Barakah Al Qur’an Hantarkan Beasiswa Kuliah S2 Di Tunisia Di Kampus Impian
Oleh M. Fijar Islahul Ummah, S.Pd.I.
(Alumni TMI Darunnajah 2 Cipining angkatan XXII/2015)
Menjelang kelulusan tingkat Madrasah Aliyah, hampir semua santri kelas Nihai/ 6 TMI Darunnajah 2 Cipining sibuk mempersiapkan diri untuk daftar kuliah baik di dalam atau luar negeri (sebelum diberlakukannya wajib khidmah 1 tahun sejak lulusan tahun 2021-red), kecuali saya. Semua itu tidak dilakukan karena saya tahu kapasitas diri; minimnya ilmu dan kurangnya biaya menjadi alasan saya tidak mendaftar kuliah dimanapun. Meskipun demikian, saya mempunyai keinginan untuk belajar lagi khususnya di bidang Al-Qur’an. Sejak itu saya memutuskan harus masuk pesantren lagi, harus belajar Al-Qur’an dan harus menghafal Al-Qur’an. Entah darimana dorongan dan motivasi itu, yang jelas Al-Qur’an sangat penting bagi saya. Akhirnya saya memilih Pondok Pesantren Tahfizh Quran Al-Mustaqimiyyah.
Selama menjadi santri di Pondok Pesantren Tahfizh Al-Mustaqimiyyah, saya belajar dengan K.H. Deden Muhammad Makhyaruddin, M.A. Beliau adalah salah satu guru yang kompeten khususnya bidang Tahfizh dan Tafsir. Bahkan, Sang Kiai pernah menjuarai lomba Tahfizh dan Tafsir 30 juz Internasional di Maroko. Alhamdulillah, oleh beliau saya diamanahi menjadi ketua umum Indonesia Muroja’ah, sebuah organisasi yang menghimpun para penghafal Al-Qur’an di Indonesia dalam jaringan muroja’ah. Semenjak itu, saya mempunyai mindset yang dipegang teguh sampai sekarang, dalam diri saya tanamkan kuat suatu angan “Kelak, di masa depan, mau jadi apapun yang terpenting saya harus bersama Al-Qur’an”. Dan, Alhamdulillah melalui organisasi tersebut, saya mendapatkan beasiswa dari guru saya untuk melanjutkan Pendidikan Tinggi tingkat S1 hingga menjadi Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I).
Dari situlah saya mulai bersemangat belajar lagi, khususnya di Bidang Akademik, dan saya mantapkan hati untuk kembali melanjutkan pendidikan ke jenjang Magister di Tunisia. Padahal saat itu saya tidak memiliki biaya tapi saya yakin Allah SWT Yang Maha Kaya mendengar do’a saya. Tak sedikit pun rasa khawatir atau takut menggerogoti kepercayaan saya pada Allah SWT. Tak bosan berdoa dan meminta ridho orang tua dan guru. Alhamdulillah, rizki yang tidak terduga itu datang, tepat seminggu sebelum keberangkatan ke Tunisia saya dipanggil Ustadz Bachtiar Nasir ke kantornya. Dalam pertemuan itu Ustadz Bachtiar Nasir memberikan saya beasiswa penuh untuk kuliah di Tunisia. Tidak hanya itu, saya mendapatkan tiket keberangkatan, laptop dan living cost/ biaya hidup bulanan hingga lulus.
Tunisia menjadi tujuan melanjutkan jenjang pendidikan tinggi saya karena beberapa faktor, diantaranya budaya keilmuan yang konsisten berkembang menjadikan Tunisia saat ini sebagai Negara Arab dengan tingkat pendidikan merata terbesar diantara Bangsa Arab. Hal ini terjadi karena pemerintah Tunisia mengalokasikan APBN terbesarnya untuk subsidi pendidikan, hal itu menyebabkan masyarakat di daerah pedesaan Tunisia dapat mengeyam pendidikan formal dengan gratis.
Disamping itu, Tunisia memiliki banyak ulama yang terkenal, diantaranya, Syekh Thahir Ibn ‘Asyur dengan karya tafsirnya At-Tahrir wa at-Tanwir yang sangat fenomenal, dan sang pencetus Ilmu Maqasid al-Syariah. Kemudian tokoh Ibn Khaldun yaitu seorang bapak sosiologi dunia, cendekiawan Muslim dengan magnum opus karyanya kitab Muqaddimah Ibn Khaldun. Keduanya ‘hanya’ merupakan contoh kecil dua tokoh sentral yang sangat berpengaruh di dunia.
Saat ini, Tunisia menjadi salah satu negara yang direkomendasikan sebagai tempat untuk menuntut ilmu. Kemasyhuran Universitas Az-Zaitunah telah dikenal oleh kalangan para penuntut ilmu di Indonesia. Para pelajar di Indonesia berbondong-bondong ingin belajar ke Tunisia. Akan tetapi, proses seleksi yang ketat oleh Kementerian Pendidikan Tunisia, membuat pelajar Indonesia di Tunisia tidak terlalu banyak. Ini menjadi bukti bahwa Tunisia ingin memastikan bahwa pelajar Internasional yang datang untuk menimba Ilmu di Tunisia sudah betul-betul memiliki dasar Bahasa Arab yang cukup mumpuni.
Alhamdulillah, tahun 2021 Allah taqdirkan saya untuk menuntut ilmu atau kuliah di Tunisia lebih tepatnya di Universitas az-Zaitunah jenjang Magister jurusan ‘Ulumul Quran wal Hadist. Salah satu keunikkan pendidikan di Tunisia yaitu metode manhajiyyah tahlil al-nash yang diterapkan di Universitas az-Zaitunah. Dalam sesi ujian, setiap mahasiswa diwajibkan menjawab soal dengan metode tersebut Metode ini menuntut para mahasiswa untuk dapat menuangkan pemikirannya dengan tulisan yang rapi dan terstruktur. Selain itu, mahasiswa dituntut untuk terbiasa menulis, menjadikan setiap lulusan az-Zaitunah sebagai cendekiawan atau ahli ilmu yang sistematis dan terarah dalam menjawab persoalan dan permasalahan di masyarakat. Bagi teman-teman yang berkeinginan untuk melanjutkan jenjang Pendidikan di Tunisia, bisa dipantau Instagram PPI Tunisia, dengan banyak informasi seputar kuliah di Tunisia dan syarat pendaftarannya.
Alhamdulillah, sekarang sudah masuk semsester 2 dan saya menambah wawasan bukan hanya belajar di kampus saja. Saya menyetorkan hafalan al Qur’an setiap malah Ahad dan malam Rabu kepada Syaikh Ali Buslagim, seorang ulama al Qur’an Tunisia. Juga menambah belajar di Jam’iyyah Darul Hadist asuhan Syaikh Farid al-Baji, seorang Ahli Hadits terkemuka di Tunisia, dan saya satu-satunya mahasiswa Indonesia yang tinggal di Jam’iyyah Darul Hadist bersama beberapa santri dari berbagai negara, seperti Tunisia, Al-Jazair, Suriah dan lainnya. Hal itu menjadikan saya sangat cepat buntuk menambah skill/maharat Bahasa Arab.
Jadi saat ini, saya memilih kuliah dan belajar di jam’iyyah seperti layaknya pesantren. Pada saat pagi sampai sore hari, saya berangkat ke kampus untuk kuliah. Sepulangnya dari kampus kemudian pulang ke jam’iyyah untuk belajar hadis bersama para santri lainnya. Aktifitas di jam’iyyah pada malam hari saya manfaatkan untuk muroja’ah al-Quran dan muthala’ah pelajaran kuliah. Pada waktu libur hari Sabtu saya bergabung dengan komunitas Ashurian yaitu komunitas yang mengkaji pemikiran dan kitab-kitab karya Syaikh Tahir ibnu Ashur. Atas usaha dan kerja keras saya selama thalabul ilmi di Tunisia, berharap kelak saya akan meneruskan perjuangan keilmuan Syaikh Tahir ibnu Ashur dan mengamalkan ilmu yang bermanfaat di masyarakat. Semoga!. (edited by Mr. MiM).