dimulai dari gempa bumi di Maluku Utara. Kemudian gempa bumi kembali mengguncang selat Bali pada 16 Juli 2019. Gunung tangkuban Perahu di Jawa Barat juga mengeluarkan abu vulkanik 2 minggu kemudian.

Dan yang terbaru, Indonesia kembali diguncang gempa bumi, tepatnya di Barat daya Sumur, Banten dengan kekuatan 7,4 SR. Apakah arti dibalik semua ini?

Mari kita kembali kepada kisah kaum Aad. Sebuah kaum yang dianugerahi Allah dengan kemakmuran, badan yang perkasa, tanah yang subur, mendiami bangunan-bangunan yang menjulang tinggi di atas perbukitan, mempunyai banyak keturunan, hewan ternak, kebun-kebun dan mata air.

ketika Nabi Hud datang dengan risalah dari Allah, mereka pun menolak mentah-mentah. Kaum durhaka ini lebih memilih menyembah sesembahan yang kasat mata menurut mereka, yaitu Sadd, Samud dan Hera. Ujung dari kepongahan adalah ketika kaum durhaka ini menantang Nabi Hud untuk mendatangkan azab dari Allah.

Maka, Allah pun membinasakan mereka dengan angin yang berhembus selama tujuh malam delapan hari secara terus menerus sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Haqqah ayat 7.

Kisah kaum Aad hanyalah segelintir kisah masa lalu yang berhikmah. Banyak kisah lain kaum durhaka yang berakhir dengan kebinasaan. Rerata kaum yang dibinasakan adalah mereka yang mengagungkan materi dan apa yang mereka punyai. Virus materialisme menjangkiti hati dan membuat lupa bahwa dunia itu sementara.

Cinta dunia dan materi adalah penyakit yang tidak hanya menjangkiti kaum durhaka terdahulu. Manusia-manusia modern saat ini pun tidak sedikit yang terjangkiti penyakit ini. Sebuah penyakit yang akan berdampak pada kehidupan dunia dan akhirat tentunya.

Orang-orang ini ketika di dunia akan menutup telinganya dari kebenaran Islam, bersifat egois dan segala hal hanya diukur dengan standar dunia. Di akhirat, azab Allah siap menanti karena kesempatan hidup yang diberikan hanya untuk mengejar hal yang sia-sia.

hendaknya berbagai macam bencana ini menyadarkan kita akan ketidakberdayaan manusia di hadapan Allah. Segalanya sangat mudah dihancurkan oleh-Nya. Jika hati belum bisa terbetik dengan kisah masa lalu, kini bencana yang memporak-porandakan itu hadir di depan kita. Dengan mudah kita mengakses segala yang terjadi di sana.

Jangan sampai kita masuk pada lubang yang sama untuk kedua kalinya. Bencana-bencana yang telah terjadi seharusnya segera menyadarkan kita tentang betapa sepelenya dunia beserta seisinya. Jika pembangunan fisik dan infrastruktur yang fana tidak dibarengi dengan pembangunan keimanan itu sendiri, maka sangatlah rugi

Pembangunan iman sangat dibutuhkan dan mulai kentara manfaatnya di saat musibah melanda. Lihatlah seseorang yang hanya mementingkan materi akan merasa terpukul karena hilangnya harta seraya bersu’udzon kepada Allah. Dan apalah guna gedung tinggi yang menjulang jika tanpa dibarengi pembangunan jiwa yang berakhlak karimah, beradab dan beriman kepada Allah Ta’ala.

Sekali lagi, lewat kisah masa lalu dan kisah masa kini yang terjadi di atas mengajarkan kita beberapa hal. Jangan sampai seorang muslim hanya melulu membangun sesuatu yang kasat mata dan membangga-banggakannya. Atau bahkan pembangunan materi itu dijadikan satu-satunya standar kemajuan. Apa bedanya kita dengan kaum Aad jika masih membanggakan yang mudah hancur dan binasa?

Oleh karena itu, hal paling mendasar untuk dibangun adalah keimanan. Lihatlah Rasulullah SAW beliau wafat tidak meninggalkan bangunan megah dan kekayaan. Akan tetapi beliau mewariskan sebuah generasi yang dengannya Islam berjaya, sebuah generasi yang memiliki ketundukan dan penghormatan terhadap wahyu.

Dengan begitu, tidak masalah bangunan hancur karena suatu hal, tetapi iman di dalam jiwa manusia tetap terjaga dan tetap beriman kepada Rabb Sang Pencipta. Berbeda dengan kaum Aad yang hancur sehancurnya karena kemurkaan-Nya.

Pendaftaran Santri Baru