Grand Syekh Al-Azhar (GSA) Prof. Dr. Ahmad At-Thayib berkunjung ke Ponpes Darunnajah pada Kamis, 11 Juli. Rombongan GSA terdiri dari Duta Besar Mesir HE. Yasser Elsheemy, Ketua Organisasi Internasional Alumni Al-Azhar Prof. Dr. Abbas Shouman, Sekretaris Jenderal Majelis Hukama Muslimin Counsellor Muhammad Abdussalam, Sekretaris Jenderal Lembaga Riset Islam Prof. Dr. Nadhir Ayyadh, Mantan Rektor Al-Azhar Prof. Dr. Al-Mahrashawi, Direktur Pusat Studi Bahasa Arab ‘At-Tathwir’ Al-Azhar Prof. Dr. Nahlah Sobri, dan Duta Besar Abdurrahman Musa, pada Kamis, (11/07).
Rombongan diterima secara hangat oleh Pimpinan Pondok, Dr. KH. Sofwan Manaf, M.Si, KH. Hadiyanto Arief, S.H., M.Bs., Rektor Universitas Darunnajah, serta jajaran asatidz.
Dalam sambutannya, Dr. KH. Sofwan Manaf, M.Si, mengungkapkan bahwa Darunnajah sangat terinspirasi oleh Al-Azhar dalam bidang pendidikan, terutama manhaj pendidikan Islam yang wasatiyyah.
Selain pendidikan, aspek lain yang menginspirasi dari Al-Azhar adalah wakaf. Al-Azhar dianggap sebagai lembaga pendidikan Islam paling berhasil menjadikan wakaf sebagai instrumen utama dalam menopang pendidikan selama lebih dari 10 abad.
Menurut Kiai Sofwan, ribuan pesantren di Indonesia menjadikan Al-Azhar sebagai salah satu rujukan dalam hal perwakafan. Tanah wakaf Darunnajah yang awalnya seluas 600 meter persegi kini berkembang menjadi lebih dari 1000 hektar setelah 60 tahun.
Sebagai bentuk apresiasi kepada Al-Azhar, Kiai Sofwan menegaskan bahwa pembangunan gedung tujuh lantai yang sedang berlangsung, dengan biaya sekitar 45 miliar, akan dinamai Gedung Al-Azhar.
Sementara itu, Syaikh Al-Azhar dalam tausiyahnya menekankan pentingnya penguasaan ilmu pengetahuan bagi umat Islam. Menurut GSA, kata “ilmu” dalam Al-Quran memiliki makna yang luas, mencakup belajar, mengamati, meneliti, dan mencipta.
Kata “ilmu” disebutkan lebih dari 100 kali dalam Al-Quran, menunjukkan betapa pentingnya kedudukan ilmu bagi seorang Muslim. Terlebih, ayat pertama yang turun adalah perintah untuk membaca.
Syaikh Al-Azhar juga menekankan pentingnya kaitan antara ilmu dan iman. “Berimanlah dengan ilmu agar menjadi keyakinan yang kuat,” ujarnya.
Di hadapan sekitar 500 pimpinan pesantren, beliau menghimbau agar pesantren mengajarkan pengetahuan Islam secara luas dan komprehensif, termasuk keragaman pendapat dalam madzhab, baik dalam akidah maupun fiqh ibadah.
Himbauan Grand Syaikh Al-Azhar bertujuan agar anak didik kita memiliki wawasan luas dan sikap toleran. Beliau menekankan agar tidak terlalu kaku atau terlalu longgar, melainkan bersikap wasatiyah. Semua pendapat dalam madzhab harus dikaji secara mendalam, hingga ke akar masalah dan dasar argumentasinya. Inilah manhaj yang diajarkan dalam tradisi Al-Azhar hingga saat ini.
Di akhir tausiyahnya, beliau mengapresiasi peran dan capaian yang telah diraih Darunnajah. Ia optimis Darunnajah akan terus berkembang dan maju. GSA juga berjanji akan memberikan perhatian lebih kepada Darunnajah dan pesantren-pesantren pada umumnya.
Grand Syaikh menyatakan sangat senang dan gembira atas sambutan yang meriah, yang menunjukkan kecintaan masyarakat Indonesia kepada Al-Azhar.
Hadir dalam acara tersebut lebih dari 600 pengasuh pondok pesantren yang tergabung dalam asosiasi FPAG, FKPM, P2i, dan lainnya.