Search
Close this search box.
Search
Close this search box.

Rasa Minuman yang Dihidangkan oleh Sayyidah ‘Aisyah

Rasa Minuman yang Dihidangkan oleh Sayyidah ‘Aisyah (sumber: vecteezy.com)

Suatu kali waktu, Baginda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam pulang dari perjalanan menuju kota Madinah.

Dari kota Madinah telah menunggu istri beliau, Sayyidah ‘Aisyah radiyallahu ‘anha dengan rasa kerinduannya atas kepulangan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam.

Hingga sampailah beliau Rasul shalallahu ‘alaihi wassalam di rumah beliau.

Disiapkanlah dan dihidangkanlah oleh Sayyidah ‘Aisyah minuman yang ia buat untuk beliau Shalallahu ‘alaihi wassalam yang sedang beristirahat.

Beliau Shalallahu ‘alaihi wassalam pun tersenyum, kemudian meminumnya perlahan.

Satu teguk beliau minum, mata Sayyidah ‘Aisyah menunggu.

Biasanya Baginda Rasul shalallahu ‘alaihi wassalam menawarinya untuk meminum bersama. Namun, kali ini tidak.

Sampai dua kali tegukan, masih saja Baginda Rasul Shalallahu ‘alaihi wassalam meminumnya sendiri hingga air itu pun habis diminum oleh beliau Shalallahu ‘alaihi wassalam.

Barulah Baginda Rasul Shalallahu ‘alaihi wassalam memberikan gelas tersebut kepada Sayyidah ‘Aisyah yang sudah menunggunya sedari tadi.

Apa tang terjadi, baru saja, meneguk sedikit, Sayyidah ‘Aisyah mengeluarkan lagi minuman tersebut.

Ternyata rasa minumannya asin. Putri Ash-Shiddiq itu baru sadar, ia telah memasukkan garam bukan gula.

Bagaimana bisa Nabi menahan rasa asin dan tak sedikit pun raut wajah yang mulia Rasul Shalallahu ‘alaihi wassalam menunjukkan ketidaknyamanan.

Tak ada keluhan atau hujatan yang menyudutkan, bahkan beliau Rasul Shalallahu ‘alaihi wassalam itu tersenyum dengan penuh rasa sayang.

Siapa yang tak meleleh, dengan pembinaan yang luber cinta begini.

Nabi sang pembawa rahmat, segalanya disikapi dengan cinta.

Dari kisah tersebut banyak sekali kita dapat menenemukan berbagai macam pelajaran dan hikmah.

Betapa indahnya akhlak Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam ketika memperlakukan istrinya.

Bisakah kita, seperti Baginda Rasul shalallahu ‘alaihi wassalam, tak menyudutkan “si Pesalah”.

“Si pesalah dihadapannya menumukan rumah.

Si Pendosa dimatanya menemukan harapan.”

Wallahu a’lam.

Rabiul Awwal 1445 H.

(Anisrullah)

Pendaftaran Santri Baru