Search
Close this search box.
Search
Close this search box.

Adab Sopan-Santun: Sopan Santun dalam Bergurau [4/9]

Dalam pergaulan dan percaturan hidup sehari-hari, kita seringkali melihat atau mendengar hal-hal yang lucu dan menggelikan hati, baik yang sengaja dilakukan orang agar hati kita senang dan terhibur, ataupun yang tanpa sengaja terjadi di sekitar kita dan secara kebetulan kita menyaksikannya.

Hal-hal yang lucu itu kadang-kadang bukan sekedar untuk membuat orang lain tertawa dan terhibur, tetapi tidak kurang apa yang berisi sindiran, kritikan atau semacam koreksian tak langsung terhadap berbagai kepincangan dan perilaku tertentu yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Sehingga membuat orang yang terkena cemberut dan mengernyitkan alis.

Berbagai cara dipakai orang untuk menyampaikan hal-hal yang lucu tersebut. Ada yang diungkapkan lewat kata-kata atau gerak-gerik, dan ada juga yang berbentuk tulisan, gambar, Karikatur, poster dan lain-lainnya. Biasanya cara penyajiannya pun tidak lepas dari unsur main-main atau kelakar, bahkan tidak jarang pula yang dibumbu dengan kebohongan, tipuan dan yang tidak masuk akal, walaupun persoalan yang akan disampaikan itu sebenarnya cukup penting dan serius serta memerlukan perhatian yang sungguh-sungguh.

Kebiasaan bergurau atau hidup penuh humor semacam ini kalau kita perhatikan, ternyata telah cukup kuat membudaya di tengah-tengah masyarakat kita. sehingga rasanya hambar apabila dalam pergaulan sehari-hari atau dalam pertemuan-pertemuan resmi maupun tidak resmi, tidak disisipi dengan gelak tawa yang bersumber dari kelakar dan humor.

Gejala apakah ini ? Dan bagaimana sikap kita menghadapi kondisi semacam itu?

Bergurau atau tertawa itu tidak dilarang. Kita pun mengetahui bahwa “Laughter si The Best Medicine” (tertawa itu adalah sebaik-baiknya obat), atau dalam ungkapan bahasa Indonesia “Tertawa itu Sehat“. Bahkan untuk kepentingan-kepentingan tertentu dan pada saat-saat tertentu, kita seringkali memerlukan cara-cara bergurau atau humor ini, agar maksud kita bisa tercapai secara baik dan optimal. Semua itu tidak dapat kita pungkiri.

Tetapi apabila keadanya telah melampaui batas, sehingga tidak lagi bisa dibedakan mana yang serius dan mana yang sekedar banyolan, apalagi jika humor itu sendiri sudah bercampur aduk dengan unsur-unsur kebohongan, penghinaan, pencemaran nama baik dan lain-lainnya yang menjurus kepada fitnah dan perpecahan, maka tentu saja hal ini harus segera diatasi dan tidak bisa dibiarkan begitu saja, agar tidak menimbulkan akibat-akibat negatif yang lebih besar.

1. Bahaya Bergurau
Banyak sekali bahaya dan hal-hal negatif yang timbul akibat humor atau bergurau yang melampaui batas, baik yang menyangkut perkembangan pribadi kita sendiri maupun yang berhubungan dengan tata pergaulan sehari-hari. Hal tersebut antara lain dapat kita simak dan perhatikan dalam uraian berikut ini :

a) Mematikan hati
Sebagai organ yang paling penting dalam diri manusia, maka hati atau jiwa itu haruslah diisi dengan niat hal-hal yang baik dan berguna yaitu berupa ilmu dan hikmah, untuk itu tentu saja diperlukan usaha yang sungguh-sungguh dan suasana yang tenang dan tentram agar kita bisa merenung, berpikir dan menganalisis segala hal yang merupakan tanda-tanda kebesaran Allah swt.

Nah, kapankah kita sempat berfikir dan merenung dengan tenang, apabila hari-hari kita hanya diisi dengan banyolan-banyolan kosong yang sama sekali tidak berguna, bahkan yang bertentangan dengan suasana yang kita butuhkan. Nah, mungkinkah kita berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memperoleh ilmu dan hikmah, apabila setiap saat kita hanya bergurau, bercanda dan tertawa, tentu saja tidak bukan ? itulah yang dimaksud dengan “banyak tertawa itu mematikan hati” (44)

Apabila hal ini dibiarkan berlarut-larut dan hati pun semakin tidak berfungsi lagi, maka akibatnya tentu akan lebih parah lagi, antara Iain:
 bisa menghilangkan kepekaan terhadap lingkungan.
 menimbulkan sikap santai, tidak disiplin dan tidak menghargai waktu.
 menghilangkan harga diri dan rasa malu sebagai yang terhormat menurunkan semangat kerja dan menimbulkan sifat malas berpikir, malas belajar dan malas bekerja,
 menghilangkan rasa tanggung jawab terhadap tugas yang dibebankan,
 dan lain sebagainya

b) Menimbulkan perselisihan dan perpecahan
Banyak sekali kasus yang terjadi pada dua atau beberapa orang yang semua bersahabat karib, akhirnya bertengkar dan berselisih jalan bahkan ada pula yang sampai saling membunuh, hanya akibat timbulnya persoalan-persoalan sepele yang bersumber dari kelakar atau gurau yang berlebihan. Dalam buku-buku sejarah ada pula kita baca bagaimana dua bangsa yang bertetangga saling berperang dan saling membunuh-bahkan turun-temurun sampai beberapa generasi sesudahnya-hanya karena gurau atau kelakar yang tidak pada tempatnya, sehingga dianggap penghinaan oleh pihak yang lain.

Dan masih banyak lagi peristiwa-peristiwa lain yang kita lihat atau kita dengar tentang timbulnya perselisihan dan percekcokan yang bersumber dari kelakar ini, baik antara orang perorangan, antar tetangga, antar kelompok, antar suku, antar golongan dan lain sebagamya. (45)

Mungkin saja pada mulanya memang tidak ada niatan dalam hati kita untuk menyinggung perasaan apalagi menghina orang lain. Kita haya sekedar ingin bergurau dan bercanda. Tetapi apabila kelakar tersebut sudah melampaui batas-batas yang wajar atau berlangsung secara berulang-ulang dan terus-mener-us, apalagi jika kemudian ada pihak ketiga yang ikut memanas-manaskan suasana, maka tak urung pasti timbul hal-hal yang tidak kita inginkan berupa percekcokan, pertengkaran dan perkelahian. Bahkan mungkin lebih parah dari semua. Na’udzu billah !

c) Menjurus pada perbuatan dosa
Dari dua bentuk bahaya dan akibat negatif yang sudah dijejaskan di atas akan timbul sikap-sikap tercela yang tergolong perbuatan dosa dan maksiat. Hati yang mati dan tak berfungsi – umpamanya – pasti akan menimbulkan sikap sombong atau takabbur. sulit menerima nasehat dan merasa benar sendiri. Demikian pula percekcokan, perpecahan, perbuatan penghinaan, penipuan dan mempermainkan orang lain. Semua itu adalah perbuatan-perbuatan dosa yang bersumber dari kelakar atau gurau yang melampaui batas.

Dengan demikian jelaslah bahwa gurau atau kelakar yang semula dimaksudkan sekadar untuk main-main atau menghibur hati, apabila sudah berlarut-larut dan berkelanjutan tanpa kontrol, pastilah akan menjadi perbuatan-perbutan dosa yang sangat dilarang oleh agama kita.

Demikianlah bahaya dan dampak-dampak negatif yang dikhawatirkan timbul akibat kelakar yang melampaui batas, dan tentu saja masih banyak akibat sampingan lainya yang tidak mungkin di sebutkan satu-persatu secara terperinci.

2. Kapan Kita Boleh Bergurau
Tidak semua kelakar, memang bisa berakibat negatif seperti yang disebutkan di atas. Banyak bentuk-bentuk kelakar yang mendatangkan manfaat dan berakibat positif, bila dilakukan secara dewasa, dalam batas-batas yang wajar, dengan niat yang baik dan dengan selalu memperhatikan situasi dan kondisi.

Rasulullah saw sendiri sekali-kali pernah juga bergurau dengan keluarga dan sahabat-sahabat beliau, tetapi kelakar beliau tetap berada di dalam batas-batas kebenaran dan senantiasa mempunyai maksud-maksud tertentu yang tidak lepas dari unsur-unsur pendidikan serta kewajaran. Bukan sekedar kelakar yang sia-sia dan tak punya arti apalagi sampai melanggar terhadap ketentuan-ketentuan agama (46)

Sewaktu-waktu kita boleh bergurau sekedarnya, terutama pada saat dimana gejala-gejala kebosanan atau perpecahan sudah terasa mulai mengganggu suasana keakraban pergaulan antar kita. Antara lain umpamanya :
 untuk membangkitkan kembali semangat yang mulai mengendor dalam suatu pertemuan, akibat kejenuhan yang berlarut-larut.
 untuk menghibur dan menyenangkan hati kawan yang sedang ditimpa musibah atau kesusahan.
 untuk menciptakan suasana yang lebih akrab dan intim dalam pergaulan sehari-hari
 untuk mendinginkan susana yang mulai memanas, karena emosi yang tak terkendali akibat adanya perbedaan pendapat yang semakin tajam.
 untuk menyampaikan kritik secara tak langsung, dalam bentuk sindiran-sindiran yang positif dan bersifat membangun serta tidak menyakitkan hati
 dan lain sebagamya.

Tentu saja untuk itu semua diperlukan cara-cara yang baik dan sopan, sesuai dengan tata cara vang lazim berlaku seperti yang , dicontohkan oleh Rasulullah saw dalam banyak perist iwa

3. Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Bergurau
• Sebelum bergurau perhatikan benar-benar untuk apa, dengan siapa, di mana dan kapan kita bergurau. Jangan asal-asalan!
• Sekali-kali jangan berdusta, hanya untuk membuat orang tertawa. Ingat, ancaman Rasulullah saw ! (47)

Apabila yang kita sampaikan hanya merupakan karangan/dongeng/khayalan belaka, bukan kejadian yang sebenamya, katakanlah terus terang dan sejujur-jujurnya, sehingga tidak dianggap benar-benar terjadi ! (48)

4. Bergurau dalam bentuk apa pun, jangan sampai menyinggung atau menyakiti hati dan perasaan orang lain, umpamanya :
• Mengejek atau menghina dengan ungkapan-ungkapan yang dapat menjatuhkan harga diri seseorang. (49)
• Memanfaatkan kekurangan/aib/cela orang lain sebagai kelakar.
• Menirukan ucapan atau gerak-gerik orang lain yang bisa menimbulkan rasa tidak senang pada yang bersangkutan.
• Membesar-besarkan masalah kecil dan sepele untuk dijadikan bahan lelucon.
• dan lain-iainnya.

5. Hindarilah sejauh mungkin bentuk-bentuk kelakar atau lelucon yang berbau porno! Ingat Anda adalah orang terhormat.

6. Jangan bergurau dengan cara-cara yang menyebabkan orang lain terkejut atau takut, seperti menakut-nakuti, mengagetkan atau menyembunyikan hak miliknya, dan lain-lain.

7. Dalam bergurau jauhilah ghibah, buthan atau fitnah yang sangat terlarang dalam agama Islam.

8. Jika dalam bergurau sudah nampak gejala-gejala suasana agak panas, segeralah berhenti. Jangan diterus-teruskan, bisa berhahaya.

9. Dan apabila terlanjur melakuan suatu kesalahan, jangan sungkan-sungkan untuk minta maaf. Katakanlah bahwa kita sekedar bercanda !

10. Kemudian apabila ada teman yang menyinggung perasaan kita dengan kelakar-kelakarnya, maafkanlah jangan membesar-besarkan persoalan kecil. (51)

[WARDAN/@abuadara]

Tulisan ini di transkrip ulang dari Materi Etiket (Pelajaran Adab Sopan dan Santun) yang menjadi salah satu materi yang dipelajari serta di Ujikan di Pesantren Darunnajah Cipining Bogor”

Pendaftaran Santri Baru