Setiap muslim ada yang mengalami masa semangat dan ada yang mengalami rasa malas. Dan rasa malas yang datang ini sifatnya naluri yang bisa jadi ditemukan ketika beramal atau ketika kita belajar ilmu diin.
Tujuan utama hidup adalah beribadah kepada Allah SWT. Semudah itu diucapkan, namun pada praktiknya hal ini sulit dilaksanakan. Tentu tingkat kesulitan perindividu berbeda, ada yang merasa berat menjalankan ibadah-ibadah sunnah, ada juga yang ibadah wajib pun terasa berat dilakukan.
Bagaimana cara mengatasinya? Imam Abdullah Al-Haddad pernah ditanya “Apa obat bagi orang yang keberatan melakukan amal kebaikan dan condong pada kesenangan nafsunya padahal dia senang pada amal baik dan membenci perbuatan jelek?”
Sikap malas dan lemah adalah sifat yang membuat manusia menjadi orang yang paling merugi. Mengapa dikatakan orang yang paling merugi? Sebab, sifat malas dan lemah merupakan kunci segala bencana.
Seperti, perbuatan maksiat sudah pasti terjadi karena lemahnya keimanan dan ketakwaan seseorang sehingga berani melanggar larangan agama.
Jadi, dia menambahkan, seorang hamba yang memiliki dua sifat tercela tadi, berarti ia tidak mampu melaksanakan amal perbuatan ketaatan serta tidak bisa melakukan hal-hal yang bisa membentengi dirinya dari godaan perbuatan jahat maupun maksiat.
Imam Ibnu Hajar dalam kitab Fathul Barri jilid XI menggarisbawahi, apabila penyakit hati itu telah menjangkiti manusia, maka ia akan mulai mendekati larangan Allah. Dia pun menjadi enggan untuk bertobat.
Untuk itu, Nabi SAW memberikan tuntunan doa bagi umatnya agar terhindar dari dua jenis sifat tercela tadi. Rasulullah SAW berdoa, “Ya Allah, hamba meminta perlindungan kepadaMu dari kecemasan dan kesedihan.”