Sebagai lembaga pendidikan pesantren berbasis sistem Muallimin, pemahaman sepenuhnya akan kelebihan kurikulum TMI (Tarbiyatul Muallimin/Muallimat Al Islamiyah) yang menjadi core curriculum dari pendidikan pondok harus difahamkan sedini mungkin bagi santri.
Program TMI Ibarat sebuah pohon besar (syajaroh thoyyibah) yang tumbuh bertahap. Santri kelas 1-3 adalah pondasi akar yang akan menjadi landasan untuk pendidikan di tingkat selanjutnya yang diandaikan batang ranting daun. Jika pohon tumbuh sempurna, maka diharapkan akan tumbuh buah ataupun segala yang bisa memberi manfaat utk alam sekitarnya.
TMI sesungguhnya adalah program yang unggul karena terbukti banyak melahirkan pemimpin2 di masyarakat diberbagai level baik regional maupun nasionap bahkan internasional.
Dan pengakuan oleh negara melalui UU No.18 2019 tentang Pesantren memperkuat keunggulan tersebut.
6 Poin penting program TMI sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan.
1. Desain Kurikulum Pesantren, dalam hal ini berkaitan erat dengan pengajaran-pengajaran yang dilakukam didalam kelas. Seperti silabus-silabus pembelajaran, yang dibagi menjadi 2 bagian yaitu kelas junior 1-3 TMI dan kelas senior 4-6 TMI.
2. Metode Pembelajaran, Mula-mula para santri diajarkan untuk menjadi murid yang baik dan juga mencari cara belajar yang baik. Kemudian pada tingkatan berikutnya yaitu pada saat kelas 4-6 TMI, para santri diajarkan tidak hanya belajar saja tetapi juga mengajar, melalui pembelajaran Tarbiyah Amaliyah, Tarbiyah dan Psikologi Pendidikan.
3. Urutan berpikir (Order Of Thinking), Perbedaan-perbedaan jelas terlihat disini, salah satunya yaitu pola pikir. Untuk kelas 1-3 mereka akan dididik untuk mengingat, memahami, dan mengaplikasikannya. Lanjut kelas 4-6 mereka akan lebih luas lagi berfikirnya yaitu dengan hal menganalisa, mengevaluasi dan kemudian menciptakan.
4. Pendidikan Karakter Pemimpin, Pada fase ini akan diajarkan untuk menjadi seorang Pemimpin sebagimana Visi Pesantren, yaitu belajar untuk siap dipimpin dan siap memimpin. Disinilah titik yang lebih sulit karena santri harus belajar mengenal diri mereka dan membangun kebiasaan diri.
5. Seven Habits (Franklin Covey), ada 2 kelompok kebiasaan diri yang harus dibangun setiap santri. Pertama (proactive) mandiri dalam bersikap adalah kunci ajarannya, (Begin With The End) Planning dan Cita-cita harus di perjuangkan baik dunia dan juga akhirat, (First Thing First) pengajaran bagi santri tentang skala prioritas. Ketiganya dikelompokkan menjadi satu habits, yaitu START WITH YOU. Kelompok kebiasaan selanjutnya dikenal dengan istilah THEN PLAY WELL WITH OTHERS, yaitu (Think Win-win) semua orang mendapatkan atas hak dan kewajibannya, (Understand Then Undestood) Hargailah kemudian dihargai “Listen before you talk”, (Synergy) Tolong menolong antar sesama menjadi jalan bijak bagi seseorang didalam bermasyarakat. Setelah itu semua terlaksana tinggallah menjaga keseimbangan.
6. Pendidikan Entrepreneurship, pada tahap pertama pada saat kelas 1-3 adalah bekerja untuk menghasilkan, bekerja untuk karya. Kemudian lanjut tahap kedua yaitu menggerakkan orang lain untuk menghasilkan , berfikir system.