Search
Close this search box.
Search
Close this search box.

Bagaimana Mengendalikan Amarah Menjadi Kunci Surga?

Pernahkah Anda merasa darah mendidih, jantung berdebar kencang, dan pikiran menjadi kabur karena amarah? Kemarahan memang merupakan emosi alami manusia, namun jika tidak dikendalikan dengan baik, dapat membawa dampak buruk bagi diri sendiri dan orang lain. Islam mengajarkan pentingnya menahan amarah sebagai salah satu kunci menuju surga. Bagaimana mungkin sebuah tindakan sederhana seperti menahan amarah bisa membuka pintu surga? Mari kita telusuri bersama rahasia di balik ajaran mulia ini.

Tulisan ini membahas tentang pentingnya menahan amarah dalam Islam, manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari, cara efektif mengendalikan emosi marah, serta hubungannya dengan ketakwaan dan pahala surga.

Berikut uraiannya:

Mengapa Menahan Amarah Begitu Penting dalam Islam?

Islam sangat menekankan pentingnya menahan amarah sebagai bagian dari akhlak mulia seorang muslim.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:

وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ ﴿١٣٣﴾ الَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ ﴿١٣٤﴾

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali ‘Imran: 133-134)

Ayat ini menunjukkan bahwa menahan amarah merupakan salah satu sifat orang-orang yang bertakwa dan dicintai Allah SWT.
Menahan amarah bukan berarti kita tidak boleh marah sama sekali, melainkan bagaimana kita mengendalikan emosi tersebut agar tidak melampaui batas dan merugikan diri sendiri maupun orang lain.

Apa Saja Manfaat Menahan Amarah dalam Kehidupan Sehari-hari?

Menahan amarah memberikan banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari.
Pertama, kita dapat menjaga hubungan baik dengan orang lain.
Kedua, pikiran kita menjadi lebih jernih sehingga dapat mengambil keputusan yang lebih bijak.
Ketiga, kesehatan fisik dan mental kita terjaga karena terhindar dari stres berlebihan.

Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ كَظَمَ غَيْظًا، وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يُنْفِذَهُ، دَعَاهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى رُءُوسِ الْخَلَائِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ مِنَ الْحُورِ الْعِينِ مَا شَاءَ

“Barangsiapa menahan amarahnya padahal dia mampu untuk melampiaskannya, maka Allah akan memanggilnya di hadapan seluruh makhluk pada hari kiamat hingga Allah memberikan pilihan kepadanya bidadari mana yang dia kehendaki.” (HR. Abu Dawud no. 4777 dan At-Tirmidzi no. 2021, dishahihkan oleh Al-Albani)

Hadits ini menunjukkan betapa besar pahala yang dijanjikan bagi orang yang mampu menahan amarahnya.

Bagaimana Cara Efektif Mengendalikan Emosi Marah?

Ada beberapa cara efektif untuk mengendalikan emosi marah:

1. Ambil nafas dalam-dalam dan hitung sampai sepuluh.
2. Berwudhu atau mandi untuk menenangkan diri.
3. Mengubah posisi, misalnya dari berdiri menjadi duduk atau berbaring.
4. Berzikir dan memohon perlindungan kepada Allah dari godaan setan.
5. Memikirkan konsekuensi negatif jika kita melampiaskan amarah.

Rasulullah SAW mengajarkan:

إِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ وَهُوَ قَائِمٌ فَلْيَجْلِسْ، فَإِنْ ذَهَبَ عَنْهُ الْغَضَبُ وَإِلَّا فَلْيَضْطَجِعْ

“Jika salah seorang di antara kalian marah dalam keadaan berdiri, maka hendaklah ia duduk. Jika amarahnya hilang (maka itu yang diinginkan), jika tidak maka hendaklah ia berbaring.” (HR. Abu Dawud no. 4782, dishahihkan oleh Al-Albani)

Bagaimana Teladan Rasulullah SAW dalam Mengendalikan Amarah?

Rasulullah SAW adalah teladan terbaik dalam mengendalikan amarah.
Beliau selalu bersabar dan lembut dalam menghadapi berbagai situasi, bahkan ketika diperlakukan buruk oleh orang lain.
Anas bin Malik ra. meriwayatkan:

كُنْتُ أَمْشِي مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَيْهِ بُرْدٌ نَجْرَانِيٌّ غَلِيظُ الْحَاشِيَةِ، فَأَدْرَكَهُ أَعْرَابِيٌّ فَجَبَذَهُ بِرِدَائِهِ جَبْذَةً شَدِيدَةً، حَتَّى نَظَرْتُ إِلَى صَفْحَةِ عَاتِقِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ أَثَّرَتْ بِهَا حَاشِيَةُ الرِّدَاءِ مِنْ شِدَّةِ جَبْذَتِهِ، ثُمَّ قَالَ: يَا مُحَمَّدُ، مُرْ لِي مِنْ مَالِ اللَّهِ الَّذِي عِنْدَكَ، فَالْتَفَتَ إِلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، ثُمَّ ضَحِكَ، ثُمَّ أَمَرَ لَهُ بِعَطَاءٍ

“Aku pernah berjalan bersama Rasulullah SAW yang mengenakan selendang Najran yang tebal pinggirnya. Kemudian seorang Arab Badui menemuinya dan menarik selendangnya dengan keras sehingga aku melihat permukaan pundak Rasulullah SAW berbekas karena kuatnya tarikan itu. Lalu orang itu berkata, ‘Wahai Muhammad, perintahkanlah untukku dari harta Allah yang ada padamu.’ Rasulullah SAW menoleh kepadanya, tersenyum, kemudian memerintahkan untuk memberinya sesuatu.” (HR. Bukhari no. 3149 dan Muslim no. 1057)

Sikap Rasulullah SAW ini menunjukkan betapa beliau mampu mengendalikan amarah bahkan dalam situasi yang sangat menjengkelkan.

Apa Perbedaan Antara Marah yang Terkendali dan Tidak Terkendali?

Marah yang terkendali adalah ketika seseorang mampu mengenali emosinya, mengekspresikannya dengan cara yang tepat, dan tidak merugikan diri sendiri atau orang lain.
Sebaliknya, marah yang tidak terkendali dapat menyebabkan tindakan impulsif, kata-kata kasar, atau bahkan kekerasan fisik.

Allah SWT berfirman:

وَالَّذِينَ يَجْتَنِبُونَ كَبَائِرَ الْإِثْمِ وَالْفَوَاحِشَ وَإِذَا مَا غَضِبُوا هُمْ يَغْفِرُونَ

“Dan (bagi) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji, dan apabila mereka marah mereka memberi maaf.” (QS. Asy-Syura: 37)

Ayat ini menggambarkan karakteristik orang-orang yang beriman, yang bahkan ketika marah masih mampu memaafkan.

Apa Hubungan Antara Menahan Amarah dan Ketakwaan?

Menahan amarah merupakan salah satu ciri ketakwaan.
Orang yang bertakwa adalah mereka yang mampu mengendalikan diri, termasuk dalam hal amarah.
Ketakwaan membuat seseorang lebih sadar akan kehadiran Allah SWT, sehingga lebih berhati-hati dalam bertindak dan bertutur kata.

Imam Al-Ghazali mengatakan, “Ketakwaan adalah benteng yang melindungi hati dari godaan nafsu dan amarah.”

Apa Saja Dampak Negatif dari Kemarahan yang Tidak Terkendali?

Kemarahan yang tidak terkendali dapat membawa dampak negatif yang serius, antara lain:

1. Rusaknya hubungan sosial dan keluarga.
2. Menurunnya produktivitas kerja.
3. Masalah kesehatan seperti tekanan darah tinggi dan gangguan jantung.
4. Tindakan kriminal atau kekerasan.
5. Penyesalan dan rasa bersalah yang berkepanjangan.

Rasulullah SAW memperingatkan:

لَا تَغْضَبْ وَلَكَ الْجَنَّةُ

“Janganlah engkau marah, maka bagimu surga.” (HR. At-Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir, dishahihkan oleh Al-Albani)

Mengapa Allah SWT Menjanjikan Surga bagi Orang yang Menahan Amarah?

Allah SWT menjanjikan surga bagi orang yang menahan amarah karena tindakan tersebut menunjukkan pengendalian diri yang luar biasa.
Menahan amarah membutuhkan kekuatan iman dan kesabaran yang besar.
Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT:

وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (QS. Ali ‘Imran: 133)

Foto: Pelantikan kepanitiaan santri pada rangakaian agenda Khutbatul ‘Arsy – 2024.

Apa Peran Sabar dalam Menahan Amarah?

Sabar memainkan peran kunci dalam menahan amarah.
Kesabaran membantu kita untuk berpikir jernih sebelum bertindak, memberikan ruang untuk meredam emosi, dan mencari solusi yang lebih bijak.
Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah mengatakan, “Kesabaran adalah separuh dari iman, dan keyakinan adalah keseluruhan iman.”

Rasulullah SAW bersabda:

لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ، إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ

“Bukanlah orang yang kuat (yang sebenarnya) dengan (selalu mengalahkan lawannya dalam) pergulatan (perkelahian), tetapi tidak lain orang yang kuat (yang sebenarnya) adalah yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah.” (HR. Bukhari no. 6114 dan Muslim no. 2609)

Bagaimana Cara Melatih Diri untuk Lebih Sabar Menghadapi Provokasi?

Melatih kesabaran dalam menghadapi provokasi membutuhkan proses dan konsistensi.
Beberapa cara yang bisa dilakukan antara lain:

1. Membiasakan diri untuk berpikir positif dan berprasangka baik.
2. Melakukan relaksasi atau meditasi secara rutin.
3. Memperbanyak ibadah dan zikir.
4. Menghindari situasi atau orang-orang yang sering memicu kemarahan.
5. Belajar dari teladan orang-orang yang sabar.

Allah SWT berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ

“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 153)

Apa Kaitan Antara Menahan Amarah dan Memaafkan Orang Lain?

Menahan amarah dan memaafkan orang lain memiliki kaitan yang erat.
Ketika kita mampu menahan amarah, kita memberi diri kita kesempatan untuk melihat situasi dengan lebih jernih dan membuka pintu maaf.
Memaafkan bukan berarti membenarkan kesalahan orang lain, melainkan membebaskan diri kita dari beban dendam dan kebencian.

Rasulullah SAW bersabda:

مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ، وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلَّا عِزًّا، وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ

“Sedekah itu tidak akan mengurangi harta. Tidak ada orang yang memberi maaf kepada orang lain, melainkan Allah akan menambah kemuliaannya. Dan tidak ada orang yang merendahkan diri karena Allah, melainkan Allah akan mengangkat derajatnya.” (HR. Muslim no. 2588)

Bagaimana Menahan Amarah Dapat Menjadi Investasi Akhirat?

Menahan amarah bukan hanya bermanfaat di dunia, tetapi juga menjadi investasi berharga untuk akhirat.
Setiap kali kita berhasil mengendalikan amarah, kita mendapatkan pahala dan mendekatkan diri kepada ridha Allah SWT.
Ini sejalan dengan hadits Rasulullah SAW:

مَنْ كَظَمَ غَيْظًا وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يُنْفِذَهُ مَلَأَ اللَّهُ قَلْبَهُ أَمْنًا وَإِيمَانًا

“Barangsiapa menahan amarahnya padahal dia mampu untuk melampiaskannya, maka Allah akan memenuhi hatinya dengan rasa aman dan keimanan.” (HR. Abu Dawud no. 4777, dishahihkan oleh Al-Albani)

Kesimpulan

Menahan amarah merupakan sikap mulia yang sangat ditekankan dalam Islam.
Bukan hanya bermanfaat bagi kesehatan mental dan hubungan sosial, tetapi juga menjadi kunci menuju surga Allah SWT.
Dengan memahami pentingnya mengendalikan amarah, kita dapat melatih diri untuk lebih sabar, bijaksana, dan dekat dengan Allah SWT.
Ingatlah bahwa setiap kali kita berhasil menahan amarah, kita sedang berinvestasi untuk kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Penutup

Semoga pembahasan ini dapat menjadi motivasi bagi kita semua untuk terus berlatih mengendalikan amarah.
Meskipun tidak mudah, dengan tekad yang kuat dan bantuan Allah SWT, kita pasti bisa menjadi pribadi yang lebih sabar dan bijaksana.
Mari kita terus belajar dan mengamalkan ajaran Islam tentang menahan amarah dalam kehidupan sehari-hari.
Semoga Allah SWT senantiasa membimbing kita menuju jalan yang diridhai-Nya.

Ayo Mulai Latih Diri Mengendalikan Amarah!

Setelah membaca artikel ini, mari kita mulai menerapkan tips-tips mengendalikan amarah dalam kehidupan sehari-hari.
Mulailah dengan langkah kecil, seperti mengambil nafas dalam-dalam saat merasa emosi mulai naik.
Catat perkembangan Anda dan lihat bagaimana hubungan Anda dengan orang lain semakin membaik.
Jangan lupa untuk selalu berdoa dan memohon pertolongan Allah SWT dalam proses ini.
Bersama-sama, mari kita jadikan diri kita sebagai pribadi yang lebih sabar dan dicintai Allah SWT.

Pendaftaran Santri Baru