Search
Close this search box.
Search
Close this search box.

Delegasi Daurah Umm Al-Qura Mengunjungi Kota Rasulullah SAW

MADINAH – Setelah beberapa waktu delegasi Daurah al-Shaifiyyah Umm al-Qura melakukan kegiatan di sekitar Kota Suci Mekkah al-Mukarramah, mereka diberikan kesempatan untuk mengunjungi Kota Suci umat Islam kedua di Madinah al-Munawwarah selama tiga hari (27-30/6/19) yang memiliki nilai tinggi sejarah Islam.

Tujuan ziarah di kota ini untuk menambah ilmu dan keimanan sebagai seorang Muslim dengan mengetahui awal dakwah Islam, dan mempelajari nilai-nilai kegigihan yang dicontohkan oleh Rasulullah dalam membangun peradaban Islam. Bersama rombongan ini para Masyayikh yang menjadi fasilitator dan dosen Universitas Umm al-Qura. Mereka tinggal di Hotel Anwar al-Madinah Movenpick, hotel bintang lima yang berada di hadapan pelataran Masjid Nabawi.

Kunjungan ke Kota Rasulullah ini dalam rangka untuk napak tilas perjalanan Hijrah Nabi Muhammad Saw. yang menghadapi tantangan dakwah dari Kaum Quraisy di Mekkah. Selain itu, juga untuk mengetahui secara langsung beberapa situs penting yang menjadi catatan peninggalan sebagaimana digambarkan di dalam Sirah Nabawiyyah. Jum’at pagi (27/6) seluruh delegasi diberikan kebebasan untuk melakukan kegiatan yang tidak terikat jadwal.

Pada sore harinya, rombongan berkunjung ke Jabal Uhud (Gunung Uhud), yang terletak sebelah utara Madinah dengan ketinggian kira-kira 350 m. Sepanjang perjalanan ini, Syaikh Dr. Hasan al-Bukhari, dekan Fakultas Bahasa Arab Universitas Umm al-Qura, memberikan latar belakang beberapa tempat yang dikunjungi oleh delegasi daurah. Beliau  menjelaskan bahwa Gunung ini dinamakan “uhud” karena satu gunung yang berdiri sendiri, tidak bersambung dengan lainnya. Nama ini disebutkan dalam sejarah Arab.

Rasulullah bersabda dalam haditsnya : “Uhud adalah gunung yang mencintai kita, dan kita mencintainya. Dan dia (gunung) adalah salah satu gunung di surga”  (أحد جبل يحبنا و نحبه وهو من جبال الجنة). Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad. Tempat ini menjadi saksi perang antara kaum muslimin dan Quraisy, sebagai kelanjutan kekalahan perang pihak Quraisy di Badar. Perang Uhud ini diakhiri dengan kekalahan umat Islam karena tidak mengikuti perintah Rasulullah saw. dalam strategi yang diterapkan. Banyak para sahabat yang menjadi Syuhada termasuk di dalamnya paman beliau.

Rombongan Daurah Mengunjungi Jabal Uhud
Rombongan Daurah Mengunjungi Jabal Uhud

Pada hari berikutnya (28/6) rombongan melakukan ziarah ke Masjid Quba’. Masjid ini merupakan masjid pertama yang dibangun oleh Rasulullah saw. pada tahun 1 Hijrah, atau 8 Rabiul Awwal bertepatan dengan tahun 622 M, berlokasi kira-kira 3 Km sebelah tenggara Kota Madinah.

Para Masyayikh menjelaskan sejarah latar belakang masjid ini yang memiliki keutamaan bagi Umat Islam untuk menunaikan shalat sunnah di dalamnya. Bagi yang melakukannya memiliki kesamaan dengan pahala umrah,  sebagaimana disebutkan oleh Ibn Majah di dalam Sunannya. Rasulullah saw. mendataangi masjid ini setiap seminggu sekali pada hari yang berbeda-beda, terkadang para hari Sabtu atau lainnya. Dari sini terlihat posisi Masjid Quba’ begitu penting dalam dakwah beliau di Madinah sebagai pijakan pertama untuk menyebarkan Islam.

Berikutnya rombongan berkunjung ke situs Benteng Ka’ab bin Asyraf. Tempat ini adalah sisa situs bangunan miliknya. Ia seorang tokoh Yahudi dari Bani Nadhir yang kaya dan mahir bersyair, namun ia sangat membenci umat Islam dan bersekongkol dengan orang-orang Quraisy di Mekkah pada waktu itu untuk memerangi kaum Muslimin.

Ekpresi kebencian ia ungkapkan dalam untaian syair-syair yang berisi ejekan kepada agama Islam dan kaum Muslimin. Mendengar hal ini, Rasululullah saw. meminta para sahabat untuk menyelesaikan masalah ini, karena telah menyakiti Allah swt., Rasulullah saw. dan umat Islam seluruhnya, apalagi setelah ada kesepakatan Piagam Madinah. Hadir di hadapan beliau Muhammad bin Maslamah beserta empat sahabat lain menawarkan diri kepada Rasulullah untuk membunuh Ka’ab bin Asyraf.

Baginda menyetujui penawaran mereka. Setelah beberapa hari, para pemuda ini datang kembali kepada Rasulullah dengan membawa kepala Ka’ab bin Ashraf, sebagai tanda tuntas misi tersebut. Hal ini menunjukkan pelajaran penting bagi kita semua, bahwa agama Islam perlu dijunjung tinggi oleh kita untuk menjaga wibawanya. Penghinaan terhadap agama Islam adalah hal yang serius, dan bagi penghina ada konsekuensinya.

Pada kesempatan berikutnya, delegasi juga berkunjung ke Masjid Qiblatain. Masjid ini adalah sejarah dimana Rasulullah saw. menerima wahyu  saat menunaikan Shalat Dhuhur untuk merubah arah kiblat dari Bait al-Maqdis Palestina ke arah Ka’bah di Masjid al-Haram. Peristiwa ini terjadi pada tahun ke-2 Hijrah. Rasulullah saw. menghadap Kiblat ke Bait al-Maqdis berjalan selama 16-17 bulan.

Perubahan arah kiblat ini adalah doa Rasulullah saw. yang beliau panjatkan dan dikabulkan oleh Allah swt. Ka’bah memiliki sejarah panjang sebagai Kiblat para Nabi dari Nabi Adam As. hingga Nabi Ibrahim As. Mereka menjadikan Ka’bah sebagai pusat dalam beribadah.

Di akhir kunjungan, rombongan mendatangi daerah dimana ada peristiwa Perang Khandaq. Perang ini terjadi pada tahun 5 H/627 M dan disebut juga perang al-Ahzab, karena adanya koalisi beberapa kelompok, kaum kafir Quraisy dan Bani Nadhir. Jumlah kekuatan pasukan mereka sebesar 10 ribu, sementara dari kaum Muslimin hanya 3 ribu pasukan saja. Dari sini, kita bisa lihat perbedaan jumlah pasukan yang begitu besar. Namun, peperangan ini dimenangkan oleh kaum Muslimin.

Kota Madinah yang dikelilingi oleh pegunungan, menginspirasi Salman al-Farisi untuk mengusulkan kepada Rasulullah dengan strategi penggalian parit (khandaq) untuk menutup wilayah utara bagian kota tersebut, karena satu-satunya jalur yang  memungkinkan dilewati oleh pasukan perang dalam jumlah besar.

Parit digali kira-kira 2.5 km, kedalaman kira-kira 3.5 m dan lebar kira-kira 4.5 m. Para penduduk dikonsentrasikan di dalam kota dengan persediaan makanan yang cukup, sementara pasukan kaum Muslimin berada di dekat parit. Pihak kaum Quraisy dan koalisi tidak bisa memasuki Kota Madinah. Mereka hanya bertahan di luar parit selama 27 hari dan akhirnya meninggalkan wilayah tersebut.

Atas rahmat Allah swt. peperangan dimenangkan oleh kaum Muslimin. Inilah titik terakhir penyerangan kaum Quraisy terhadap kaum Muslimin di Madinah. Pada masa-masa berikutnya yang terjadi adalah sebaliknya, pihak kaum Musliminlah melakukan perlawanan dan perluasan (futuhat) ke beberapa wilayah disekitar Makkah.  Sisa-sisa wilayah peninggalan perang Khandaq saat ini adalah bangunan beberapa masjid yang dibangun untuk mengenang para pejuang Khandaq; Masjid Abu Bakar, Masjid Umar, dan Masjid Uthman, Masjid Uthman, dan Masjid Ali.

(Bagian ke-6 dari Laporan Kegiatan Daurah Shaifiyyah Umm al-Qura Mekkah, Much. Hasan Darojat).

Baca Juga “Delegasi Daurah Shaifiyyah Universitas UMM AL-QURA Berkunjung Ke Halaqat Tahfidz Asyur Mekkah

Pendaftaran Santri Baru