Menjelang kedatangan bulan Ramadhan nan mulia ini, sebagaian kaum muslimin mengadakan beberapa kegiatan dalam rangka Tarhib Ramadhan antara lain: kebersihan masjid dan makam, berbagai kajian dan maraknya ucapan Marhaban Yaa Ramadhan!.
Ada juga sebagian lain saling maaf-memaafkan, terlepas dari ada tidaknya dalil khusus tentang permintaan maaf jelang Ramdhan tersebut. Yang pasti semuanya dilakukan dalam rangka Tarhib Ramdha dengan hati yang lebih bersih tanpa beban kesalahan terhadap a saudara seiman.
Lantas, sebenarnya apa makna tersirat dari berbagai macam kegiatan Tarhib Ramadhan tersebut?
Pertama, kesyukuran atas masih diperkenannya kita berjumpa kembali dengan bulan suci ini. Bisa jadi ada sebagian dari sanak-saudara dan handai taulan yang sudah tidak berkesempatan menjumpai tamu agung ini.
Kedua, kesyukuran bahwa telah terselesaikannya qadha shoum Ramadhan tahun lalu bagi yang memang berudzur syar’i pada waktu itu. Hutang kepada Allah SWT tentu sangat lebih layak untuk segera dilunasi.
3. Ketiga, kegembiraan dengan kedatangan bulan Ramadhan yang berarti akan kembali datang bulan yang penuh mega bonus pahala. Berbagai macam ibadah terasa lebih mudah dilaksanakan pada bulan ketaatan ini.
4. Keempat, kebanggaan menjadi muslim. Ramadhan karim juga dirasakan oleh seluruh umat Islam di jagat raya ini. Berbagai perbedaan khilafiyah, status sosial, strata pendidikan dan level ekonomi tidak menghalangi rasa persaudaraan global sebagai saudara seiman.
5. Kelima, do’a agar semua kaum muslimin akan mau dan mampu melakukan shoum berikut aneka macam ibadah di bulan Ramadhan. Juga do’a kiranya Allah SWT akan karuniakan hidayah iman untuk saudara – saudara kita yang belum tercerahkan cahaya Islam.
6. Keenam, persiapan lengkap meliputi kesiapan bathin, kesiapan fisik, kesiapan ilmu dan kesiapan finansial. Ruhani perlu untuk semakin suci, badan diusahakan kuat sehat, ilmu pengetahuan terutama yang terkait tata cara shiyam dan qiyam juga di per dalam, serta harta yang dipersiapkan untuk banyak berbagi dengan sesama.
7. Ketujuh, ketaatan kepada Allah, Rasulullah dan Pemerintah. Penetapan awal dimulainya shoum Ramadhan adalah dengan rukyatul hilal (melihat bulan sabit). Dalam hal ini, pemerintah Indonesia melalui kementrian Agama akan melakukan upaya penglihatan hilal tersebut dengan menugaskan beberapa orang ahli di beberapa kawasan dan didukung alat teknologi yang memadai. Hasilnya pun akan diputuskan dalam sidang itsbat yang dihadiri tokoh berbagai ormas Islam dan beberapa fihak terkait seperti MUI dan BPPT. Maka tugas kita adalah menaati hasil sidang isbat tersebut. Hal ini mengingat masih adanya sebagian kaum muslimin yang mendasarkan permulaan puasa mereka pada pasang-surutnya air laut dan sebagainya, meskipun tentu saja kita harus menghormati perbedaan pendapat/ ikhtilaf fiqhiyah itu.
Wallaahu A’lam.
Waktu Isyraq, Mushola Kampus 3 Darunnajah Cipining Bogor, 29 Sya’ban 1437 H / 05 Juni 2016 M (Mr. MiM).