Rabu-Ahad, (16-20/9) Organisasi santri Darunnajah Cipining (OSDC Putri) mengadakan study banding ke Pondok Modern Darussalam, Gontor 1 Putri Mantingan, Jawa timur dan Pondok Pesantren Pandanaran, Kaliurang Jawa Tengah.
Peserta adalah kelas VI TMI yang pada tahun ini menjadi pengurus organisasi, berjumlah 55 orang, didampingi Ustadz Kamilin sebagai Kepala Asrama Putri, Ustadzah Aizah Bagian keamanan Putrid an Ustadzah Anis Kurniati Guru Tahfizh al-Qur’an.
Rombongan bertolak ke Jawa Timur pukul 09.00 WIB dan tiba di Gontor 1 putri pukul 04.00 WIB. Mereka disambut hangat dengan ustadzah dan langsung dipersilahkan untuk istirahat di Wisma Tamu Pesantren.
Seusai sholat subuh, peserta rihlah adakan pertemuan kecil untuk mempersiapkan dan merefres kembali apa saja yang ingin dipelajari. Tepat Pukul 07.00 WIB acara sillaturrahmi dan “ngalap” ilmu di Gontor Putri dimulai.
Kegiatan dimulai dengan diperkenalkannya profil Gontor, seperti jajaran pengurus, fasilitas, aktifitas, kegiatan-kegiatan,dan sebagainya.
Nama organisasi di Gontor adalah OPPM (Organisasi Pondok Pesantren Gontor) dan Koodinator. Kegiatan selama di auditorium secara resmi sambut-menyambut dengan ramah dan penuh keakraban antardua pondok pesantren.
Sambutan yang pertama dari Biro Pengasuhan Santri Gontor dan sambutan kedua oleh ustadz Kamilin, selaku perwakilan sekaligus ketua rombongan Pesantren Darunnajah Cipining.
Dalam sambutannya salah satu fungsionaris yang mewakili Organisasi mengungkapkan Usia pondok pesantren Gontor kini 90 tahun dan memiliki 4.000 santri yang berdatangan baik dari dalam maupun luar negeri. Santri tersebut adalah kader perlu diberdayakan dan dibina untuk menjadi “mundzirul kaum”.
Kepala Asrama Santri Putri Darunnajah Cipining ungkapkan, bahwa santriwati kelas VI bermaksud menggali makna dari sillaturrahmi dan belajar kebaikan di negeri orang untuk diterapkan yang sesuai dengan optimal dengan berpedoman “mengambil suatu yang baru yang baik, menjaga tradisi lama yang masih relevan.”
Selesainya pertemuan, peserta rihlah berkeliling ke asrama-asrama, perkantoran, serta beberapa tempat yang diperlukan. Kegiatan ini diatur secara terpisah sesuai dengan kelompok dan bagian masing-masing.
Dalam kunjungan tersebut, ada kesan yang menarik ketika disuguhi demonstrasi latihan pidato “muhadloroh” berlangsung. Kalimat pembukanya dalam berpidato sudah menarik perhatian mustami’, isi pidato praktis dan mengena, demikian juga dengan pembawa acaranya menjadikan kegiatan ini lebih hidup dan berwarna.
Kami catat point penting cara muhadloroh internasional dan pasti kami contohkan ke pondok kami tercinta ini agar lebih bermutu dan berkuaitas dalam muhadloroh, ungkap Nurulitasari Budi Utami, salah satu peserta rihlah.
Saat bebarengan Gontor sedang adakan kegiatan Kursus Mahir tingkat Dasar (KMD) yang pesertanya dari kelas 5 (Gontor putri 1 dan 2) berjumlah 836 santri.
Setiap kegiatan yang dilaksanakan santri ada satu Ustadz/Ustadzah yang mendapingi untuk mengawasi, mengarahkan dan mengevaluasi kegiatan; seperti tandzif (kebersihan), olah raga, muhadloroh, pramuka dan lainnya.
Acara sillaturrahmi dan study banding juga dimeriahkan dengan pertandingan persahabatan antardua pesantren di sore harinya dengan pertandingan ringan badminton, senam, volly, dan baket.
Keesokan hari, Jumat (18/9) peserta ikut dalam kegiatan rutin senam santri. Sebelum senam bersama, mereka melakukan jogging terdahulu perrayon, tatkala musik senam telah mulai mereka berhenti dan otomatis berbaris untuk senam. Kesannya sangat rapih dan disiplin. Selesainya senam rombongan kembali untuk melakukan aktivitas masing-masing dan prepare untuk pamit.
Sebelum bertolak ke tujuan selanjutnya, peserta menyempatkan untuk foto bersama OPPM, Koordinator, ustadzah. Pesan dari OPPM untuk mereka : “Harus beromba-lomba antarbagian lagi agar dapat memajukan bagian itu sendiri dan agar dapat buktikan bahwa kepengurusan saat inilah yang terbaik dan dikenang, memberikan kesan positif oleh semuanya, serta dapat berinvestasi kegiatan yang bermanfaat untuk diwariskan kepenguran setelahnya.”
Perjalanan dianjutkan untuk study banding ke Pondok Pesantren Pandanaran, Kaliurang yang terletak kurang lebih 12 KM dari jantung kota Yogyakarta. Jarak yang ditempuh memerlukan waktu sekitar 10 jam.
Sesampai disana, disambut oleh ustadz dan ustadzah. Sambutan demi sambutan dalam perkumpulan pada malam hari. Diperkenalkan Pondok Pesantren Pandanaran dimulai dari awal berdirinya, fasilitas, kegiatan, hingga melahirkan alumni yang sudah dijamin menjadi hafidz/hafidzoh.
Decak-kagum, haru-biru menyelimuti peserta rihlah ketika mendengar hal itu. Bukan hanya santri, jika mahasiswa ingin berasrama juga bisa sambil berkuliah di luar. Pesan yang disampaikan untuk diamalkan adalah: “Tidak mesti anak sekelompok tahfidzh yang hanya bisa menjadi hafidzh/hafidzoh, kita juga bisa, hanya butuh kemampuan dalam berkeinginan yang istiqomah dan mengerti caranya. Pasti kita juga bisa menjadi hafidzh/hafidzah, dengan cara sebelum dan sesudah subuh menghafal alquran minimal 2 lembar dan ketika malam hari sebelum tidur ulanglah kembali yang telah dimiliki hafalan minimal seperempat juz setiap harinya, pasti berhasil, Dijamin”.
Semangat santri OSDC kembali bangkit ketika mendapatkan pesan itu. Mereka berinisiatif untuk mengikuti cara yang telah dikasih. Pada pagi hari kami diajak mengelilingi pondok dan berbincang langsung kepada santri dan izin untuk kembali lanjutkan berkelana.
Perjalanan dilanjutkan ke wisata Gunung merapi. Jarak ditempuh 20 menit. Sesampainya disana, mereka tempuh kek kaki gunung dengan dua cara yaitu naik kereta wisata dan naik mobil jeep. Tentu, ada cerita masing-masing dalam perjalanan.
Yang naik mobil jeep berpetualang dalam menjelajahi kaki gunung merapi. Sangat indah, dan banyak sejarah yang tercerita kepada mereka. Terutama ketika meletusnya gunung merapi yang mengakibatkan hancur dan terbakar karna lahar panas.
Ada kejadian menakjubkan berupa bangunan masjid masih tetap berdiri kokoh tidak hancur, dan al-Qur’an disebuah rumah masih dalam keadaan utuh, sedangkan yang lain terbakar lenyap. Subhallah, tentu ada keajaiban lagi dari kekusaan Allah seperti asap gunung merapi difoto menyerupai wajah manusia dan batu lien (karna batu besar menyerupai wajah manusia).
Sungguh hebat keagungngan Allah yang tidak bisa tertandingi. Bagi yang menaiki kereta wisata ke kaki merapi, maka berhenti di sebuah tempat dan dibutuhkan menaiki 1.000 tangga bila ingin melanjutkan ke lereng Merapi.
Disepanjang perjalanan terlihat kera berkeliaran, sesampainya dipuncak kaki merapi diadakan foto bersama, selanjutnya kembali berkumpul ke tempat awal untuk berwisata ke tempat menarik lainnya.
Tujuan wisata kedua adalah Candi Borobudur di Magelang Jawa Tengah. Ketika telah tiba, bergegas memasuki area dan berjalan menuju ke puncaknya. Di samping menikmati keindahannya, juga belajar sejarah tentang Candi Borobudur, mempraktikkan bahasa Inggris dengan berbincang-bincang dengan para bule. Banyak tourist yang bisa diajak berbincang dan foto bareng seperti dari negara Perancis, Australia,USA, Korea, Italy, dan masih banyak lgi.
Matahari mulai menjingga, perjalanan dilanjutkan menuju ke pondok tercinta. Dibutuhkan waktu lama, selama dalam diperjalanan mereka asik menghabiskan waktu dengan flashback perjalanan, baik itu kesan, pesan, nasihat, cerianya di wisata dan banyak lagi sampai ke pondok tercinta Pesantren Darunnajah Cipining. Dengan penuh tekad dan kesungguhan mereka akan mempraktekan contoh yang telah didapatkan untuk memajukan Organisasi Santri Darunnajah Cipining. [Wardan/Nurulita Sari/Amin]