Search
Close this search box.
Search
Close this search box.

Tuntunan Amalan Sunnah Saat Terjadi Gerhana

Rabu esok, 9 Maret 2016 BMKG telah memprediksi akan terjadi Gerhana Matahari di Indonesia. Fenomena langka ini bisa disaksikan sekitar pukul 7.00 di masing-masing daerah. Pada moment yang tidak biasa ini, tentu kita bertanya-tanya, apakah yang harus kita lakukan? atau adakah amalan khusus sesuai Sunnah yang bisa dikerjakan, terkait dengan peristiwa Gerhana Matahari ini? Ya, Islam adalah agama yang sudah memiliki panduan hidup yang lengkap, termasuk Tuntunan Ibadah saat terjadi Gerhana Matahari (juga gerhana bulan) sudah direkam dalam Hadits-haditsnya.

1. Memperbanyak Amalan Sholeh

Saat terjadi Gerhana, kita dianjurkan untuk memperbanyak amalan kebaikan, diantaranya memperbanyak Ibadah Shalat Sunnah, memperbanyak zikir kepada Allah, baik tasbih maupun takbir, juga disarankan memperbanyak sedekah. Sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah r.a;

“Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut maka berdo’alah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan bersedekahlah.” (HR. Bukhari no. 1044)

2. Melaksanakan Shalat Gerhana

gerhana

Amalan inti saat tejadi gerhana adalah melaksanakan Shalat Gerhana. Semua kaum muslimin, baik pria maupun wanita dianjurkan untuk keluar menuju Masjid dan melaksanakan Shalat Gerhana secara berjamaah. Hadits dari ’Aisyah bahwasanya Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam mengendari kendaraan di pagi hari lalu terjadilah gerhana. Lalu Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam melewati kamar istrinya (yang dekat dengan masjid), lalu beliau berdiri dan menunaikan shalat. (HR. Bukhari no. 1050)

Shalat Gerhana ini pun bisa dilakukan dengan sendirian, tentu saja jika bisa dilakukan secara berjamaah itu lebih utama. Sebagaimana Syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin mengatakan, ”Shalat gerhana secara jama’ah bukanlah syarat. Jika seseorang berada di rumah, dia juga boleh melaksanakan shalat gerhana di rumah. Dalil dari hal ini adalah sabda Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam,

فَإِذَا رَأَيْتُمْ فَصَلُّوا

“Jika kalian melihat gerhana tersebut, maka shalatlah”. (HR. Bukhari no. 1043)

3. Khutbah Setelah Shalat Gerhana

Dianjurkan berkhutbah setelah melaksanakan Shalat Gerhana (berjamaah), khutbah dilakukan sebanyak dua kali, sebagaimana khutbah Shalat Jumat. Tentang pelaksanaan Shalat Gerhana dan Khutbah Gerhana ini, disebutkan dalam hadits berikut;

Dari Aisyah, beliau menuturkan bahwa gerhana matahari pernah terjadi pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lantas beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bangkit dan mengimami manusia dan beliau memanjangkan berdiri. Kemuadian beliau ruku’ dan memperpanjang ruku’nya. Kemudian beliau berdiri lagi dan memperpanjang berdiri tersebut namun lebih singkat dari berdiri yang sebelumnya. Kemudian beliau ruku’ kembali dan memperpanjang ruku’ tersebut namun lebih singkat dari ruku’ yang sebelumnya. Kemudian beliau sujud dan memperpanjang sujud tersebut. Pada raka’at berikutnya, beliau mengerjakannya seperti raka’at pertama. Lantas beliau beranjak (usai mengerjakan shalat tadi), sedangkan matahari telah nampak.

Setelah itu beliau berkhotbah di hadapan orang banyak, beliau memuji dan menyanjung Allah, kemudian bersabda, “Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut maka berdo’alah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan bersedekahlah.”

Nabi selanjutnya bersabda, “Wahai umat Muhammad, demi Allah, tidak ada seorang pun yang lebih cemburu daripada Allah karena ada seorang hamba baik laki-laki maupun perempuan yang berzina. Wahai Umat Muhammad, demi Allah, jika kalian mengetahui yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.” (HR. Bukhari, no. 1044)

[WARDAN/AbuAdara]

Pendaftaran Santri Baru