Jiwa Kesederhanaan adalah jiwa yang mendorang seseorang untuk bisa hidup tampa kemewahan. Jiwa kesederhaan merupakan salah satu jiwa yang wajib dimiliki oleh santri darunnajah Jakarta. Kesederhanaan Bukan berarti kemiskinan, sesorang jutawan atau milyoner bisa saja hidup sederhana asal ada jiwa kesederhaan yang bersemayam pada dirinya.
Di pondok pesantren darunnajah, para santri dididik dengan kehidupan yang sederhana, tempat tidur sederhana, makanan makanan yang sederhana dan berpakaian sederhana. Orang yang hidup sederhana adalah orang yang berjiwa besar, berani maju dalam setiap perjuangan dengan sejuta tantangan, dan pantang mundur dalam setiap keadaan.
Dibalik kesederhanaan itu tersimpan suatu unsur kekuatan dan ketabahan hati serta penguasaan diri dalam menghadapi perjuangan hidup dengan segala kesulitan. Jadi memndidik para santri untuk hidup sederhana pada hakekatnya adalah memberikan senjata kepada mereka untuk menyonsong kemenangan hidup atau menggapai kehidupan yang sukses dunia dan akhirat.
Pola hidup sederhana ini sesuai dengan anjuran agama islam, bahwa kita dilarang untuk berlebih-lebihan. Sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur’an Surat Al-An’am, Ayat: 141 sebagai berikut:
وَهُوَ ٱلَّذِيٓ أَنشَأَ جَنَّٰتٖ مَّعۡرُوشَٰتٖ وَغَيۡرَ مَعۡرُوشَٰتٖ وَٱلنَّخۡلَ وَٱلزَّرۡعَ مُخۡتَلِفًا أُكُلُهُۥ وَٱلزَّيۡتُونَ وَٱلرُّمَّانَ مُتَشَٰبِهٗا وَغَيۡرَ مُتَشَٰبِهٖۚ كُلُواْ مِن ثَمَرِهِۦٓ إِذَآ أَثۡمَرَ وَءَاتُواْ حَقَّهُۥ يَوۡمَ حَصَادِهِۦۖ وَلَا تُسۡرِفُوٓاْۚ إِنَّهُۥ لَا يُحِبُّ ٱلۡمُسۡرِفِينَ ١٤١
Artinya:
“Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan