Telah kita ketahui begitu banyak keutamaan untuk setiap manusia yang menuntut ilmu agama. Rasulullah ﷺ bersabda,
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
”Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim”. (HR. Ibnu Majah. Dinilai shahih oleh Syaikh Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Ibnu Majah no. 224).
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
“Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mujadilah : 11).
Sudah terbayang secara gamblang atas apa yang telah di sabdakan oleh Rasulullah ﷺ tentang keutamaan menuntut ilmu dan Ilmu bukanlah apa yang banyak kita ingat, yang banyak kita hafal, bukan juga banyaknya goresan tinta dalam catatan-catatan kita. Ilmu adalah yang bermanfaat, yang kita amalkan dan sibukkan dengan diri kita sendiri, bukan ilmu yang kita gunakan untuk ‘menembak’ dan mencari kesalahan-kesalahan orang lain.
Semoga Allah selalu memberikan kita ilmu yang bermanfaat, dan menjauhkan kita dari ilmu yang tidak bermanfaat.
Bagaimana agar kita mendapatkan keberkahan dalam ilmu-ilmu kita? Ada dua kunci utama agar kita bisa mendapatkan keberkahan ilmu:
Menata Hati
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
… إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَذِكْرَىٰ لِمَنْ كَانَ لَهُ قَلْبٌ
“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati…” (QS. Qaf : 37)
Perumpamaan hati dengan ilmu ibarat gelas dengan air. Gelas yang kotor, diisi dengan air sebersih apapun, tetap tidak akan bersih. Maka bersihkanlah ‘gelas’ kita, niscaya ilmu akan mudah meresap ke hati. Jadikanlah hati kita hati yang ikhlas, yang mudah bersyukur, yang mentauhidkan Allah, hati yang selalu teringat dengan firman Allah dan hati yang selalu ingat bahwa setiap perbuatan maksiat pasti akan dicatat untuk diminta pertanggung jawabannya.
Dengan menata hati kita juga meluruskan tujuan kita untuk menuntut ilmu. Tujuan kita untuk belajar adalah untuk mengamalkan ilmu itu pada diri kita sendiri. Juga untuk menghidupkan syariat Allah dan sunnah Rasulullah.
Dan salah satu cara untuk menata hati dan menyinarinya dengan cahaya adalah dengan memperbaiki niat kita dalam menuntut ilmu. Niatkanlah diri kita belajar untuk mengangkat kebodohan dari diri kita dan selalu tanamkan sifat tawadhu dalam diri kita. Karena sejatinya semakin banyak ilmu yang kita pelajari, semakin diri kita merasa rendah dan tidak ada apa-apanya. Bukan merasa lebih baik dan lebih taat dari orang lain.
Memperbaiki Adab
Tanpa akhlak dan adab, ilmu kita takkan bisa menyelamatkan kita. Tanpa kelembutan hati dan keindahan akhlak, dakwah kita tidak akan diterima. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam sebuah hadits,
فَإِنَّ الرِّفْقَ لَمْ يَكُنْ فِى شَىْءٍ قَطُّ إِلاَّ زَانَهُ وَلاَ نُزِعَ مِنْ شَىْءٍ قَطُّ إِلاَّ شَانَهُ
“Sesungguhnya lemah lembut tidaklah ada pada sesuatu kecuali akan menghiasinya, dan tidaklah dicabut dari sesuatu kecuali akan memperkeruhnya” (HR. Abu Dawud, sanad: shahih).
Maka jangan sampai hadirnya ilmu pada diri kita menjadikan kita bersikap keras pada orang lain. Kelembutan akan menghiasi dakwah islam, dan membawa keberkahan ilmu tidak hanya pada kita tapi juga pada orang lain.
Semoga Allah selalu menjaga kita dan menjaga hati kita agar muncul keberkahan dalam Ilmu kita. Semoga kita selalu diberi hidayah untuk istiqomah dalam niat yang lurus dan dalam akhlak yang baik. Semoga ilmu kita bermanfaat.(hwatihera99)