Search
Close this search box.
Search
Close this search box.

Yuk! Simak Cara Penulisan Content Website yang Baik

TENTANG MENULIS

TENTANG MENULIS
Tentang Menulis

Dunia ini dibentuk oleh cerita-cerita dan inilah sebabnya mengapa sebuah cerita bisa mempengaruhi pembaca.

Seorang penulis adalah seseorang yang menjadi penulis dan pembaca di satu waktu yang bersamaan.

Seorang penulis adalah seseorang yang selalu belajar membaca buku, keadaan, manusia dewasa, bahkan kepada seorang anak kecil.

Sebagai penulis, terkadang kita harus belajar kepada anak-anak karena sejatinya kita tidak lebih dewasa daripada mereka dalam hal dendam-mendendam.

Dalam menulis, persepsi itu juga penting. Kalau menurut anda menulis itu penting, maka menulislah dan anda akan bisa disebut penulis. Jika anda menganggap menulis itu tidak penting, ya jangan menulis dan jangan jadi penulis.

Satu lagi, apa yang dibaca akan mempengaruhi apa yang kita tuliskan. Dengan demikian, kualitas bacaan akan menentukan kualitas tulisan. Kualitas bacaan anda mempengaruhi kualitas tulisan kita.

MENGAPA SEBAGAI ANAK PESANTREN, KITA HARUS MENULIS?

Jumlah pesantren di Indonesia sebanyak sekitar 25 ribuan, sedangkan santri berjumlah sekitar 3 jutaan. Bila misalnya setengahnya sajalah, santri terlahir sebagai penulis (melalui program pendidikan menulis secara masif di pesantren), dan mereka menguasai jagad media, Apa yang terjadi? Kita bisa memastikan bahwa Indonesia akan berjalan menuju ke arah yang benar dan lenih baik tentunya.

Anggaplah pondok sebagai sumber air, maka santri yang menulis adalah upaya ‘menyungaikannya’. Kita harus mengakui keilmuan di pondok memang sangat khas, dan bila dieksplorasi akan menampakkan kekayaan luar biasa. Pesantren adalah pusat keilmuan yang berbeda. Santri adalah pengawal umat dari segala aspek.

SEPULUH RIBU JAM LATIHAN

Menurut penelitian Malcolm Gladwell (bukunya Outliers), dibutuhkan 10.000 jam latihan yang penuh dedikasi untuk menghasilkan orang sukses. Melebihi bakat dan keberuntungan (ya, mungkin saja ada faktor ini meskipun kecil), latihan penuh dedikasi dan komitmen melakukannya dalam rentang waktu yang lama, memberi hasil yang jauh lebih nyata.

Bagaimana dengan penulis? Saya rasa tak jauh berbeda. Dibutuhkan komitmen dan dedikasi untuk berlatih, dengan cara membaca dan menulis, selama itu. Ya, tak ada yang mudah, memang. Jika kita mendedikasikan waktu 3 jam sehari (secara konsisten, setiap hari) untuk membaca dan menulis, kurang-lebih kita membutuhkan waktu 10 tahun untuk “terlatih”.

Artinya, jika berharap menjadi terlatih di umur 20 tahun, seorang anak harus terus berlatih, membaca dan menulis, setiap hari sejak umur 10 tahun. Di dunia ini, dari miliaran manusia, memang hanya sedikit yang muncul ke puncak. Karena memang hanya sedikit yang punya komitmen waktu seperti itu.

“Jangan habiskan waktu untuk hal-hal kecil”, yang tak berguna untuk karirmu, tak berguna banyak untuk bidangmu. Dalam skema 10.000 jam berlatih, waktu memang memegang peranan penting.

Waktu sangat terbatas. Menghabiskan 3 jam sehari saja, kita butuh 10 tahun. Tapi saya rasa kita bisa mengukurnya sendiri: fokus terhadap tujuan keterampilan yang ingin dicapai, dan lewatkan apa yang tak mendukung itu.

ayangkan jika kita ingin berlatih menulis kalimat dengan baik, kita melakukannya berkali-kali, berjam-jam, dan lupakan urusan lain yang tak ada hubungannya.

Setelah mampu melakukannya, kita lakukan kembali latihan menulis dialog, yang katakanlah, kita ingin di satu sisi tertulis dengan baku tapi terdengar alamiah. Banyak hal yang bisa kita latih dalam hal menulis, dan itu membutuhkan waktu yang sengaja disediakan.

Dalam hal ini, memiliki tujuan yang jelas tentang apa yang sedang kita latih, menjadi sangat penting.

(DN.COM/almas_khalishah)

Pendaftaran Santri Baru