Saat rapat penentuan ketua pengurus organisasi santri pesantren An Nur Darunnajah 8 Cidokom terjadi dinamika antara guru-guru. Perihal calon ketua yang diajukan mendapatkan hasil belajar semester pertama yang kurang. Walaupun berdasarkan catatan bahwa calon ketua ini sangat aktif dalam berkegiatan. Istilah anak pesantren muharrik. Arti bebasnya penggerak. Sedangkan yang diharapkan, tidak hanya semangat di tiap kegiatan, namun kemampuan akademik juga perlu dipentingkan.
Sayyid Umar Bin Khattab pernah berkata: tafaqqahu qabla an tasudu Pelajarilah ilmu agama sebelum memimpin. Pernyataan beliau dapat dipahami bahwa suatu masa, siapapun akan menjadi pemimpin. Maka sebelum memimpin, hendaklah membekali diri terlebih dahulu dengan ilmu agama. Karena dengan ilmu, kepemimpinan akan berjalan berlandaskan ilmu dan terarah. Tanpa ilmu, kepemimpinan berjalan tak tentu arah. Walau saat menjadi pemimpin bukan berarti berhenti belajar. Tapi tetap harus belajar dan memperdalam ilmu.
Dalam konteks pemimpin organisasi santri, khususnya di Pesantren An Nur Darunnajah 8 Cidokom, seorang pemimpin harus dipastikan telah memiliki kompetensi keilmuan yang mumpuni. Dalam hal ini dapat dilihat dari prestasi belajarnya. Tidak harus ia yang rangking pertama, namun telah jelas diketahui hasil belajarnya telah tercapai dan dalam predikat baik.
Hal ini sangat penting bagi keberlangsungan dan kesuksesan pembelajarannya di pesantren. Begitu juga saat berorganisasi dan memimpin anggotanya. Minimal si pemimpin sudah punya metode belajar. Jadi dapat mengimbangi antara kepentingan umum dengan kepentingan pribadinya. Dan akhirnya dapat terselamatkan untuk lulus ke jenjang berikutnya.
Berbeda dengan santri yang belum cukup kompetensinya. Belum cukup ilmunya. Tidak tercapai standar minimal. Atau tercapai tetapi masih berpredikat cukup. Santri ini belum selesai dengan dirinya. Maka bagaimana bila berhadapan dengan orang lain? Ini yang harus diwaspadai. Karena dikhawatirkan, akan ada yang dikorbankan. Entah itu belajarnya, atau bisa jadi organisasinya.
Lalu bagaimana dengan pandangan sebagian orang, bahwa santri yang kurang dalam belajarnya, ternyata saat tamat dari pesantren sukses dalam aneka ragam bidang? Sederhana saja jawabnya, bahwa setamat dari pesantren, menjadi alumnus, yang bersangkutan sudah memiliki bekal ilmu. Karena tidak dikatakan alumnus, bila standar kelulusan keilmuan tidak tercapai.
Untuk itu, penting bagi guru yang membimbing santri-santri, memahamkan mereka bahwa ilmu itu bekal utama untuk menjadi pemimpin.
M. Towil Akhirudin.