Search
Close this search box.
Search
Close this search box.

In Memoriam, Ustadz Faruq Abshari, Setelah 32 Tahun Berjuang Kini Pulang Dengan Berbagai Jasa Dikenang

Penulis bersama Ustadz Faruq Abshari seusai agenda Khataman Al Qur'an

“Anak-anak, ini adalah buku kumpulan pelajaran Musthalahul Hadits saya waktu di Gontor!” begitu kira-kira ungkapnya pada suatu waktu ketika mengajar kami, sembari menunjukkan buku yang terbundel cukup tebal memotivasi kami para santri untuk lebih giat dalam thalabul ilmi.

Ketika saya sudah lulus dari TMI Darunnajah 2 Cipining Bogor dan mulai khidmah sebagai guru di almameter tercinta maka semakin banyak kesan dan kenangan baik terhadap almarhum, seperti yang juga dirasakan oleh banyak guru, dan juga para santri.

Tiga pekan lalu, tepatnya Rabu sore (29/12/21) saya bersama istri dan putri ketiga kami silaturrahhim ke rumah beliau yang terletak persis di seberang jalan depan asrama santriwan kampus 3. Awalnya kami ditemui oleh istrinya yang kemudian memanggil beliau menyampaikan kedatangan kami. Begitu beliau keluar dari kamar dan duduk di ruang tamu dan kami salami sembari bertanya ‘Bagaimana kabar antum?’ tetiba beliau langsung menangis. Kondisi seperti ini juga dialami oleh guru-guru lain yang datang mengunjunginya, antara lain yang menceritakan kepada kami adalah Ustadz Drs. Abdul Rasyid Shaleh, Ustadz Mujiyanto, S.Pd.I, dan lainnya. Walhasil, waktu itu kami tidak terlalu lama dan banyak bicara namun lebih banyak menyimak penuturannya terkait pengalaman di rumah sakit. Sengaja waktu itu kami hadiahkan buku perdana kami agar menjadi teman bacaan di kala beliau merasa sepi karena sedang tidak mengajar santri.

Pada 4 Januari 2022, kami sempat berdiskusi atau lebih tepatnya minta arahan beliau dalam grup whatsapp Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Bidayah Mujathid Wa Nihayah Muqtashid. Pasalnya, saya yang baru ditugaskan mengampu pelajaran tersebut memang harus banyak belajar lagi. Saya bertanya materi pelajaran kelas 6 TMI tentang pengertian ‘Tauqiit’ dalam bab al akfaan. Alhamdulillah beliau berkenan memberikan pencerahan via tulisan bahwa kata tersebut bermakna ‘rangkapan’.

Bersama asatidz tetangga kami, pada Rabu 19 Januari 2022 diiringi kumandang Adzan Isya kami berangkat membesuk beliau di RSUD Kota Bogor. Mengapa kami berangkat malam? Karena pagi hari hingga siang kami mengajar dan dilanjutkan dengan mengikuti In House Training Guru Kreatif hingga sore hari jelang Maghrib. Sesampai di RSUD kami harus atur strategi agar dizinkan petugas keamanan (Satpam) masuk kamar beliau di lantai 3 ruang Favio (jika tidak salah ingat) 2A. Meski sebelumnya sudah sempat melihat kondisi beliau melalui foto yang dishare oleh guru lain di grup whatsapp, namun begitu kami melihat langsung terasa deg di dada sehingga hanya bisa memanjatkan doa sembari menahan tangis melihat kondisi guru kami yang kritis. Malam itu kami sampai kembali ke pesantren hampir pukul 01.00 wib.

Terkait kebaikan dan jasa-jasa almarhum bisa disimak dari riwayat hidupnya yang dibacakan oleh ustadz Ahmad Rosikhin Wasyraf, M.M.Pd (alumni perdana TMI Darunnajah 2 Cipining Bogor tahun 1994), sesaat menjelang sholat jenazah di masjid Jami’ Darunnajah yang diikuti seribuan santri, guru, alumni, kiai dan warga masyarakat sekitar pesantren, sebagai berikut:

Nama: Faruq Abshari, S.Pd.I, ibu kandung: Maesaroh, tempat dan tanggal lahir: Bogor, 09 Juli 1965, umur: 57 tahun, nama istri: ibu Enok Hasanah, S.Pd.I. Almarhum merupakan salah satu Pengawas Pesantren Darunnajah 2 Cipining. Mulai berkhidmah di Pesantren Darunnajah 2 Cipining tahun 1990-2022 (32 tahun berkhidmah). Selama berkhidmah di pesantren, beliau pernah menjadi bagian Hubungan Msyarakat (Humas) di awal-awal pesantren berdiri, kemudian menjadi kepala sekolah Madrasah Ibtidaiyyah selama 6 tahun, terhitung dari tahun 1993-1999, Kepala Madrasah Ibtidaiyyah, Kepala Biro Pendidikan selama 1 tahun, dan Pengawas Pesantren sampai saat ini. Selain itu, beliau juga pernah menjadi pengasuh pesantren kanak-kanak (Sanlik), menjabat sebagai wakil ketua panitia ujian, tim SDM tahun 2011-2012, sebagai guru master materi Fiqh dan Mustholah Hadits, dan merupakan tokoh masyarakat yang dikenal sebagai sosok pekerja keras namun santun dalam bertutur kata, humoris dan pandai mencairkan suasana saat di tengah-tengah ketegangan tetapi tegas dalam mengambil sikap.

Beliau adalah alumni Pondok Modern Darussalam Gontor dan guru senior di Pesantren Darunnajah 2 Cipining dan saat masih menjadi santri di Gontor, beliau adalah pengurus pusat Organisasi Pelajar Pondok Modern (OPPM) sebagai Bagian Pengajaran, dan sudah ditemui Pak Kyai (KH. Jamhari Abdul Jalal, Lc) untuk diajak berjuang di Darunnajah 2 Cipining. Saat ini almarhum meninggalkan 1 orang istri yaitu Ibu Enok Hasanah, S.Pd dan 2 orang anak (Arina Septiana Chaerunnisa dan Faiz Rizki Afriza) serta satu menantu dan satu orang cucu.

Kronologi Wafat: Kondisi kesehatan almarhum selama beberapa bulan belakang memang mengalami penurunan cukup drastis, setelah sebelumnya didiagnosa mengalami batu ginjal, dan merasakan sakit di bagian pundak sebelah kanan yang menyebabkan almarhum mengalami kesulitan dalam beraktifitas. Pihak pesantren melalui bagian kesehatan berusaha memberikan pertolongan, tepatnya pada hari Kamis, 06 Januari 2022 pagi almarhum dilarikan ke IGD Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bogor untuk dilakukan Hemodialisa ditemani oleh istrinya dan staff kesehatan pesantren. Setelah 14 hari di rawat dan dilakukan pemasangan CDL serta cuci darah di RSUD Kota Bogor kondisi beliau semakin membaik. Tepatnya pada Hari Kamis, 20 Januari 2022 pukul 09:00 wib kondisi almarhum masih stabil, namun pada saat ingin ganti infus pada pukul 09:15 mendadak beliau mulai kritis dan dibantu oleh tim dokter RSUD Kota Bogor untuk memberikan pertolongan pertama. Dan terakhir pada pukul 09:33 WIB. Beliau dinyatakan wafat oleh Dokter setelah sebelumnya dinyatakan mengalami gagal ginjal (Chronic Kidney Deseas). Innaa Lillaahi wa Innaa Ilaihi Raaji’un. Almarhum akan dimakamkan di pemakaman Tegal Wangi, Jasinga, hal ini sesuai dengan amanah/keputusan keluarga yang disampaikan kepada pesantren.

Hari ini kami menangis berkali-kali. Pada saat bersama dewan guru lain menunggu di depan rumah duka menanti kedatangan jenazah almarhum maka ketika mobil ambulance dimaksud lewat di depan kami, hati langsung tercekat dan gerimis air mata keluar tanpa bisa ditahan lagi. Setelah jenazah dimandikan dan dikafani serta disholati, tangis kami lebih keras lagi manakala Ustadz H. Trimo Abu Labib, S.Ag meminta kesaksian suaranya yang tertahan dengan menahan campur aduk perasaan, “Apakah hadirin menyaksikan bahwa almarhum ahlul khair?” kami dan para jama’ah menjawab kompak “Khair” dengan berurai air mata dan tangis sesenggukan dalam dada. Tangisan kami kembali pecah ketika mendo’akan almarhum seusai prosesi pemakaman.

Penulis bersama Ustadz Faruq Abshari seusai agenda Khataman Al Qur’an

Wahai Ustadzi, selamat jalan menemui Ilahi Rabbi, semoga kebahagian nikmat kubur selalu menyertai hingga dimasukkan ke surgaNya nanti, Aaamiiin.

Salah seorang santri yang menjadi saksi jasa-jasa sang murabbiy,

Muhlisin Ibnu Muhtarom.

Pendaftaran Santri Baru