Menengok alumni Darunnajah Cipining yang sedang menempuh pendidikan di Luar Negeri, mungkin belum bisa dibandingkan sebagai suri tauladan atau contoh yang sepadan dengan para ulama. Namun, semoga sekilas perjalan hidup mereka bisa memberikan inspirasi kebaikan bagi kita.
Maha suci Allah yang mengutus Nabi Muhammad sebagai rahmatan lil`alamin, karena akhlaq beliau yang langsung mendapat didikan dari Allah. Semoga akhlaq beliau bisa kita teladani dan kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Menengok alumni pesantren Darunnajah Cipining yang sedang menempuh pendidikan di Mesir, mungkin belum bisa dibandingkan sebagai suri tauladan atau contoh yang sepadan dengan para ulama. Namun, semoga sekilas perjalan hidup mereka bisa memberikan inspirasi kebaikan bagi kita.
Nur Akhyari, Ustadz dengan Multitalenta
Mungkin jika anda bertanya kepada mahasiswa Indonesia di Mesir yang berjumlah lebih kurang 4500 orang, anda tidak akan susah menemukan jejak satu orang ini. Dialah alumnus TMI Darunnajah Cipining angkatan 2002 yang menjadi Ikon kejayaan Masisir (mahasiswa Indonesia di Mesir), terutama di bidang dakwah dengan seni Nasyid. Merdunya lantutan azdan dan tilawahnya seindah suaranya saat menyanyikan lagu Nasyid. Tak heran kalau lajang kelahiran 1982 ini bisa membuat tim Nasyid Da`i Nada terkenal seantero Timur Tengah.
Kecerdasan dan kecemerlangannya dalam studi sejak di pesantren, membuat pria berkulit putih ini lolos tes beasiswa Depag tahun 2003. Namun karena masalah teknis di Mesir pada tahun itu, dia bersama 100 orang rombongan angkatan 2003 harus menunggu beberapa bulan, hingga bulan Februari 2004.
Karena keterlambatannya itu, ia harus mengulang satu tahun untuk bisa naik ke tingkat dua (Al-Azhar tidak mengenal sistem Her atau izin ghaib tidak ujian). Namun dengan keadilan Allah, ia diberikan kemudahan oleh Allah untuk menembus “tembok Al-Azhar” yang terkenal begitu kokoh. Dari tingkat satu hingga sekarang ia selalu mendapat nilai Jayyid (Baik).
Disamping prestasi akademis, Noor terkenal dengan kepiawaiannya dalam berbahasa. Ia dengan mudah menguasai bahasa Arab, Inggris dan Perancis. Dengan modal bahasa tersebut, pada tahun 2005 ia sudah memiliki relasi dari berbagai negara, baik Eropa maupun Afrika (mayoritas negara Afrika berbahasa Perancis). Sehingga pada tahun itu ia sudah biasa keluar masuk studio TV untuk mengikuti shooting acara dakwah, baik live maupun siaran tunda. Beberapa mahasiswapun diajaknya bergabung –termasuk penulis.
Pada masa bhakti 2005-2006 kepengurusan Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia (PPMI) di Mesir, ia diberi amanat sebagai salah satu menteri dari tiga menteri yang ada dalam Kabinet PPMI masa itu, Menteri Koordinator III, yang membidangi Seni dan Olahraga. Hal ini memberikan kemudahan baginya untuk mengaktualisasikan diri.
Tahun 2006 tampaknya menjadi tahun cemerlang bagi pria asal Semarang ini. Dimulai dari sering tampilnya tim nasyid Da`i Nada pimpinannya di acara mahasiswa baik regional maupun internasional, hingga mengisi acara di beberapa kedutaan. Da`i Nada kemudian dipertemukan oleh Allah dengan produser Mesir yang memiliki studio musik dan sudah terkenal dalam menerbitkan bintang penyanyi. Dan sejak itulah Da`i Nada mulai merilis album berjudul “Maly Rabbun Siwaah” (Tak kumiliki tuhan selain-Nya (Allah)). Hingga saat ini, penjualan kaset dan CD album tersebut mengalami peningkatan. Klip lagu utamanya sering ditayangkan oleh beberapa stasiun Radio dan TV Parabola di berbagai negara. Album ini terbit dalam bahasa Arab dan tertulis dalam cover kasetnya kata Noor sebagai panggilan Nur Akhyari.
Semoga apa yang Allah anugerahkan kepada alumnus Darunnajah Cipining ini bisa menjadikan sarana bersyukur atas nikmat Allah dan menjadi motivasi bagi alumni yang lain untuk berkarya lebih baik dan tidak putus asa.
Ahmad Khoiry, ingin Berdakwah Dengan Teknologi
Nama sebelumnya adalah Heriyanto. Sejak tahun 2002, pria kelahiran 1982 ini mengganti namanya menjadi Ahmad Khoiry. Heriyanto lulus TMI Darunnajah Cipining tahun 2001 (angkatan ke-8). Nama Heriyanto tidak asing di kalangan santri maupun dewan guru. Selain pernah menjabat ketua Organisasi Santri Darunnajah Cipining (OSDC) tahun 2000, pria ini juga dikenal ketangkasannya di medan laga pramuka. Dia juga pernah menjabat wakil ketua Koordinator Pramuka tahun 1999.
Setamat dari pesantren, putra pasangan H. Tholib dan Hj. Yayan ini mencoba mencari informasi pendidikan di Mesir, namun sayang, tes beasiswa di Depag saat itu sudah tutup. Lalu ia mengikuti tes di LIPIA Jakarta, namun Khoiry belum lulus tes tahun itu. Ia kemudian mengikuti UMPTN, namun juga belum lulus. Tetapi, ia selalu yakin bahwa Allah mempunyai rencana terbaik untuk hamba-Nya.
Di tengah kebingungannya, pria berambut tipis dan bertubuh kurus ini bertemu dengan salah seorang ustadz di Darunnajah Cipining yang saat itu baru saja tamat dari LP3I. Sang ustadz menyarankan untuk mengikuti jejaknya. Hidayah Allahlah yang menjadikan ia memutuskan untuk menjadi mahasiswa LP3I saat itu. Ia yakin banyak hal yang bisa dilakukan dengan menguasi komputer, terutama dalam bidang dakwah. Pada tahun 2003 ia tamat pendidikan profesi dua tahun dengan nilai yang sangat memuaskan. Dengan hasil itu ia dipromosikan di tiga perusahaan sekaligus. Namun ia lebih memilih bekerja di sebuah perusahaan software house yang terletak di kawasan Depok.
Tekad menuntut ilmu agama tidak pernah pudar dalam dadanya. Dimulai dengan beberapa kali bersilaturahmi kepada pimpinan pesanren Darunnajah Cipining, akhirnya pada tahun 2004, Allah memperkenankannya untuk menginjakan kaki di negeri seribu menara. Pada tahun itu Ikatan Keluarga Pesantren Darunnajah cabang Mesir membuka proses pendaftaran di Al-Azhar, sehingga memudahkan alumni di Indonesia untuk belajar di Mesir. Ia bersama 15 teman lainnya tiba di bandara internasional Cairo tanggal 13 Oktober 2004.
Seiring perkembangan komputer dan teknologi informasi yang semakin pesat, Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) Kedutaan Besar Republik Indonesia di Mesir mencari seorang programmer yang bisa membuat program pendataan mahasiswa Indonesia di Mesir dengan sistem yang mudah, akurat dan sistematis. Setelah mendapatkan informasi dari salah seorang pengurus PPMI, akhirnya Khoiry mengadakan audisi dengan bapak Atdikbud. Alhamdulillah, ia diberi kesempatan untuk menggarap proyek software program pendataan dan website atdikbud dengan alamat situs www.dikbudcairo.org.
Berawal dari situ, ia diberikan banyak kepercayaan oleh bapak Atdikbud dan beberapa staf KBRI Cairo untuk menggarap design, layout dan penerbitan buku, majalah, newsletter dll, selain sebagai administrator website dan programmer. Ia berharap bisa menciptakan beberapa software Islami yang mempermudah masyarakat belajar agama.
Kemudahan dan nikmat yang Allah anugerahkan kepadanya tidak membuatnya lantas lupa tujuan utama ke Mesir. Walaupun berstatus freelance di Atdikbud, Khoiry tetap membuktikan dirinya sebagai pelajar agama di Al-Azhar. Hal itu terlihat dari keseriusnya dalam belajar, dan prestasinya mendapatkan nilai jayyid setiap tahun.
Khoiry juga mendapatkan kepercayaan sebagai Koordinator Data dan Statistik PPMI masa bhakti 2006-2007. Ia juga menjabat sebagai Pemimpin Redaksi Buletin Perdana IKPDN Cairo 2006-2008. Di samping itu sejak tahun 2005 menjadi ketua pendaftaran mahasiswa baru di Al-Azhar yang dikoordinasikan oleh IKPDN Mesir, sekaligus menjadi pembimbing untuk mahasiswa baru.
Semua amanah yang ada ia harapkan bisa menjadi ajang latihan dan motivasi untuk berkarya dan berbuat untuk sesama dan mengisi waktu yang Allah berikan.