Search
Close this search box.
Search
Close this search box.

Anies Baswedan : Santri Harus Menjadi Wakil Indonesia di Kancah Global

(Sambutan Gubernur DKI Jakarta, H. Anies Rasyid Baswedan, S.E., M.P.P., Ph.D., dalam pembukaan Pekan Olahraga, Seni dan Pramuka di Pondok Pesantren Darunnajah, Selasa, 23 Juli 2019). 

Pondok Pesantren merupakan salah satu contoh tempat pendidikan yang mendasarkan prinsip-prinsip Islam, dan di sisi lain mampu menghadapi perubahan zaman. Pondok Pesantren merupakan wadah untuk persemaian manusia-manusia baru. Sekolah memberikan lahan untuk bertumbuh. Begitu pula dengan Pondok Pesantren, bahkan penumbuhan di pondok bisa lebih komperhensif, 24 jam.

Tantangan sekolah-sekolah dan pesantren zaman sekarang adalah menjadikan proses pendidikan sesuai dengan era abad 21. Perubahan yang dimaksud adalah mindset, cara interaksi, serta cara pengajarannya. Untuk melakukan perubahan ini dibutuhkan suatu pondasi, berupa Iman serta Islam. Selain itu, proses pendidikan yang mengutamakan penumbuhan akhlaq akan menjadikan anak-anak menang di zamannya.

Bagi santri-santri dituntut agar berpikir kedepan.  Karena orang disebut muda bila yang dibicarakan adalah masa depannya. Adapun orang dapat dikatakan tua apabila menceritakan masa lalunya.

Masa muda seharusnya diisi dengan belajar. Belajar tidak hanya di dalam kelas, akan tetapi juga di luar kelas. Bersyukurlah bagi orang tua jika waktu anaknya habis untuk kegiatan di sekolahnya. Justru orang tua perlu takut apabila waktu anaknya longgar. Harus didorong agar anaknya penuh dengan kegiatan.

Bagi anak, semakin sibuk, semakin banyak tugas, akan menjadi semakin baik. Maka tak perlu merasa terbebani. Jika suatu waktu merasa berat, katakanlah pada diri sendiri ‘saya bukan orang pertama yang belajar di Darunnajah, apabila orang lain berhasil di Darunnajah, Insya Allah saya juga akan berhasil disini’.

Berat dan ringan hanyalah soal perasaan. Adapun besar dan kecil ada ukurannya. Dan tentunya pondok telah memiliki ukuran tersebut, berupa kurikulum, kegiatan ekstrakurikuler, dan sebagainya. Semua itu bila dijalani dengan keikhlasan maka akan terasa ringan.

Bagaikan permata dan batu bara. Permata dijual menggunakan satuan gram, tetapi batu bara menggunakan ton. Padahal batu bara dan permata unsur kimianya sama. Yang membedakan adalah pengolahannya. Permata ditempa dengan suhu yang tinggi serta tekanan yang kuat sehingga menjadi permata yang indah. Adapun yang tidak terkena suhu yang tinggi dan tidak ditekan menjadi batu bara. Maka anak yang datang dan belajar di pondok, sesungguhnya ia sedang digembleng untuk menjadi permata-permata umat Islam di dunia.

Anak abad 21 adalah warga di 3 lingkungan, lingkungan kota, nasional serta lingkungan global. Santri harus bisa menjadi perwakilan Indonesia di kancah Internasional. Penguasaan bahasa merupakan salah satu hal yang penting. Di pesantren santri diajarkan bahasa Arab dan Inggris, itulah paspor untuk bergabung dengan dunia global. Bukan sekedar menyerap ilmu, tetapi berbagi pengalaman dan pengetahuan.

Indonesia merupakan Negara dengan penduduk terbanyak keempat di dunia. Maka bangsa ini harus bisa mewarnai dunia. Pesantren harus mendidik santri-santrinya agar mampu untuk mewarnai dunia.

Di era sekarang, anak-anak aktif dengan gadget. Meskipun tiap sekolah memiliki aturan tersendiri, tentunya anak memiliki fasilitas untuk terhubung dengan media sosial. Maka jangan jadikan alat ini untuk merawat hubungan masa lalu saja. Anak hanya berteman dengan kawan semasa SD, SMP, atau SMA.

Tetapi jadikanlah gadget sebagai perantara untuk menyalurkan minat dan bakat anak. Bertemanlah dengan tokoh-tokoh di berbagai belahan dunia sesuai bidangnya. Studi banding tak perlu dengan fisik, datang dan berkunjung. Sekarang pun bisa tersambung dengan digital. Jadikanlah gadget sebagai media untuk menyambungkan anak dengan masa depannya.

Bagi para guru serta orang tua, tumbuhkan suasana dalam proses pendidikan yang membuat anak mampu bertumbuh dan berkembang. Untuk orang tua yang mengantarkan anaknya ke pondok, jangan hanya sekedar melepas. Namun jalinlah komunikasi dengan anak, agar mengetahui kebutuhan sang anak dan pihak pondok bisa menyampaikan apa yang bisa diberikan bagi anak. Sehingga bisa terwujud sinergi antara orang tua dan guru-guru di pesantren.

Suatu saat akan lahir generasi baru Indonesia. Proyeksi tantangan bagi masa depan Indonesia besar. Maka santri dituntut berpikir kritis, kreatif, mampu berkomunikasi dan bekerjasama.

Kedepannya, anak tidak cukup hanya mengingat apa yang telah diajarkan. Tetapi harus bisa membuat dari apa yang telah diajarkan. Bukan mau jadi apa, tetapi mau membuat apa? Jika ditanya tentang cita-cita, anak harus berpikir ia bisa mewujudkan suatu karya kelak.

Santri harus bermimpi setinggi-tingginya. Lokasi lahir bisa dimana saja, tetapi mimpi harus berada di langit tertinggi. Tuliskan sebuah rencana, dan dengan tulisan itu anak akan tahu ia harus mengarah kemana. Ambil dan lakukan. Anak muda tidak membicarakan posisi, tetapi fokus ke pengembangan diri.

 

Pendaftaran Santri Baru