Khutbah Idul Adha di Pesantren Darunnajah Jakarta yang Disampaikan oleh Ustaz H. Hendro Risbiyantoro, M.S., pada Shalat Idul Adha 1445 Hijriah
Berjudul: Refleksi dari Kisah Nabi Ibrahim AS, Pengorbanan Orang Tua dan Anak dalam Pendidikan Pesantren.
KHUTBAH PERTAMA
الله أكبر 9x الله أكبر ولله الحمد…
الحمد لله، الحمد لله الذي خلق الخلق وقدر الأشياء، واصطفى من عباده الرسل والأنبياء، بهم نتأسى ونقتدي، وبهداهم نهتدي، أحمده سبحانه وتعالى بما هو له أهل من الحمد وأثني عليه، وأؤمن به وأتوكل عليه، من يهده الله فلا مضل له ومن يضلله فلا هادي له، أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن سيدنا ونبينا محمدا عبده ورسوله لا نبي ولا رسول بعده، أنزل عليه ربه القرآن المبين، هدى ونورا للمؤمنين، وجعل رسالته رحمة للعالمين، صلى الله عليه وسلم وعلى سائر الأنبياء والمرسلين، وآل كل والصحابة والتابعين لهم بإحسان إلى يوم الدين. أما بعد، قال تعالى: ياأيها الذين آمنوا اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن إلا وأنتم مسلمون.
Ma’asyiral Muslimin, Jamaah Sholat Idul Adha Pesantren Darunnajah yang dirahmati Allah SWT.
Pagi hari yang penuh barokah ini, kita berkumpul di sini untuk melaksanakan shalat Idul Adha. Baru saja kita laksanakan rukuk dan sujud, takbir, tahmid, tasbih sebagai manifestasi perasaan taqwa kita kepada Allah SWT.
Kita agungkan asma-Nya, kita gemakan takbir, tahmid, tasbih dan tahlil sebagai ungkapan pernyataan dan pengakuan atas keagungan Allah SWT. Takbir yang kita gaungkan bukanlah hanya sekedar gerak bibir tanpa arti.
Namun, merupakan pengakuan dalam hati, menyentuh dan menggetarkan relung-relung jiwa orang yang beriman. Hanya Allah Maha Besar, Allah Maha Agung, tiada yang patut disembah kecuali hanya Allah semata.
Marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan nikmat-Nya pada kita. Nikmat yang senantiasa menyertai kehidupan kita, dalam tidur dan terjaga, saat istirahat maupun beraktifitas, saat kita bergerak maupun diam.
Semua nikmat yang kita rasakan kemudian menjadi nikmat yang hakiki tatkala nikmat iman masih mendominasi dalam diri kita dan Allah SWT telah begitu banyak memberikan kenikmatan, sampai-sampai kita tidak bisa menghitung satu per satu nikmat yang telah Allah berikan.
وَإِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ اللهِ لَا تُحْصُوْهَا
Dan itu sudah menjadi satu keharusan bagi kita memanfaatkan segala kenikmatan untuk mengabdi kepada-Nya sebagai manifestasi dari rasa syukur itu, Kita wujudkan dengan meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT., dengan; menghindarkan diri dari kecurangan, kebohongan dan berbagai sifat tercela lainnya, berusaha mentaati perintah-perintah Allah dan menjauhi segala larangannya. Karena dengan demikian kita dapat istiqamah berusaha menjadi orang yang saleh.
Selain dari pada itu, manifestasi dari rasa syukur juga kita laksanakan dalam wujud pelaksanaan ibadah sholat Jum’at dan ibadah-ibadah lainnya, maka dari itu kita harus mewajibkan diri untuk selalu beristiqomah dalam menjalankan ibadah, karena Istiqomah merupakan kata yang sering kita dengar, namun tidak mudah untuk menjalankannya.
Solawat dan salam kita sanjung agungkan kepada Baginda Nabi besar Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabat-sahabatnya dan para penerus risalahnya yang terus berjuang untuk tegaknya nilai-nilai Islam di muka bumi ini hingga hari kiamat nanti.
Hadirin, Jamaah Shalat Ied Darunnajah yang berbahagia
Perayaan Idul Adha tidak terlepas dari kisah tentang sosok seorang hamba mulia yang diabadikan oleh Allah Azza wa Jalla untuk peradaban umat manusia.
Itulah kisah Nabi Ibrahim AS beserta keluarganya. Melalui kisah ini, Allah SWT ingin menunjukkan kepada kita betapa pentingnya posisi seorang pemimpin untuk dirinya, keluarga, masyarakat, bangsa dan agamanya dalam membangun suatu peradaban yang besar, menuju masyarakat yang bahagia dan sejahtera, tidak hanya di dunia, namun juga di akhirat kelak.
Kisah Nabi lbrahim AS, merupakan potret menapaki jalan terjal menuju ketinggian derajat, menjalani detik-detik paling menggetarkan dalam kehidupan jiwanya dan dalam segenap gelombang sejarah kemanusiaan.
Hari raya Idul Adha yang kita peringati dan kita rayakan di Pesantren Darunnajah ini telah memberikan kesan dan pelajaran yang dalam untuk kita semua, khususnya dalam kaitan mengenang tokoh-tokoh yang terkait dengan peristiwa pengorbanan.
Nabi Ibrahim AS, Sayyidah Hajar, dan Ismail AS merupakan figur-figur yang memang patut kita teladani. Kisah Nabi Ibrahim AS dan keluarganya adalah cerita pengorbanan yang tidak ada batasnya karena rangkaian episode yang dijalani Nabi Ibrahim AS dan keluarganya dilalui dengan ujian pengorbanan demi pengorbanan dengan sempurna.
Berkata Ibnu Abbas R.A., “Belum ada orang yang mendapatkan ujian dalam agama, kemudian menegakkannya dengan sempurna melebihi Nabi Ibrahim AS. Dalam riwayat lain Ibnu Abbas mengatakan,”
Kalimat atau tugas yang dilaksanakan dengan sempurna yaitu berani melawan kaumnya ketika mereka menyembah berhala, membantah keyakinan raja Namrud yang begitu bengis dan dzalim, bersabar ketika dilemparkan ke dalam api yang sangat panas, hijrah meninggalkan tanah airnya demi Allah, menjamu tamu-tamunya dengan baik, dan bersabar ketika diperintah menyembelih putranya.
Dan ini menjadi kisah pengorbanan paling fenomenal Nabi Ibrahim begitu lama menantikan buah hati, dan belum diberikan oleh Allah SWT, beliau selalu berdoa
رب هبلي من الصالحين
Sebagaimana manusia ciptaan Allah SWT, meskipun beliau seorang Nabi dan Rasul, beliau tetap menginginkan keturunan demi melanjutkan tonggak perjuangan dakwahnya.
Sebuah episode pengorban yang begitu dalam dan sangat mengagumkan. Lebih dari 80 tahun Ibrahim menantikan kehadiran keturunan.
Puncak pengorbanan itu datang dalam bentuk perintah yang lebih tidak masuk akal lagi dari sebelumnya.
Ibrahim diperintahkan untuk menyembelih Ismail. Kita bisa membayangkan, betapa senangnya Nabi Ibrahim AS memiliki putera yang diidam-idamkannya, putera yang terlahir secara ajaib karena karena dinanti sudah begitu lama.
Betapa senangnya Nabi Ibrahim As, apalagi sang putera menjelang remaja, sebagai tunas yang kelak menggantikan misi kenabiannya, keinginanya memiliki anak ia adukan kepada Allah agar kelak risalahnya tidak mati sepeninggalnya. Tapi anak tersebut harus disembelih.
Al-Quran mengisahkan secara dramatis dalam Surat Ash-Shaaffaat : 102.
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
(الصافات: 102)
“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku Termasuk orang-orang yang sabar”.
Sungguh suatu keluarga yang hebat, bapak, ibu, dan anak serempak secara kompak bersedia berkorban melaksanakan perintah Allah sekalipun bagi sebagian orang hal itu sangat berat baginya.
Seperti dalam pepatah “Buah jatuh tak jauh dari pohonnya”, Ibrahim As adalah seorang pendidik yang agung, tidaklah heran jika sang anak memiliki karakter yang tidak jauh berbeda dengan bapak.
Hanya melalui cerita mimpi sang Ayah, sang anak tahu ayahnya seorang Nabi dan dia tahu mimpi seorang Nabi adalah benar adanya. Beliau mengajarkan banyak hal kepada kita, makna pengorbanan, makna ketulusan keimanan, makna kecintaan dan lain sebagainya.
Kisah pengorbanan Ibrahim a.s. dan keluarganya memberikan pelajaran yang sangat dalam kepada kita bahwa pengorbanan akan melahirkan keberkahan. Ibrahim menjadi orang yang paling dicintai Allah, khalilullah, imam, abul anbiya (bapak para nabi), hanif, sebutan yang baik, kekayaan harta yang melimpah ruah, dan banyak lagi.
Hanya dengan pengorbananlah kita meraih keberkahan. Dari pengorbanan Ibrahim dan keluarganya, dari lembah yang tandus, kering dan asing, kini Kota Makkah menjadi peradaban dunia dan sekitarnya menjadi pusat ibadah umat manusia sedunia.
Sumur Zamzam yang penuh berkah mengalir di tengah padang pasir dan tidak pernah kering. Kini lebih kurang sekitar 3 juta orang dari seluruh dunia berkumpul di Makkah untuk melaksanakan Ibadah haji.
Mereka meninggalkan semua urusan duniawi dengan pengorbanan harta, waktu dan tenaga untuk mendapatkan keberkahan, yaitu Haji Mabrur.
Dari lembah yang kering dan gersang lewat pengorbanan, kini lembah tersebut berubah menjadi peradaban dunia. Itulah berkah pengorbanan Nabi Ibrahim dan keluarganya. Sangat mengagumkan.
Apa balasan Allah yang diberikan atas pengorbanan Nabi Ibrahim dan bisa dijadikan pelajaran bagi kita?
Yang pertama, Setelah Nabi Ibrahim pasrah maka Allah memerintahkanوفديناه بذبح عظيم kami ganti Ismail AS dengan dengan sembelihan hewan kurban yang besar, tidak sampai di situ, pensyariatan itu berlaku sampai hari Kiamat. Sejarah turut mencatatnya. Apa cukup sampai disitu balasan Allah? Tidak.
Yang kedua, Setelah Allah menguji Nabi Ibrahim dan ujian itu berhasil dilaluinya, Allah anugerahkan seluruh keturunan nabi, dari garis keturunan Nabi Ibrahim AS. Lahir setelahnya Nabi ishaq, nabi Ayub, nabi Ya’kub, Nabi Yusuf, Nabi Musa, Nabi Isa Alaihimussalam, dan dari Ismail garis keturunannya sampai kepada nabi Muhammad SAW.
Karena itu, di hari yang penuh berkah ini, marilah kita berhenti sejenak, membuka hati untuk sejenak belajar dari ayahanda para nabi dan rasul, Nabiyullah Ibrahim ‘alaihissalam. Belajar tentang betapa pentingnya nilai keluarga kita, tentang betapa pentingnya nilai seorang anak bagi orangtuanya di dunia dan akhirat.
Pelajaran ketiga, dari kisah Nabi Ibrahim AS adalah bahwa untuk mendapatkan anak yang shaleh, maka orangtua terlebih dahulu berusaha menjadi orang yang shaleh. Karena siap menjadi orangtua artinya siap menjadi teladan untuk keluarga, bukan sekedar memberi makan dan mencukupi kebutuhan anak.
Keberhasilan Nabi Ibrahim AS mendapatkan karunia anak shaleh seperti Isma’il AS karena beliau berhasil mendidik dan membentuk dirinya menjadi seorang hamba yang shaleh. Allah Azza wa Jalla menegaskan:
قد كانت لكم أسوة حسنة في إبراهيم والذين معه
“Sungguh telah ada untuk kalian teladan yang baik dalam diri Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya.” (al-Mumtahanah: 4)
Orang tua kita di rumah, berusaha menjadi orang tua yang baik, salah satu buktinya ada memasukkan antum di pesantren Darunnajah ini.
Mungkin, orang tua kita sedang meniru pengorbanan Nabi Ibrahim AS dan sayyidah Hajar. Mereka menahan sesuatu yang pedih, tidak bisa bertemu dengan kita setiap harinya, ini dapat menyebabkan kerinduan yang mendalam bagi orang tua dan anak.
Belum lagi di situ juga ada pengorbanan finansial. Orang tua membiayai antum dengan ikhlas untuk belajar di pesantren ini. Namun, sebagian besar orang tua menganggap pengorbanan ini sebagai investasi untuk pendidikan agama dan karakter anak yang lebih baik.
Mereka berharap antum akan tumbuh menjadi orang yang beriman, berakhlak mulia dan berwawasan luas.
Pelajaran keempat, Bentuk pengorbanan yang dialami anak, dalam hal ini adalah antum yang dimasukkan ke pesantren, di antaranya adalah antum berpisah dari keluarga, antum berpisah dari ayah, ibu, saudara, dan lingkungan keluarga yang selama ini membesarkan, meninggalkan kenyamanan rumah.
Di pesantren, antum harus terbiasa dengan lingkungan baru, pola hidup yang berbeda, dan fasilitas yang berbeda dibanding di rumah. Di pesantren, antum dilatih untuk lebih mandiri dalam mengurus keperluan sehari-hari, dan ini adalah wujud dari pengorbanan seorang anak, sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Nabi Ismail AS.
Meski berat, pengorbanan ini diyakini mampu membentuk karakter, kemandirian dan kematangan antum untuk kehidupan yang lebih baik kelak.
Maasyiral Muslimin Jamaah shalat Ied Darunnajah yang dirahmati Allah SWT
Dalam kemegahan perayaan Idul Adha kali ini, mari kita renungkan kembali seluruh pengorbanan yang telah diberikan oleh Nabi Ibrahim AS beserta keluarganya.
Pengorbanan yang luar biasa tersebut merupakan cerminan keimanan yang sempurna kepada Allah SWT.
Semoga kita semua dapat mengambil ibrah dan hikmah dari kisah tersebut, sehingga memotivasi kita untuk senantiasa taat dan patuh kepada perintah Allah dalam keadaan apapun.
Sebagai anak yang menempuh pendidikan di pesantren, hendaknya kita dapat merenungi pengorbanan orangtua kita yang telah menitipkan harapan besar agar kita menjadi insan yang shaleh dan berkarakter mulia seperti Nabi Ismail AS.
Mari kita hargai setiap tetesan keringat dan pengorbanan orangtua dengan senantiasa bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu dan menjaga akhlak kita.
Semoga Allah senantiasa memberkahi setiap langkah kita dalam meneladani jejak Nabi Ibrahim AS dan keluarganya.
Semoga pengorbanan kita sebagai orangtua dan anak yang dipisahkan demi mencari ilmu diridhoi Allah dan menjadi ladang keberkahan di dunia dan akhirat kelak. Aamiin yaa rabbal ‘aalamiin.
أعوذ بالله من الشيطان الرجيم، بسم الله الرحمن الرحيم. إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَٰئِكَ يَرْجُونَ رَحْمَتَ اللَّهِ ۚ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ.
بارك اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ والذِّكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ.
Khutbah ke-2
الله أكبر 9 X الله أكبر ولله الحمد.
لْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ
أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه. أعوذ بالله من الشيطان الرجيم، بسم الله الرحمن الرحيم. ياأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. (آل عمران: 102). وقال في آية أخرى، أعوذ بالله من الشيطان الرجيم، بسم الله الرحمن الرحيم. يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ، وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا. (الأحزاب: 70-71).
أعوذ بالله من الشيطان الرجيم- بسم الله الرحمن الرحيم. وَالَّذِينَ هَاجَرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ ثُمَّ قُتِلُوا أَوْ مَاتُوا لَيَرْزُقَنَّهُمُ اللَّهُ رِزْقًا حَسَنًا ۚ وَإِنَّ اللَّهَ لَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ.
اللَّهُمَّ صَلِّ وسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ وسَلّمْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، فِي العَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِيْنَ، وَعَنْ أَزْوَاجِهِ أُمَّهَاتِ المُؤْمِنِيْنَ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنْ المُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَآءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مَجِيْبُ الدَّعَوَاتِ. اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِّدِيْنَ الْمُخْلِصِيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِيْنَ ودَمِّرْ أَعْدَآئَنَا وَأَعْدَآءَ الدِّيْنِ وأَعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلاَءَ وَالْوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَالْمِحَنَ وَسُوْءَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنا إندونسيسا خَآصَّةً وَعَنْ سَائِرِ الْبُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَآمَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. عِبَادَ اللهِ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَآءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْئَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكم، وَلَذِكرُ اللهِ أَكْبَرُ.