Search
Close this search box.
Search
Close this search box.

Laa Taghdob walakal Jannah: Menahan Amarah, Salah Satu Akhlaq Mulia yang Diajarkan di Pesantren

Di era modern yang serba cepat dan penuh tekanan ini, sungguh ironis melihat begitu banyaknya kasus kekerasan, konflik, dan perpecahan yang terjadi akibat ketidakmampuan seseorang dalam mengendalikan amarahnya. Dari kasus bullying di sekolah, kekerasan dalam rumah tangga, hingga pertikaian di media sosial yang berujung pidana – semua ini mencerminkan betapa pentingnya kemampuan mengelola emosi yang sayangnya masih kurang dimiliki oleh banyak orang. Bahkan beberapa kasus viral yang meresahkan masyarakat, seperti pengendara yang tega menganiaya pengguna jalan lain karena hal-hal sepele, menunjukkan bahwa pengendalian amarah telah menjadi tantangan serius di zaman modern.

Pendidikan Pengelolaan Emosi di Pesantren

Melihat fenomena tersebut, pendidikan karakter berbasis pesantren menjadi semakin relevan sebagai solusi dalam membentuk generasi yang mampu mengendalikan emosi dengan baik. Di dalam lingkungan pesantren, para santri tidak hanya diajarkan ilmu-ilmu agama secara teoritis, tetapi juga dibimbing untuk mengembangkan akhlaq mulia dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu ajaran penting yang ditekankan adalah kemampuan untuk menahan amarah, sebagaimana tercermin dalam hadits “Laa Taghdob walakal Jannah” yang berarti “Janganlah engkau marah, maka bagimu surga.”

Pentingnya Menahan Amarah dalam Islam

Islam memberikan perhatian khusus terhadap pengendalian amarah. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran Surah Ali Imran ayat 134 yang artinya: “Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang lain. Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan.”

Dalam kehidupan pesantren, para santri dilatih untuk:

  1. Memahami bahwa amarah adalah emosi yang wajar, namun harus dikelola dengan bijak
  2. Mengenali tanda-tanda kemarahan pada diri sendiri
  3. Mempraktikkan teknik-teknik pengendalian amarah sesuai tuntunan Islam

Metode Pengendalian Emosi yang Diajarkan di Pesantren

  1. Pembelajaran Melalui Dzikir 

Para santri diajarkan untuk senantiasa berdzikir dan mengingat Allah ketika mulai merasa marah. Dzikir dapat menenangkan hati dan pikiran, sehingga amarah dapat mereda secara alami.

      2. Meredakan Amarah Melalui Wudhu dan Shalat

Islam mengajarkan bahwa wudhu dan shalat memiliki kekuatan luar biasa dalam menenangkan jiwa dan meredakan amarah:

Keutamaan Wudhu

  • Air wudhu dapat mendinginkan tubuh dan menenangkan saraf
  • Gerakan membasuh wajah dan anggota tubuh memberikan efek relaksasi
  • Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya amarah itu dari setan, dan setan diciptakan dari api, dan api hanya bisa dipadamkan dengan air. Maka jika salah seorang dari kalian marah, hendaklah berwudhu.” (HR. Abu Dawud)

Kekuatan Shalat

  • Shalat sebagai media meditasi dan menenangkan pikiran
  • Gerakan shalat membantu melepaskan ketegangan fisik
  • Kekhusyukan dalam shalat membantu mengembalikan kesadaran dan pengendalian diri
  • Allah SWT berfirman: “Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat.” (QS. Al-Baqarah: 45)
  1. Penerapan Adab Rasulullah

Ketika marah, santri dianjurkan untuk mengikuti sunnah Rasulullah SAW:

  • Mengubah posisi (jika berdiri maka duduk, jika duduk maka berbaring)
  • Berwudhu untuk menyegarkan diri
  • Mengucapkan ta’awudz (A’udzubillahi minasy syaithonir rojim)
  1. Pembinaan Kesabaran

Pesantren mengajarkan bahwa kesabaran adalah kunci utama dalam mengendalikan amarah. Para santri dilatih untuk:

  • Memperpanjang nafas ketika marah
  • Menunda respon hingga amarah mereda
  • Melihat situasi dari berbagai sudut pandang

Manfaat Menahan Amarah

  1. Spiritual
  • Mendapatkan ridho Allah SWT
  • Meningkatkan derajat ketakwaan
  • Membuka pintu surga
  1. Sosial
  • Menjaga keharmonisan hubungan
  • Mencegah perpecahan
  • Meningkatkan respect dari orang lain
  1. Personal
  • Menjaga kesehatan mental dan fisik
  • Meningkatkan kemampuan berpikir jernih
  • Mengembangkan kematangan emosional

Implementasi dalam Kehidupan Sehari-hari

Di pesantren, santri diajarkan untuk mengaplikasikan pengendalian amarah dalam berbagai situasi:

  • Ketika menghadapi perbedaan pendapat
  • Saat mengalami kesulitan dalam belajar
  • Dalam berinteraksi dengan teman sekamar
  • Ketika menghadapi masalah keluarga

Kesimpulan

Menahan amarah bukan hanya sekadar ajaran teoritis di pesantren, tetapi merupakan praktik nyata yang dibimbing dan diawasi secara berkelanjutan. Kemampuan mengendalikan amarah menjadi salah satu indikator keberhasilan pendidikan karakter di pesantren, yang akan bermanfaat bagi santri sepanjang hidupnya.

Sebagaimana pesan Rasulullah SAW, “Bukanlah orang yang kuat (yang sebenarnya) dengan (selalu mengalahkan lawannya dalam) pergulatan, tetapi orang yang kuat (yang sebenarnya) adalah yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Pendaftaran Santri Baru