Search
Close this search box.
Search
Close this search box.

Keikhlasan Fondasi Utama Pendidikan Pesantren dalam Era Terkikisnya Moral dan Akhlak

Di tengah gemuruh teknologi dan derasnya informasi, banyak orang berlomba mengejar materi namun kehilangan ketenangan jiwa. Ikhlas, sebuah kata sederhana yang semakin langka ditemui, justru menjadi kekuatan utama pesantren dalam membentuk generasi berkualitas.

Tulisan ini membahas tentang keikhlasan sebagai pondasi pendidikan pesantren, implementasinya dalam kehidupan santri, dan dampaknya terhadap pembentukan akhlak di era modern. 

Keikhlasan bukan sekadar kata-kata, melainkan kondisi hati yang bersih dari kepentingan duniawi. Di pesantren, nilai ini menjadi nafas kehidupan sehari-hari.

Para guru mengajar tanpa mengharap imbalan berlebih. Mereka mendidik santri dengan sepenuh hati, semata-mata mengharap ridha Allah.

Allah SWT berfirman:

وَمَآ اُمِرُوْٓا اِلَّا لِيَعْبُدُوا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَۙ حُنَفَاۤءَ

“Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama.” (QS. Al-Bayyinah: 5)

Keikhlasan dibangun melalui pembiasaan dan keteladanan. Santri melihat langsung bagaimana kyai dan ustadz menjalani hidup dengan penuh keikhlasan.

Contohnya saat santri sakit di malam hari, ustadz pembimbing dengan ikhlas mengantar ke klinik tanpa mengeluh, meski harus mengorbankan waktu istirahatnya.

Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak menerima amalan kecuali yang ikhlas dan mengharap wajah-Nya.” (HR. Nasa’i no. 3140)

Di era digital, keikhlasan menghadapi ujian berat. Media sosial membuat orang berlomba pamer kebaikan, mencari like dan pujian.

Pesantren mengajarkan santri melakukan kebaikan tanpa perlu dipublikasikan. Membersihkan masjid atau membantu teman cukup Allah yang tahu.

Jiwa ikhlas membentuk kepribadian yang tenang dan tidak mudah stress. Santri belajar menerima setiap kondisi sebagai bagian dari pendidikan.

Ketika gagal dalam ujian atau kompetisi, santri tidak patah semangat. Mereka yakin setiap hasil adalah yang terbaik dari Allah.

Keikhlasan diterapkan dalam setiap aspek kehidupan pesantren. Dari hal kecil seperti piket kebersihan hingga tugas besar sebagai pengurus organisasi.

Saat mendapat tugas berat, santri senior mengajarkan adik kelasnya dengan sabar. Tidak mengharap imbalan atau pujian dari siapapun.

Keikhlasan membuat proses belajar mengajar lebih berkah. Santri belajar dengan niat mencari ilmu, bukan sekadar mengejar nilai.

Hadits riwayat Bukhari menyebutkan: “Barangsiapa yang belajar suatu ilmu yang seharusnya karena Allah, namun ia tidak mempelajarinya kecuali untuk mendapatkan keuntungan dunia, maka ia tidak akan mencium bau surga pada hari kiamat.” (HR. Abu Daud no. 3664)

Di tengah krisis moral, keikhlasan menjadi benteng pertahanan. Santri yang terbiasa ikhlas tidak mudah tergoda untuk berbuat curang atau korupsi.

Allah berfirman:

قُلْ اِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ

“Katakanlah, sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam.” (QS. Al-An’am: 162)

Keikhlasan adalah kunci pembentukan karakter yang semakin langka di era modern. Melalui penerapan nilai ini, pesantren terus berupaya melahirkan generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tapi juga memiliki kekokohan moral dan spiritual.

Mari bersama menjaga dan menghidupkan nilai keikhlasan dalam setiap aspek kehidupan. Mulailah dari diri sendiri, keluarga, dan lingkungan terdekat. Semoga dengan begitu, kita bisa menjadi bagian dari solusi atas krisis moral yang sedang melanda.

 

Author : Firda Briani

Pendaftaran Santri Baru