Ayo kawan kita bersama
Menanam jagung di kebun kita
Ambil cangkulmu
Ambil pangkurmu
Kita bekerja tak jemu-jemu
Cangkul cangkul cangkul yang dalam
Menanam jagung di kebun kita
Mungkin itulah bait nyanyian anak-anak seusia tujuh sampai belasan tahun yang sering terdengar di era-era 80—90an.
Memang lagu itu sederhana, dengan nada-nada yang tidak ribet seperti lagu-lagu yang diperdendangkan saat-saat ini, namun sangat menginspirasi, baik secara harfiah ataupun maknawiahnya.
Tergambar dalam bait lagu tersebut kata-kata penggerak untuk giat bekerja. Menanam jagung sebagai bahan energi, karbohidrat manusia.
Lahan kosong tidak boleh terabaikan begitu saja, tidak termanfaatkan dengan baik. Oleh karenanya apapun perlu diisi dengan yang bermanfaat.
Bila kita simak dengan seksama, bait lagu menanam jagung sangat menginspirasi, terutama kepada anak-anak seusianya. Dalam istilah santrinya “man jadda wajada”, atau bersungguh-sungguh dalam berbuat.
Terinspirasi, entah iya atau tidak, Pesantren Darunnajah Cipining untuk memanfaatkan sebagian ladangnya dengan menanam jagung manis.
Usia panen jagung tidak terlalu lama, hanya 3 bulan kurang lebihnya. Apalagi, tanah Darunnajah berkarang/berkerikil cukup baik untuk pertumbuhan/perkembangan jagung.
Setelah dipanen dalam usia muda, bisa dibakar/direbus, atau berbagai bahan pangan lainnya. Tentu ada manfaat di balik penanaman jagung.
Kita perlu memanfaatkan setiap jengkal tanah agar ridak mubadzir, sebab setiap kita telah berjanji untuk menjadi pemimpin (khalifah) di dunia ini.(Mr. Song)