Search
Close this search box.
Search
Close this search box.

Guru Darunnajah Berpartisipasi dalam Dauroh Bahasa Arab di Ummul Quro

Makkah, 14 Juli 2024 – Suasana hangat dan penuh semangat menyelimuti Pusat Bahasa Universitas Ummul Quro saat para guru Bahasa Arab dari Indonesia berkumpul untuk mengikuti dauroh intensif selama tiga pekan. Di balik sesi demi sesi, kegiatan ini bertujuan memperkuat kemampuan para pendidik dalam mengajar Bahasa Arab dengan metode yang lebih interaktif dan berbobot. Melalui bimbingan para pakar, seperti Prof. Dr. Hasan bin Abdul Hamid Bukhari dan Dr. Abdurrrahman Al Qorni, pelatihan ini diharapkan dapat membuka wawasan baru bagi guru-guru Indonesia, sehingga mereka siap mengajar dengan metode yang lebih relevan dan bermakna.

Hari Pertama: Membuka Pintu Metode Qiro’ah

Di hari pertama, suasana pelatihan sudah terasa hidup saat sesi Qiro’ah dibuka oleh Dr. Abdurrrahman Al Qorni, Dekan Institut Pengajaran Bahasa Arab untuk Penutur Asing Universitas Umm Al-Qura. Para peserta langsung disuguhi dengan pre-test untuk mengukur level kemampuan bahasa mereka masing-masing, menciptakan atmosfer penuh tantangan sekaligus antusiasme. Setelah itu, Dr. Al Qorni memperkenalkan dua pendekatan dalam membaca: intensif untuk memahami teks secara mendalam dan ekstensif untuk memperluas wawasan. Pendekatan ini membantu peserta memahami bagaimana membimbing murid dalam dua dimensi penting dalam membaca, agar proses belajar lebih bervariasi dan sesuai dengan kebutuhan mereka di Indonesia.

Hari Kedua: Mengenal Maqashid Syariah dalam Bahasa

Hari kedua diisi dengan topik yang memicu banyak diskusi hangat di antara peserta, yaitu Maqashid Syariah atau tujuan-tujuan syariat dalam Islam. Dibimbing oleh Prof. Dr. Hasan bin Abdul Hamid Bukhari, para peserta diajak untuk menggali bagaimana pembelajaran Bahasa Arab bisa lebih dari sekadar tata bahasa. Dengan pemahaman Maqashid Syariah, guru-guru diharapkan mampu mengaitkan bahasa dengan nilai-nilai Islam secara nyata. “Bahasa Arab bukan hanya soal kosa kata atau tata bahasa. Ini soal menanamkan nilai,” ujar Prof. Hasan, yang sukses menyentuh hati para peserta.

Hari Ketiga: Seni Mendengarkan dalam Pembelajaran Bahasa

Pada hari ketiga, peserta dibawa mendalami seni mendengarkan sebagai kunci komunikasi. Prof. Hasan kembali memimpin sesi yang kali ini berfokus pada konsep syubhat, yaitu kesalahpahaman dalam mendengar. Beliau menjelaskan pentingnya memiliki kemampuan mendengar yang baik, khususnya saat menghadapi siswa yang mungkin mengalami kendala dalam memahami bahasa. “Jika kita hanya fokus berbicara, kita kehilangan kesempatan untuk benar-benar memahami kebutuhan siswa kita,” jelas Prof. Hasan. Materi ini membuka pikiran para guru bahwa mendengarkan adalah kunci penting dalam menciptakan suasana kelas yang kondusif.

Hari Keempat: Menghadapi Keraguan dengan Bijak

Di hari keempat, para peserta mendapatkan pelatihan untuk menghadapi syubhat atau keraguan yang mungkin muncul dalam pengajaran. Dalam sesi ini, Prof. Hasan berbagi strategi untuk mengatasi kebingungan siswa dengan cara yang bijaksana. Ia menekankan pentingnya dialog terbuka antara guru dan siswa, agar kesalahpahaman bisa diklarifikasi tanpa rasa takut atau malu. “Mengajar itu bukan hanya memberikan jawaban. Kadang, tugas kita adalah mendampingi mereka menemukan jawabannya sendiri,” kata Prof. Hasan. Pesan ini membuat para peserta semakin memahami bahwa mengajar adalah sebuah proses kolaboratif.

Hari Kelima: Mengaitkan Bahasa dengan Makna Al-Qur’an

Memasuki hari kelima, fokus pelatihan bergeser ke arah hubungan antara Bahasa Arab dan Al-Qur’an. Para guru dilatih untuk mengajarkan Bahasa Arab bukan hanya sebagai bahasa komunikasi tetapi juga sebagai pintu menuju pemahaman yang lebih dalam terhadap ajaran Al-Qur’an. Sesi ini memunculkan keharuan di antara peserta, karena mereka menyadari bahwa tugas mereka bukan sekadar mengajar bahasa tetapi juga menjadi jembatan bagi siswa untuk memahami agama mereka. “Ini adalah tanggung jawab yang besar, tapi juga anugerah,” ujar salah satu peserta dengan mata berbinar.

Refleksi dan Harapan: Untuk Pendidikan Bahasa Arab di Indonesia

Dari lima hari pelatihan ini, peserta bukan hanya pulang dengan teknik dan metode baru, tetapi juga dengan semangat yang diperbaharui. Pelatihan di Universitas Ummul Quro ini memberi mereka bekal yang bukan hanya teknis, tetapi juga inspirasi dan motivasi untuk membawa Bahasa Arab lebih dekat ke hati para murid di Indonesia. Para guru ini kini siap kembali ke tanah air dengan harapan baru dan semangat untuk memberikan pengalaman belajar yang lebih kaya, mendalam, dan bermakna bagi setiap siswa.

Program dauroh ini bukan hanya memperkaya pengetahuan para peserta tetapi juga memperkuat jaringan kolaborasi antara lembaga pendidikan di Indonesia dan Arab Saudi. Dengan pelatihan seperti ini, diharapkan para guru Bahasa Arab Indonesia semakin siap menghadapi tantangan pendidikan modern, memperdalam pemahaman agama, serta memberikan inspirasi bagi generasi mendatang untuk mencintai Bahasa Arab sebagai bahasa yang sarat makna dan nilai.

Pendaftaran Santri Baru