Awalnya, pagi itu saya tersentak dan terhenyak membaca status whatsapp seseorang yang bertuliskan “Malang berduka, sepakbola itu hiburan bukan kuburan”. Kata terakhir tersebut yang membuat feeling saya berkata “Wah, kayaknya ada berita besar ini!”.
Benar saja, beberapa detik kemudian coba googling dengan kata pencarian ‘update informasi sepakbola’, sejurus kemudian muncul berita ‘127 orang meninggal akibat kerusuhan…. dst’.
Meski dalam reportase itu belum tergambar dengan jelas dan lugas kronologinya, tetapi saya sudah dapat membayangkan betapa ngerinya kejadian mengenaskan diantara ribuan dalam sebuah stadion sepakbola. Miris sekali. Tak terasa bergidik juga bulu roma ini.
Jelang agak siang saya coba perbaharui informasi. Ternyata data jumlah korban sudah jadi 150-an. Bahkan berpotensi terus bertambah karena masih ada ratusan orang sakit gegara kerusuhan tersebut, masih terbaring dalam perawatan dan penanganan.
Gegara kejadian malang di Malang itu, saya kembali termemori Sabda Nabi yang berarti: Ada dua macam nasehat, pertama nasehat yang berbicara yaitu Al Qur’an, dan kedua nasehat yang diam yakni kematian.
Memang sempat ada yang mempertanyakan, bagaimana kematian mereka dalam kondisi nonton sepakbola pada waktu yang kemungkinan belum sempat menunaikan kewajiban harian (sholat), happy ending (husnul khatimah) atau sad ending (su’ul khatimah)?, Wallahu a’lam, Allah SWT yang paling tahu jawabannya. Saya sendiri yang sempat komentar ‘ini mati sangit (gosong-bahasa Jawa) bukan mati syahid’ tak lama kemudian langsung menghapusnya, khawatir su’udzan (negatif thinking) tersebut akan membalik menimpa diri al faqir ini. Ma’aadzallah mim dzaalik.
Yang pasti, semua orang akan mati meski tidak tahu kapan, di mana dan bagaimana kedatangan ajalnya. Dalam Al qur’an diingatkan bahwa jika ajal kematian telang datang masanya maka tak seorangpun yang kuasa mempercepat atau memperlambat. Dalam Mahfudzat diterangkan ‘Barang siapa yang takut kematian, maka (tetap saja) akan menemuinya, walaupun ia mendaki langit sekalipun dengan tangga’ ومن هاب أسباب المنايا ينلنه # و إن يرق أسباب السماء بالسلم
Takut atau tidak takut mati, tetap kita akan mati. Yang terpenting bagaimana terus berupaya dalam kebajikan dan kesholehan hingga ajal datang masanya. Bukankah seseorang akan dimatikan sesuai kebiasaan?. Pernah seorang Kiai menasehati: Jangan hanya terus berusaha hidup enak tapi lupa mati enak!?.
Semoga pada waktunya, kita dimudahkan dalam sakaratul maut karena ia laksana pedihnya ditebas pedang ratusan kali dan dalam keadaan naza’ atau gharghar akan merasakan kehausan yang luar biasa, seandainya seluruh air di dunia di minumnya tak akan hilangkan dahaga. Tiada lagi berguna tumpukan harta dan belaian keluarga. Belum lagi godaan sang iblis durjana yang menghendaki setiap manusia meninggal tanpa melafadzkan asma Allah STW nan mulia.
Semoga Allah SWT merahmati kaum muslimin/at yang meninggal dunia, mengampuni segala dosanya dan menerima seluruh amal baiknya.
اللهم أنت السلام, ومنك السلام, و إليك يعود السلام, فحينا ربنا بالسلام, و أدخلنا الجنة دار السلام, تباركت ربنا و تعاليت يا ذا الجلال و الأكرام.
اللهم إنا نسألك سلامة في الدين, وعافية في الجسد, و زيادة في العلم, وبركة في الرزق, و توبة قبل الموت, ورحمة عند الموت, و مغفرة بعد الموت.
اللهم هون علينا في سكرات الموت و النجاة من النار و العفو عند الحساب.
اللهم ارزقنا حسن الخاتمة, آمين.
Bogor Barat, Ahad Sore, 2 Oktober 2022.
(Wardan/ Mr. MiM).