Ribuan kilo jarak yang kau tempuh…
lewati rintangan untuk aku anakmu…
Ibuku saying masih terus berjalan…
Walau tapak kaki penuh darah penuh nanah…
Sejenak para santriwati dan juga hadririn yang duduk didalam ruangan tertegun meyaksikan sang kyai menyanyikan lagu “IBU” yang dipopulerkan oleh salah satu penyanyi legendaris Indonesia, Iwan Fals pada pembukaan acara Panggung Gembira Putri, rasa haru seakan-akan menyelimuti para hadirin barang sebentar.
“ Al Ma’hadu Laa Yanaamu ‘Abadan “, Pondok tidak akan pernah tidur selamanya bahkan walaupun sekalian santrinya tidur. Jum’at 23 Agustus 2019 setelah sebelumnya telah sukses diadakan Panggung Gembira Putra, kini giliran waktunya santriwati untuk mengeluarakan dan memperlihatkan kekreatifitasan yang ada pada diri setiap santriwati. Acara pun dimulai jam 07.30 dan selesai lebih cepat dibandingkan dengan putra yaitu jam 10.45. Mengingat perhitungan waktu dan evaluasi, bahwa batas maksimal selesainya Panggung Gembira jam 11.00. Maka ini merupakan catatan yang lebih dari sebelumnya, yang melebihi batas waktu.
walau demikian prinsip jangan sampai hilang dan dihilangkan yaitu Panggung Gembira bukanlah sekedar tontonan mata, bukanlah hiburan lewat semata, tetapi lebih dari pada itu Panggung Gembira merupakan proses Pendidikan pesantren bagi santri-santrinya, karena harus disadari betul bahwa Pendidikan tidaklah cukup hanya sekedar didalam kelas.
Sementara itu, dari isi acara tidak banyak perubahan dari santri putra, yaitu: Drama, Puisi, Accoustic dan music begitupun Dances (Modern & Traditional Dance). Yang berubah hanyalah penyesuain penapilan antara putra dan putri dan Alhamdulillah semua bias berjalan dengan lancer.
Adapun catatan-catatan khusus pada Panggung Gembira Putri dari Pimpinan, Kyai Hadiyanto Arief S.H., M.Bs :
- Untuk Visualisai secara umum putri lebih unggul dibanding putra, yang dimaksud ialah seperti halnya kostum dan perlengkapan lainnya yang lebih baik. Dan inilah yang menjadi keunggulan utama.
- “Santri putra tampil, santri putri boleh nonton, ketika santri putri tampil, putra tidak boleh nonton.”. Begitulah ujarnya, Ajaran islam merupakan pelopor utama dalam memerdekakan kaum wanita, bahkan dalam hal kemulian, wanita lebih tinggi dari seorang laki-laki, hal inilah yang disebutkan oleh Baginda Rasululah Saw.
- Karena kedisiplinan, ketepatan waktu juga nilai yang diperoleh adalah 8,5 selisih 5 poin oleh putra yang mendapat nilai 8 saja
- Menarik untuk dibahas juga yaitu masalah panggung dan juga dekorasi, dimana harus ada penyesuain lightning (Pencahayaan) disetiap penampilannya, kemudian juga background haruslah sesuai dengan tema yang diusung, atau boleh dikatakan putri haruslah mempunyai background sendiri.
Panggung Gembira merupakan puncak dari pekan perkenalan Khutbatul Arsy’ dan sekaligus menutup rentetan kegiatan Khutbatul Arsy’. Walau demikian Khutbatul Arsy’ akan selalu kita temui dan rasakan setiap harinya diPesantren ini. Salah satu filsafah pesantren yaitu “Jangan sampai seperti orang buta meraba gajah.”. Dimana orang buta yang pertama memegang ekor gajah dan mengatakan bahwa gajah itu Panjang, sementara yang satu lagi memegang telinga gajah dan mengatakan bahwa gajah itu tipis, begitupun seterusnya.