Search
Close this search box.
Search
Close this search box.

peran pesantren

PESANTREN telah lama menjadi lembaga yang memiliki kontribusi penting dalam ikut serta mencerdaskan bangsa. Banyaknya jumlah pesantren di Indonesia, serta besarnya jumlah santri menjadikan lembaga ini layak diperhitungkan dalam kaitannya dengan pembangunan bangsa di bidang pendidikan dan moral. Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang unik, tidak saja karena keberadaannya yang sudah sangat lama, tetapi juga karena kultur, metode, dan jaringan yang diterapkan oleh lembaga tersebut. Karena itu, Clifort Geertz menyebut pesantren sebagai subkultur masyarakat Indonesia (khususnya Jawa). Pada zaman penjajahan, pesantren menjadi basis perjuangan kaum nasionalis-pribumi. Banyak perlawanan terhadap kaum kolonial yang berbasis pada dunia pesantren. Pesantren sebagai tempat pendidikan agama memiliki basis sosial yang jelas karena keberadaannya menyatu dengan masyarakat. Pada umumnya, pesantren hidup dari, oleh, dan untuk masyarakat. Visi ini menuntut adanya peran dan fungsi pondok pesantren yang sejalan dengan situasi dan kondisi masyarakat, bangsa, dan negara yang terus berkembang. Sementara itu, sebagai suatu komunitas, pesantren dapat berperan menjadi penggerak bagi upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat mengingat pesantren merupakan kekuatan sosial yang jumlahnya cukup besar. Secara umum, akumulasi tata nilai dan kehidupan spiritual Islam di pondok pesantren pada dasarnya adalah lembaga tafaqquh fid din yang mengemban untuk meneruskan risalah Nabi Muhammad saw sekaligus melestarikan ajaran Islam. Sebagai lembaga, pesantren dimaksudkan untuk mempertahankan nilai-niali keislaman dengan titik berat pada pendidikan. Pesantren juga berusaha untuk mendidik para santri yang belajar pada pesantren tersebut yang diharapkan dapat menjadi orang-orang yang mendalam pengetahuan keislamannya, kemudian mereka dapat mengajarkannya kepada masyarakat di mana para santri kembali setelah selesai menamatkan pelajarannya di pesantren. Dunia pesantren sarat dengan aneka pesona, keunikan, kekhasan dan karakteristik tersendiri yang tidak dimiliki oleh institusi lainnya. Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam pertama dan khas pribumi yang ada di Indonesia pada saat itu. Karenanya, signifikansi pesantren sebagai sebuah lembaga pendidikan Islam tidak dapat diabaikan dari kehidupan masyarakat muslim pada masa itu. Kiprah pesantren dalam berbagai hal sangat dirasakan oleh masyarakat. Salah satu yang menjadi contoh utama adalah, selain mencetak kader-kader ulama dan pengembangan keilmuan Islam, juga merupakan gerakan-gerakan protes terhadap pemerintah kolonial Hindia Belanda yang menjajah Indonesia.Pondok pesantren adalah sekolah Islam berasrama yang terdapat di Indonesia. Lebih detail lagi pondok pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional Islam untuk tafaqquh fi al- ddin (memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran agama islam) dengan menekankan pentingnya moral agama Islam sebagai pedoman hidup bermasyarakat sehari- hari. P ondok pesantren yang juga merupakan sebuah lembaga pendidikan independen yang telah berusia ratusan tahun, merupakan lembaga pendidikan yang sampai saat ini masih bertahan di tengah tantangan zaman dan arus modernitas, bahkan mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Pesantren adalah sebuah kehidupan yang unik sebagaimana dapat dilihat pada penampilan lahiriyahnya. Pesantren biasanya terpisah dari masyarakat sekitarnya, dalam lingkungan fisik ini, diciptakan semacam cara kehidupan yang berbeda dengan kehidupan masyarakat disekitarnya. Kegiatan di pesantren berkisar pada pembagian waktu berdasarkan waktu shalat fardhu. Dimensi waktu ini tercipta karena kegiatan pokok pesantren berkisar pada pemberian pengajian kitab- kitab kuning pada setiap shalat fardhu selesai dilaksanakan. Demikian pula ukuran lamanya waktu yang digunakan sehari- hari, dalam arti pelajaran di tengah hari dan malam hari lebih panjang dari waktu petang dan subuh. Sistem pendidikan di pesantren menggunakan pendekatan holistik, yaitu keterpaduan antara proses belajar dan kehidupan sehari- hari. Kehidupan yang cenderung bersifat kolektivitas ini lebih mengutamakan dan lebih mementingkan pendidikan akhlak atau moral untuk membentuk pribadi muslim yang kaffah. Ideologi Pendidikan Pandangan seperti ini dalam konteks ideologi pendidikan lebih cenderung ke arah konservatif karena menekankan moral yang menggunakan dasar intuitif dan wahyu. Pesantren di Indonesia sebagai salah satu sub sistem pendidikan nasional yang indigenous mempunyai keunggulan dan karakteristik khusus dalam mengaplikasikan pendidikan moral bagi santrinya. Pembinaan moral atau akhlak adalah salah satu proses pendidikan yang sulit dikarenakan menyangkut sikap, tata nilai, dan penghargaan yang harus dimanifestasikan dalam budi pekerti dan tingkahlaku sehari- hari yang baik. Pada sisi lain, lingkungan sangat mempengaruhipembentukan pribadi manusia. Maka kebiasaan- kebiasaan hidup di pesantren selama 24 jam memberikan andil besar untuk pembentukan tata nilai tersebut. Munculnya pendidikan karakter sebagai wacana baru bukan merupakan fenomena yang mengagetkan. Sebab perkembangan sosial kebangsaan sekarang ini memang cenderung menegaskan karakter bangsa. maraknya perilaku anarkis, tawuran antar warga, penyalahgunaan narkoba, pergaulan bebas, korupsi, kriminalitas, kerusakan lingkungan dan berbagai tindakan patologi lainnya merupakan indikasi masalah akut dalam pembangunan karakter bangsa Indonesia. Hal ini bertentangan dengan visi misi pendidikan dalam membentuk manusia yang berkepribadian dan berakhlak mulia. Disinilah pesantren mengambil peran untuk menanggulangi persoalan-persoalan tersebut khususnya krisis moral yang sedang melanda karena pesantren memiliki pola pendidikan yang berbeda dengan pola pendidikan pada umumnya. Pendidikan memiliki tujuan yang diantaranya adalah untuk membentuk karakter yang terwujud dalam kesatuan esensial si subjek (dalam hal ini adalah peserta didik) dengan perilaku dan sikap hidup yang dimilikinya. Bagi Foester, karakter merupakan sesuatu yang mengatasi pengalaman kontingen yang selalu berubah. Dari kematangan karakter inilah, kualitas pribadi seseorang dapat diukur. Sejumlah pakar psikologi menilai bahwa proses pembentukan karakter dipengaruhi oleh dua hal, yakni genetic (keturunan) dan nature and culture (lingkungan). Faktor keturunan atau genetic ini dinilai dapat memengaruhi terhadap karakter seorang anak. Sebuah istilah popular menyatakan “buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya” atau istilah dalam bahasa Inggris “like father like son”. Meskipun demikian, tidak berarti bahwa seorang anak akan sama persis dengan orang tuanya. Karena faktor lain yang justru lebih memiliki pengaruh yang besar terhadap seorang anak adalah faktor lingkungan dimana pendidikan merupakan bagian di dalamnya.

ummu zulfha

Pendaftaran Santri Baru