لَيْلَةُ الْقَدْرِ ەۙ خَيْرٌ مِّنْ اَلْفِ شَهْرٍۗ (٣)
Lailatulqadar itu lebih baik daripada seribu bulan. (Q.S. Al-Qadr : 3)
Sebagai seorang muslim, tentunya kita sudah tidak asing dengan istilah Lailatul-qadr. Yaitu suatu malam di bulan suci Ramadhan yang segala perbuatan baik apabila dilakukan bertepatan dengan malam itu maka akan dilipat gandakan. Momentum ini hanya bisa didapatkan seorang hamba yang soleh dan senantiasa mengharap rido dan rahmatnya Allah Swt. Pahala yang didapati pada malam itu pun tidak seperti malam-malam biasa. Allah Swt. Menjanjikan pahala yang lebih besar ketimbang ibadah seseorang selama seribu bulan.
Istilah seribu bulan seringkali disandingkan dengan pahala yang bisa didapatkan oleh orang yang berhasil meraih keutamaan malam lailatul-qadr ini. Namun, apakah sebenarnya yang dimaksud dengan seribu bulan? Dan mengapa istilah seribu bulan ini yang seringkali dijadikan interpretasi gambaran besarnya pahala yang akan didapatkan oleh ahli malam lailatul-qadr?. Tentu saja itu semua tidak terlepas dari Asbabu-Nuzul surah Al-Qadr ini. Yang di dalamnya terdapat penjelasan tentang mengapa kata seribu bulan yang menjadi representasi dari luar biasanya pahala yang dapat diperoleh oleh ahli lailatul-qadr.
Apabila kita berbicara tentang tafsiran ayat, maka tidak lepas dari hal itu ada yang namanya Asbabu-Nuzul. Asbabu-Nuzul berasal dari kata bahasa Arab yaitu kata “Asbab” yang merupakan isim jamak dari kata “sababun” yang artinya sebab, dan kata “Nuzul” yang merupakan isim masdar dari fi’il “Nazala-Yanzilu” yang artinya turun. Maka Asbabu-Nuzul adalah sebab diturunkannya ayat dalam al-Qur’an yang biasanya berupa peristiwa yang terjadi pada masa Rasulullah Saw. Maupun sebelumnya yang menjadi sebab turunnya firman Allah Swt. Maka untuk mengetahui maksud dari seribu bulan itu kita akan mengulik kisah di balik sebab diturunkannya surah al-Qadr ini.
Diriwayatkan dari Ibnu Abi Hatim dan Al-Wahidi sebuah kisah tentang seorang mujahid. Rasulullah Saw. Menyebutkan bahwa ada seorang laki-laki dari golongan Bani Israil yang senantiasa mengangkat pedangnya di jalan Allah dalam kurun waktu kurang lebih seribu bulan. Seribu bulan apabila kita kalkulasikan, maka mujahid tersebut telah berjuang selama lebih dari 80 tahun untuk berjuang membela nama Allah Swt. Saat itu, ketika kaum muslimin mendengar kisah mujahid hebat tersebut mereka merasa takjub dan kagum dengan dedikasi dan loyalitasnya terhadap islam.
Maka turunlah surah al-Qadr ayat 1 sampai 3 yang berbunyi “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada Lailatulqadar (1). Tahukah kamu apakah Lailatulqadar itu? (2). Lailatulqadar itu lebih baik daripada seribu bulan (3)”. Jadi, seribu bulan itu adalah waktu yang dilalui mujahid bani Israil tersebut dengan membawa pedang untuk berjuang di jalan Allah.
Dalam riwayat lain dari Ibnu Jarir tentang mujahid tersebut, bahwasannya ia adalah seseorang yang rajin beribadah dan berjuang fii sabilillah. Pada malah hari ia bangun untuk bermunajat dan beribadah hingga pagi, lalu ia melawan musuh pada pagi hari hingga sore hari. Maka turunlah ayat yang memberitahukan bahwa Allah menciptakan malam lailatul qadr sebagai bentuk kesempatan emas yang dapat diperoleh setiap mu’min untuk mendapatkan pahala yang lebih besar dari apa yang didapati oleh mujahid soleh tersebut.
Dari riwayat di atas dapat kita ambil hikmah bahwasannya Allah adalah tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Pemberi. Di saat kaum muslimin beranggapan bahwa mereka tidak akan bisa menyaingi mujahid bani Israil tersebut, Allah menghalau keputusasaan mereka dengan menjanjikan sebuah ganjaran besar bahkan melebihi seseorang yang beribadah 80 tahun berturut-turut. Dari ayat ketiga surah al-Qadr juga kita mengetahui fadilah yang terdapat padu suatu malam yang ada pada bulan Ramadhan. Yang di dalamnya terdapat pahala besar yang hanya didapatkan oleh seseorang yang berjuang dalam meraih kemuliaan malam tersebut, yaitu malam diturunkannya al-Qur’an kitab suci umat islam.
Dengan begitu juga kita mengetahui bahwa segala sesuatu yang berkaitan dengan al-Qur’an pasti menjadi sesuatu yang unggul dari hal lainnya. Seperti nabi Muhammad Saw. Adalah Sayyidul Anbiya karena memiliki mukjizat berupa al-Qur’an, umatnya nabi Muhammad pun menjadi umat terbaik karena kitab sucinya adalah al-Qur’an. Selain itu, Ramadhan menjadi bulan yang mulia karena di dalamnya diturunkan al-Qur’an dan malam lailatul qadr menjadi istimewa karena malam diturunkannya al-Qur’an.
Dengan mengetahui asal-muasal istilah seribu bulan ini semoga kita senantiasa meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah kita terutama nanti di bulan suci Ramadhan. Dengan didapatkannya keutamaan malam itu nanti, menunjukan kualitas keimanan seorang hamba yang sungguh-sungguh dalam menjalankan penghambaannya terhadap Allah Swt.
Oleh : Aceng Muhammad Mahfud Ma’ruf