“Tiap kali kuhadapi masalah-masalah besar, yang kupanggil adalah anak muda” (Umar Bin Khattab RA, Khalifah ke-2).
Pemuda adalah aset bangsa yang tak ternilai harganya, ditangan pemudalah bangsa ini dipertaruhkan. Tidak jarang para tokoh nasional sering menggaungkan hebatnya peranan pemuda dalam membangun masyarakat dan bangsa. Ir. Soekarno sebagai founding father dan bapak proklamator sering kali mengobarkan semangatnya dengan berucap “Berikan aku 10 pemuda maka akan aku hentakan dunia ini”. Begitu hebatnya peranan pemuda dalam menggerakan dan mengawal berdirinya suatu kedaulatan bangsa.
Kita pasti ingat akan kekuatan sumpah pemuda yang diselenggarakan dua hari, 27-28 Oktober 1928 di Batavia (Jakarta), Keputusan ini menegaskan cita-cita akan ada “tanah air Indonesia”, “Bangsa Indonesia”, dan “bahasa Indonesia”. Keputusan ini juga diharapkan menjadi asas bagi setiap “perkumpulan kebangsaan Indonesia”, dan agar disiarkan dalam segala surat kabar dan dibacakan di muka rapat perkumpulan-perkumpulan” pada saat itu.
Indonesia yang mayoritas penduduknya adalah muslim sudah sepatutnya menjadi garda terdepan dalam mengawal dan menggerakan kemajuan suatu bangsa. Mereka adalah tulang punggung yang membentuk unsur pergerakan dan dinamisasi. Karena ia mempunyai kekuatan yang produktif, kontribusi yang terus menerus. Dan suatu umat tidak runtuh jika berada di pundak para pemuda yang punya kepedulian dan semangat menggelora.
Hari Sumpah Pemuda yang selalu diperingati setiap tanggal 28 Oktober, sebenarnya merupakan hari terakhir Kongres Pemuda ke-2. Para pemuda melihat gerakan pemuda dari berbagai daerah seperti Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Java, Jong Sumatera, juga seperti Jong Islamieten Bond (JIB) dan menginspirasi sebagian pemuda seperti Moh. Hatta, Yamin, Soekarno, termasuk Natsir juga, dan lain-lain merasa harus berkumpul dan dikumpulkan pada suatu kongres.
Rapat pada kongres kala itu menghasilkan sebuah keputusan, yaitu memberikan nama, apa sebenarnya yang diperjuangkan. Akhirnya, populer nama ‘Indonesia’ dari kongres pemuda. Nama Indonesia dikenal sebelumnya hanya pada kalangan pelajar, khususnya mahasiswa Indonesia di Belanda yang mempelajari ilmu geografi, ada istilah ‘indo nesos’ (kepulauan Hindia), juga dalam pelajaran biologi, maka para pelajar ini mengusulkan nama ‘Indonesia’ dalam kongres.
Mula-mula terjadi korespondensi mahasiswa Indonesia di Belanda, dengan mahasiswa Indonesia di Mesir. Akhirnya ketika mereka pulang ke Indonesia, dipatenkan nama Indonesia untuk menyebut apa yang mereka perjuangkan berupa tanah air Indonesia, bangsa (nation) Indonesia, dan bahasa Indonesia
Pejuang dan pemuda Islam pada saat itu ikut terlibat dan memberikan nama apa yang mereka perjuangkan. Terjadi juga korespondensi antara mahasiswa Indonesia di Belanda dan di Mesir yang juga para mahasiswa Islam. Juga yang berkumpul di sana, pada kongres ialah umat Islam, walaupun karena sekulerisme telah kokoh, terjadi perbedaan pandangan.
Tiga tahun sebelum bergulirnya Sumpah Pemuda, berdirilah Perhimpunan Pemuda Islam yang dalam lembaran sejarah disebut Jong Islamieten Bond (1 Januari 1925). Organisasi pemuda Islam ini turut berperan dalam proses tercetusnya Sumpah Pemuda dalam Kongres Pemuda II (28 Oktober 1928).
berdirinya JIB membangkitkan perjuangan menegakkan nasionalisme Indonesia. JIB berjuang untuk melepaskan diri dari penindasan Barat serta berjuang menjadi tuan di rumah sendiri. Tidak mengherankan jika pada akhirnya, organisasi pemuda yang melepaskan diri dari keterikatan dasar perjuangan kedaerahan Jawa ini mendorong lahirnya Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (1926) dan Jong Indonesia yang berperan besar dalam Kongres Pemuda II yang mencetuskan lahirnya Sumpah Pemuda.
Dari masa kemasa sosok pemuda memiliki andil serta peranan yang sangat penting terkait dengan masalah peradaban universal, seperti yang telah disebutkan diatas, termasuk dalam membangun umat. The best agent of change merupakan frasa yang tepat menggambarkan sepak terjang pemuda dalam perspektif sejarah Islam maupun dunia.
Dalam kacamata sejarah peradaban Islam, pemuda merupakan tonggak kebangkitan umat serta sumber kekuatan pembela terhadap aqidah dan ideologi. Islam tak bisa dilepaskan dari pemuda, karena Islam itu sendiri tumbuh dan besar karena banyaknya pemuda berkualitas didalamnya sebagai kader-kadernya. Jika dahulu Islam pernah mencapai masa kejayaannya (the golden of age Islam), maka saat ini waktu adalah yang sangat tepat untuk mengupayakannya kembali, menghadirkan Islam yang jaya dan Indonesia yang sejahtera.