Sekitar 2 bulan belakangan ini, teman penulis bolak balik Jakarta – Cirebon untuk menemani ayahandanya berobat ke rumah sakit. Kadang Jum’at sore beliau berangkat ke Cirebon dan kembali ke Jakarta pada Senin pagi ataupun bila ada pengabaran bahwa ayahanda kesehatanya drop maka hari itu juga bertolak ke Cirebon.
Begitulah kasih sayang anak terhadap orang tuanya dan begitulah bakti anak terhadap orang yang telah membesarkanya, orang yang telah berjasa mengantarkan anak-anaknya mengenal sang pencipta. Sesibuk dan sepadat apapun jadwal beliau mengajar selalu meluangkan waktu untuk memperhatikan kesehatan ayahandanya dan bila perlu menemaninya berobat ke rumah sakit.
Kadang penulis merasa iri dengan bakti dan totalitas beliau dalam memperhatikan dan merawat orang tuanya, begitu telaten dan sabar. Langkah kakinya begitu ringan terayun antara Jakarta dan Cirebon, gapaian tanganya begitu mudah menuntun dan memapah tubuh rentanya. Ya Allah jadikanlah kami anak-anak sholeh/sholehah yang berbakti terhadap orang tuanya.
Kamis sore, melalui aplikasi yang sama teman penulis memberikan kabar duka bahwa ayahanda beliau telah meninggal dunia innalillahi wa inna ilaihi roji’un semoga amal beliau diterima dan segala dosanya mendapatkan ampunan dari Allah subhanahu wata’ala. Amin
Banyak orang mengira bahwa kematian adalah akhir segalanya, padahal kematian adalah awal dari kehidupan sesungguhnya yang abadi. Tempat kehidupan abadi setelah kematian adalah antara syurga dan neraka, sebagai muslim tentunya kita paham apa itu syurga dan nerakan serta bagi siapa syurga dan neraka itu dipersiapkan.
Ahli tasawuf berpendapat bahwa kematian seharusnya diposisikan sebagai teman karib, sehingga perjalanan bersamanya adalah romantisme yang indah, bukan sesuatu yang menakutkan. Bagaimana kita bisa berkarib dengan kematian? Tentunya mendekatkan diri kepada Allah dengan segalam macam tuntunannya akan mengakrabkan dan memasrahkan jiwa kita kepada sang pencipta, sehingga kematian yang pastinya akan datang kapanpun dan dimanapun kepada setiap mahluk ciptaanya kita sambut dengan suka cita.
“terangkanlah….terangkanlah….
Jiwa yang berkabut langkah penuh dosa
Bila masa tlah tiada
Kereta kencana datang tiba-tiba
Tentunya telinga kita sudah familiar dengan lirik lagu yang dibawak oleh Opic ini, apalagi dengan versi “Eta Terangkanlah” yang nge-hits dan viral di jejaring sosial youtube yang membuat lisan kita kadang tak sengaja bersenandung “eta terangkanlah …..eta terangkanlah, jiwa yang berkabut lengkah penuh dosa, bila masa tlah tiada, kereta kencana datang tiba-tiba”
Mungkin untuk menguji keakraban dan kedekatan kita dengan teman yang satu ini (kematian), cobalah sekali-kali berkirim surat kepadanya lengkap dengan judul dan alamatnya. Selayaknya teman dekat/karib tentunya tidak ada kebohongan diantara kita tentang kabar kondisi dan harapan yang akan datang.
Masihkan kita akan melupakan teman karib yang bernama kematian itu, jangan lupakan, jangan abaikan, dan jangan kau jauhi, karena teman karib itu pasti akan datang menjeput kita.
“Keluarga Besar SD Islam Darunnajah Mengucapkan Iktu Berbela Sungkawa Atas Meninggalnya Ayahanda Ustadz Cahya, semoga segala amal ibadahnya diterima disisi Allah Subahanahu wataala. Amin