Kuliayatul Mu’allimin Al Islamiyah (KMI) merupakan induk dan inspirasi utama Tarbiyatul Mu’allimin Al Islamiyah (TMI). Istilah KMI dikenalkan oleh Gontor dan juga digunakan oleh pondok -pondok alumni. Ada juga sebagian pondok alumni yang menggunakan istilah TMI, salah-satunya adalah Darunnajah.
Sebuah Kesyukuran bahwa para pimpinan Darunnajah Pusat dan cabangnya berkesempatan hadir dalam Silaturrahmi Dan Seminar Nasional dengan Tema KMI Dalam Sistem Pendidikan Nasional. Bahkan Pimpinan Darunnajah Pusat, KH. Dr. Sofwan Manaf menjadi salah-satu pembicara. Hadir juga pimpinan pesantren Darunnajah 2 Cipining Bogor, KH. Jamhari Abdul Jalal, Lc.
Berikut ulasan penting yang disampaikan KH. Dr. Hasyim Muzadi dalam seminar tersebut :
*KH. Hasyim Muzadi: SISTEM KMI, PERSEMBAHAN GONTOR UNTUK INDONESIA*
.
Silaturahim dan Seminar Nasional Pimpinan Pesantren Alumni Gontor dan Kepala Lembaga Pendidikan Non-Pesantren Alumni Gontor mewarnai semarak rangkaian acara pada Peringatan 90 tahun Gontor. Kali ini dengan menghadirkan alumni senior KH. Dr. Hasyim Muzadi sebagai narasumber. Acara digelar, Kamis (1/9), bertempat di Balai Pertemuan Pondok Modern (BPPM).
Di hadapan sekitar 1500an alumni Pimpinan Pesantren dan Kepala Lembaga Pendidikan dari berbagai pelosok Nusantara, K.H. Hasyim Muzadi memberikan Kuliah Umum tentang Pendidikan Pesantren dan Sistem Kulliyatu-l-Mu‘allimin Al-Islamiyah (KMI) di Indonesia. Anggota Dewan Pertimbangan Presiden itu menegaskan bahwa sistem pendidikan KMI yang telah berjalan 90 tahun merupakan sumbangan Gontor pada Indonesia.
“Indonesia harus berterima kasih kepada Gontor, karena sistem ini terbukti sukses mendidik sumber daya manusia unggul untuk negeri ini, apalagi kemudian diterapkan dimana-mana oleh alumninya seantero nusantara” ujarnya.
Kiai Hasyim pun menjelaskan bagaimana pesantren mendidik anak-anak hingga berhasil, tidak hanya secara akademis, tapi juga secara mental dan spiritual, hingga tumbuh menjadi generasi yang berilmu dan berakhlak mulia.
Beliau juga menegaskan bahwa pesantren mengajarkan keilmuan dan kehidupan. “Sekolah umum hanya menyajikan keilmuan saja, sedangkan pesantren menyajikan kehidupan. Maka pesantren harus menaungi sekolah dengan ruh kepesantrenannya, bukan sekolah yang menaungi pesantren” jelas beliau.
Mantan Ketua Umum PBNU dua periode ini juga menandaskan bahwa pesantren tidak hanya fokus pada pendidikan santrinya saja, namun juga membina masyarakat. Oleh karena itu, menurut Kiai Hasyim tidak boleh ada isolasi antara pesantren dan masyarakat.
Beliau juga menyinggung tentang kemandirian pesantren. Karena menurutnya kalau ikut pemerintah, akan terus berganti kebijakan bila berganti pemerintahnya.
Presiden International Conference of Islamic Scholars (ICIS) yaitu sebuah wadah para intelektual muslim dunia mengingatkan tentang PR pesantren saat ini. “Pesantren harus bisa mencetak ulama yang intelek. Karena saat ini kita perlu orang yang bisa _mujadalah billati hiya ahsan._ Kita ini diserang dari berbagai pihak; pemikiran, sosial, budaya, politik, dan lain sebagainya. Maka kita harus membalasnya dengan kebenaran dan keadilan yang berlandaskan pada keilmuan” paparnya.
Acara seminar berskala nasional ini memiliki tujuan utama memperkenalkan secara detail sistem mu‘allimin yang diterapkan Gontor. Harapannya, sistem pendidikan yang telah terbukti kesuksesannya ini bisa diaplikasikan secara nasional, terutama oleh pesantren-pesantren yang dikelola para alumni Pondok Modern Darussalam Gontor.
Lebih dari itu, Gontor berharap sistem ini juga bisa dikembangkan di lembaga-lembaga pendidikan selain pesantren alumni. Dengan demikian, problematika Pendidikan Nasional di Indonesia bisa segera diatasi dengan tuntas dan bisa melahirkan generasi tumpuan bangsa yang berkualitas.
(wardan/mr. mim, sumber : ustadz Fatwa Darul Amanah Sukorejo).