Search
Close this search box.
Search
Close this search box.

2 Cara Mengatasi Sindrom FoMO (Fear of Missing Out)

Pada postingan sebelumnya sudah dijelaskan mengenai sindrom FOMO dan berbagai macam ciri-cirinya. Untuk itu pada postingan kali ini saya akan memberikan beberapa cara meminimalisir serangan sindrom FoMO pada kita.

Dengan perkembangan teknologi semartphone, handphone, atau tablet saat ini sangat memudahkan kita terhubung dengan media sosial untuk update status. Inilah salah satu yang menjadikan sindrom FoMO (kecanduan media sosila) menjangkiti generasi milenial saat ini dan terjadinya pergeseran pola hidup di masyarakat.

Kita bisa melihat secara langsung bagaimana sindrom FoMO ini merasuk dan mengubah pola hidup seseorang, seperti saat kita bangun tidur pagi hari bukan langsung berbenah atau beribadah tapi lansung cari gadget dan membuka media sosial seperti Instagram, facebook, dan twitter serta media sosial lainya.

Berangkat kerja di dalam kendaraan buka gadget, di kantor saat istirahat atau disela-sela kerja buka gedet, bahkan ketika di kamar mandipun  bawa gedet dan buka media sosial. Sepetinya manusia saat ini yang paling dekat adalah gadget bukan anggota keluarga lagi, sehingga ada istilah ketinggalan atau tidak bawa gadget seperti kehilangan “separoh jiwa”.

Mengapa kita begitu lengket dengan gadget? Bisa jadi kita tidak bisa lepas dari gadget karena takut tertinggal informasi atau tren yang terjadi saat ini bisa juga disebut kecanduan medsos, sehingga tak bisa  dipungkiri sulitnya kita menjauhkan dari gadget dan media sosial.

Jika kita sudah termasuk dalam ciri-ciri di atas, maka waspadalah karena berarti mentalmu sudah terganggu. Bagaimana caranya agar kita dapat mengendalikan sindrom FoMO, menurut Dr. James A Roberts dalam bukunya “To Much of Good Thing: Are You Addicted to Your Smartphone?” menyarankan kita untuk melakukan pengendalian diri, antara lain:

Pertama: Memberi Batasan mengakses media sosial. Kita bisa membuat komitmen dengan diri sendiri untuk menyentuh gadget atau membuka media sosial seperlunya saja atau membuka media sosial pada waktu-waktu tertentu saja seperti di waktu senggang setelah pulang kerja dan komitmen tersebut benar-benar dilaksanakan.

Kedua: Lebih fokus berkomunikasi dengan anggota keluarga, saudara, atau teman. Biasanya orang yang sudah keranjingan atau ketagihan media sosial lebih suka menyendiri di kamar asik dengan gadgetnya. Walaupun berada di tempat ramai atau tempat berkumpul tapi tetap asik dengan gedgetnya sehingga yang hadir hanya jasad/badanya saja tapi ruhnya entah melayang kemana. Untuk orang yang terkena sindrom FOMO ini hendaknya secara intens untuk selalu berkomunikasi secara real dengan anggota keluarga, sahabat, teman, dan saudara.

Manusia adalah mahluk sosial yang perlu berinteraksi langsung dengan manusia lainya agar rasa dan jiwanya tidak kosong. Selalu ada keseimbangan dalam hidup ini, sesuatu yang berlebihan biasanya tidak baik, selalu ada sisi positif dan negatif, begitu juga dengan kehadiran media sosial untuk bijaklah dalam menggunakan media sosial.

Semoga bermanfaat….

Pendaftaran Santri Baru