Search
Close this search box.
Search
Close this search box.

Alirkan Sungai Pikiran ke Tanah yang Subur

Alirkan Sungai Pikiran ke Tanah yang Subur
Alirkan Sungai Pikiran ke Tanah yang Subur

Allah telah memberikan kemampuan berpikir kepada setiap hamba-Nya. Dan Dia  menciptakan sungai perenungan yang memancar dan mengalir dalam diri tiap manusia. Sungai ini tidak pernah berhenti mengalir, karena selalu memancar. Jika sungai ini dibiarkan jalan sendiri dan tidak diarahkan, maka ia akan tersesat hingga tidak tahu dimana ia mengalir dan kemana hendak mengarah. Ia pun terpencar-pencar disetiap tempat, yang bisa jadi benar dan bisa jadi salah. Dan kadangkala mengalir sia-sia di padang yang tandus. Dengan kata lain, bisa jadi mengarah ke tempat yang tidak diketahui, seperti dahan yang mengambang dibawa banjir.

Kepandaian sejati adalah mengarahkan sungai renungan ke tanah yang subur, dan menumbuhkan hasil panen yang berkah.

Allah SWT dalam kitabnya mengingatkan mereka yang tidak mau berpikir dan merenung tentang ridha Allah (yang dijelaskan) dalam jalan ridha Allah sebagai berikut: Allah berfirman;

“Sesungguhnya binatang (makhluk) yang paling buruk pada sisi Allah ialah orang-orang yang pekak dan tuli yang tidak mengerti apa-apapun.” (Q.S. Al-Anfal:22)

“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahanam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seolah binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (Q.S. Al-A’raf:179)

Hati itu seperti cermin. Cermin ini menjadi kotor dan gelap karena perbuatan lalai dan ingkar. Jernihnya cermin ini bisa terjadi dengan membenarkan Allah SWT, kemudian  menghadap kepada-Nya dengan cinta. Manusia harus selalu berpikir tentang pertanyaan-pertanyaan seperti : Mengapa kita datang ke dunia ini? Dalam kerajaan siapa kita hidup? Siapa yang mengirim rizki kita? Dan kemana perjalanan ini akan berakhir?

Setiap orang yang tenggelam dalam kehidupan syahwat hingga menjauh dari kebenaran-kebenaran ini, tidak berpikir agar hatinya mengetahui Allah SWT, serta berpikir tentang dalil-dalil atas wujud Allah SWT. Maka ia akan pergi ke akhirat dengan sedih dan menderita kerugian.

Manusia semacam ini tidak melihat dan memikirkan nikmat ilahi yang menjelaskan hakikat di atas dengan bahasa yang fasih dan jelas. Karena itu, mereka disamakan dengan binatang yang sesat dan lalai. Karena semua keinginannya terbatas pada makanan, minuman dan mengenyangkan syahwat. (Sumber : At-Tafakkur – Utsman Nuri Topbas)

(DN.COM/almas_khalishah)

Pendaftaran Santri Baru