Search
Close this search box.
Search
Close this search box.

Mahasiswa Darunnajah Ikuti Seminar Nasional Kebangsaan Muballigh Indonesia

Mahasiswa STAI Darunnajah Jakarta mengikuti Seminar Nasional Kebangsaan Muballigh Indonesia dengan Tema “Mengokohkan Jatidiri Kebangsaan Mubaligh Indonesia” oleh Guru Besar Ilmu Sejarah UPI, UNPAD, UNISBA Bandung, Prof. Dr. H. Ahmad Mansur Suryanegara, dan Advocat dan Pakar Hukum Tata Negara, Dr. Fahri Bachmid, S.H., M.H., yang dilaksanakan di gedung MPR RI, Nusantara V, Senayan Jakarta Pusat (09/12/21).

Gedung MPR

Dalam Seminar Nasional  ini Wakil Ketua MPR RI dan Dewan Pakar Bakomubin,  Dr.H. Zulkifli Hasan, M.BA.,  memberikan sambutan “Islam adalah Agama yang agung dan mendunia. agama yang agung akan melahirkan nilai-nilai yang agung pula. manusia itu memerlukan kepercayaan, dari kepercayaan maka terlahirlah nila-nilai dan dari nilai-nilai maka lahirlah tradisi-tradisi. dan dari tradisi-tradisi itu maka lahirlah lembaga-lembaga”. Beliau juga menambahkan bahwa beragama itu berfikir, karena terus-menerus mengembangkan diri seiring peradaban dari nilai dan tradisi yang melembaga ini maka lahirlah lembaga-lembaga seperi NU, Muhammadiyah, Sunni dll.

Prof. Dr. H. Ahmad Mansur Suryanegara menjelaskan tentang arti kebangsaan. Berbicara masalah kebangsaan, Kebangsaan adalah satu istilah yang diterjemahkan ke bahasa indonesia yang semua disebutnya dengan nasionalisme, dan kata Nasionalisme itu mula-mula di dengar  karena adanya konkris nasional sentral sarekat islam. Tapi karena keberanian Cokroaminoto yg menjadi pimpinan sarekat islam maka istilah nasional atau kebangsaan itu menjadi milik Indonesia, dan Bung Karno pada tahun 16 masih muda dan belom aktif.

Kebangsaan itu diawali dengan serikat islam, jadi kita semua sebagai ulama, muballigh dan santri-santri mepertanyakan diri kenapa hari ini harus menjawab masalah kebangsan? Karena diluar luar kita seolah ulama, muballigh dan santri santri tidak mengenal kebangsaan, padahal yang melahirkan, yang menciptakan istilah kebangsaan menjadi milik bangsa Indonesia itu justru para ulama, muballigh atau pesantren-pesantren yang paling awal terdepan berani menggunakan istilah itu, tidak ada yang lain tapi kebanyakan karena kekeliruan-kekeliruan negara maka yang paling terdepan adalah PNI (Perserikatan Nasional Indonesia) tanggal 4 Agustus 1927. Dibalik dari mula awal istilah kebangsaan, itu terjadi di Bandung tahun 16 bukan rujukan di Bandung tahun 27, jadi beda jauh nya pengertian kebangsaan menjadi milik ulama dan pengertian kebangsaan yang diketahui oleh orang-orang dari luar ulama.

Bapak Suryanegara mengingatkan bahwa ulama yang membuat ada-Nya partai politik, dan partai politik itu dibuat oleh Cokroaminoto pada tahun 1923, b pada tahun 1927 Bung Karno mendirikian PNI, namun P ini berartikan perserikatan bukan partai.

Dr. Fahri Bachmid, S.H., M.H., membahas tentang sejarah pancasila dan undang-undang dasar serta eksistensinya dalam Islam. Bahwasannya Islam merupakan bagian dari Pancasila seperti yang tercantum dalam sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa”, yang kala itu ditafsirkan oleh para ulama sebagai tauhid, dan menjadi pondasi utama dalam aqidah umat islam.

Bukti lain bahwa Islam menjadi bagian dalam Kemerdekaan Indonesia terdapat dalam pembukaan UUD 1945 Alenia Ketiga yang berbunyi “Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya” kalimat tersebut menjadi bukti bahwa para pendiri bangsa yakin bahwa kemerdekaan tidak hanya perjuangan secara fisik saja, tetapi atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa.

Mahasiswa

Salah seorang mahasiswa STAI Darunnajah memberikan kesan yang positif terhadap Seminar Nasional ini karena mendapatkan pengalaman yang memotivasi generasi muda untuk memperjuangkan nilai islam dalam menegakkan NKRI. “Kegiatan Seminar Nasional ini sangat bermanfaat, narasumbernya hebat dan berkompeten, dan saya berharap akan ada seminar-seminar nasional lainnya dengan waktu yang lebih lama dan pembahasan menarik lainnya”.

Kontributor: Zhara Salsabila

Pendaftaran Santri Baru