Search
Close this search box.
Search
Close this search box.

Ketika Dakwah Rasulullah Ditolak oleh Penduduk Kota Thaif

Ketika Dakwah Rasulullah Ditolak oleh Penduduk Kota Thaif (sumber: vecteezy.com)

Ketika penduduk Kota Thaif menolak dakwah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam, beliau diusir, dilempari dengan bebatuan, hingga jasad yang mulia Baginda Nabi ﷺ mengalirkan darah.

Dan anak-anak kecil berlarian, dikerahkan untuk memaki beliau. Sang Nabi Kekasih Allah berlari menepi. Sedangkan sekeliling Kota telah dikepung.

Mengancam dengan pilihan;

Hentikan dakwahnya atau tak bisa keluar dari segala siksaan.

Langkah Rasulullah ﷺ terhenti di sebuah kebun. Saat itulah Malaikat Jibril, Pimpinan para malaikat menawarkan gunung mana yang akan ditimpakan untuk para penghina Nabi terkasih.

 

Namun, apa jawaban Baginda Nabi ﷺ?

“Oh, Jibril, Tidak, Jangan! Jangan lakukan!

Sesungguhnya mereka adalah kaumku.

Mereka berlaku demikian, karena ketidaktahuan.

Sungguh aku berharap, kelak dari keturunan mereka lahir Generasi yang beriman.

Membela agamanya dengan penuh keberanian.”

 

Jika bukan Nabi Muhammad ﷺ, maka tidak akan mampu melakukan hal demikian.

Di tengah ketersakitan, dan memiliki kekuasaan untuk membalas, beliau justru memilih untuk memaklumi dan memaafkan.

“Sesungguhnya mereka adalah kaumku.”

Padahal mereka bukan hanya menolak dakwah Nabi Muhammad ﷺ, mereka bahkan menyiksa Nabi, dan membuat Nabi terluka!

Tapi, Rasulullah Nabi Muhammad ﷺ masih menyebutnya “KAUMKU“.

 

Keagungan pribadi beliau, tidak terpengaruh sedikit pun oleh sikap manusia kepadanya.

Bahkan di tengah ketersakitannya, beliau tetap menebar rahmat.

Nabi Rahmatan lil ‘aalamin ﷺ menolak tawaran malaikat penjaga gunung yang akan menimpakan gunung ke masyarakat Thaif.

 

Mengapa beliau tolak? Padahal amat pantas, sebagaimana yang terjadi pada ummat-ummat yang sebelumnya.

Para Nabi memohonkan disegerakan azab bagi ummatnya yang membangkang.

Mengapa tidak dengan Rasulullah ﷺ  Tuannya Para Nabi ini?

Demikianlah cinta. Nabi Muhammad ﷺ Nabi Penebar Cinta. Jika kekerasan adalah penyakit, maka penawarnya adalah cinta.

Tidaklah Nabi bersikap berucap dengan hawa nafsu, kecuali segalanya berdasarkan wahyu.

Allah menghendaki kebaikan, dan Kekasih-Nya Nabi Muhammad senantiasa selaras dengan kehendak Allah.

Pada masyarakat Thaif, justru Nabi Muhammad ﷺ melihat ada jalan dan kesempatan berkebaikan.

Maka yang lahir ialah harapan-harapan. Kemudian kita saksikan, betapa hati yang terpaut pada Allah, akan mampu menembus rasa sakit dan ketersempitan.

 

Wallahu a’lam.

Rabiul Awwal 1445 H.

Pendaftaran Santri Baru