Search
Close this search box.
Search
Close this search box.

Sedang Bersedih? Yuk, Belajar Menyikapi Ala Rasulullah SAW

Kesedihan sering kali membuat hati terasa jenuh dengan luka. Ketika hal itu terjadi, yang kita butuhkan adalah satu sosok yang dengan luas hati bersedia bantu mengobati.

Bagi Sayyidah Shafiyyah binti Huyyay, sosok itu ialah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam.

Saat itu Sayyidah Shafiyyah diselimuti rasa insecure, di hadapan para istri Nabi lainnya yang mengunggulkan nasab mereka.

Sedangkan Shafiyyah, ia adalah putri dari pimpinan Yahudi yang sangat memerangi Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam.

 

Nabi ﷺ  Sang Pembawa Rahmat menangkap kegelisahan itu, lalu menghibur Sayyidah Shafiyyah  dengan kasih sayangnya.

“Kenapa kau tak jawab, “Bagaimana kalian bisa lebih baik daripadaku, sementara suamiku Muhammad, ayahku Nabi Harun, dan pamanku Nabi Musa?”

Betul, Sayyidah Shafiiyyah keturunan seorang tokoh Yahudi. Namun, bukankah Yahudi adalah keturunan dari Nabi Harun dan Nabi Musa?

Betapa Baginda Nabi Muhammad ﷺ  selalu bisa melihat keistimewaan di setiap orang. Di hadapan beliau, semua istimewa dan berharga.

 

Seperti juga Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu. la sempat rendah diri karena tubuhnya yang pendek dan ditertawakan oleh para sahabat yang melihatnya.

“Apa yang sedang kalian tertawakan?” tanya Rasulullah ﷺ.

“Kedua betis Abdullah Bin Mas’ud yang kecil, wahai Nabiyullah.” jawab mereka.

“Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya (Allah SWT), sungguh kedua betisnya (Abdullah Bin Mas’ud ) itu lebih berat timbangannya daripada Gunung Uhud di Mizan nanti.”

Ucap Rasulullah ﷺ  membungkam tawa mereka, juga menjadi penyejuk di hati Abdullah bin Mas’ud. Nabi kita sungguh pembawa rahmat.

 

Bagi hati yang merasa rendah diri, lihatlah betapa Baginda Nabi mengajarkan kita; bahwa yang dinilai Allah bukanlah fisik, harta maupun kedudukan, melainkan nyala iman & kataqwaan di hati.

Jika satu hal membuatmu lemah, terima ia, dan ajaklah diri untuk mensyukuri ribuan nikmat lainnya yang ada.

Kita juga seringkali disergap gelisah karena tak memiliki hidup seperti manusia pada umumnya.

 

Wallahu a’lam.

Rabi’ul Awwal 1445 H.

(Anisrullah)

Pendaftaran Santri Baru