Search
Close this search box.
Search
Close this search box.

Jelang Haul Satu Tahun Wafatnya KH. Mahrus Amin, Buku Bunga Rampai Keteladanan Sang Pendiri Darunnajah Siap Ditelaah

Dalam beberapa kesempatan, Pengasuh Pondok Pesantren Darunnajah, KH. Dr. Sofwan Manaf Mukhayyar, M.Si., dan KH. Hadiyanto Arif, S.H., M.Bs., menyampaikan bahwa tahun 2021 lalu merupakan ‘Aamul Huzni (tahun duka cita). Hal tersebut dikarenakan wafatnya beberapa Kiai, Pimpinan dan anggota keluarga besar Darunnajah, salahsatunya adalah wafatnya Pendiri Darunnajah, KH. Mahrus Amin.

Merespon wafatnya KH. Mahrus Amin, Ustadz Yanuardi Syukur (alumni Darunnajah) menginisiasi penulisan buku terkait kehidupan, kepemimpinan dan keteladanan almarhum. Banyak penulis antusias ikut ambil bagian dalam penulisan buku bunga rampai ini. Mereka adalah santri, alumni, guru, tokoh masyarakat dan atau simpatisan Darunnajah.

Dalam grup whatsapp, bersama inisiator dan editor, para kontributor naskah senantiasa koordinasi, konsolidasi dan komunikasi terkait progres buku Bagus dan higly recomended ini. Banyak sekali pelajaran dan pengalaman berharga yang diperoleh dari kebersamaan dan tukar pikiran, terlebih beberapa di antara mereka memang sudah sukses menulis puluhan buku baik secara personal maupun massal.

Mengapa Kita Perlu Membaca & Menulis?

Agar proses hidup dan kehidupan yang kita jalani berjalan seimbang. Jika membaca diibaratkan menghirup udara, maka menulis laksana menghembuskannya.

Orang yang menulis sudah pasti membaca, tetapi orang yang membaca belum tentu menulis.

Kita tahu ada empat ketrampilan berbahasa: menyimak (listening, al istima’), berbicara (speaking, al kalam), menulis (writing, al kitabah), dan membaca (reading, al qira’ah). Semakin lengkap ketrampilan bahasa seseorang, semakin berpotensi menebar manfaat kehidupan.

Order buku ini via nomer admin termaktub

Pada ghalibnya, kita sudah terbiasa dengan motivasi untuk membaca, antara lain dengan inspirasi & motivasi dari ayat اقرأ بسم ربك الذي خلق, maka mari kita teruskan dengan semangat menulis yang terilhami dari ayat ن و القلم وما يسطرون

Dari sisi lain, bahwa setelah kita membaca dan mendapatkan pengetahuan maka hendaknya diajarkan kepada yang lain. Getuk tular, kata orang Jawa. Juga, mengajarkan ilmu itu merupakan zakatnya زكاة العلم تعليمه

Bisa jadi, spirit inilah yang khirnya menghantarkan Hadratus Syeikh KH. Imam Zarkasyi mempunyai kredo (kurang lebih): “Jika muridku tinggal satu orangpun maka tetap akan aku didik, jika sudah tidak ada seorangpun murid maka aku akan ajar manusia dengan pena!”. Buku Ushuluddin, Fiqh Wadhih, Durusul Lughah dan lainnya, menjadi pembuktian dedikasi beliau dalam Pendidikan Islam.

Akhirnya, saya sangat bersyukur kepada Allah SWT dan berterima kasih kepada inisiator penulisan buku ini, Ustadz Yanuardi Syukur , karena berkesempatan ikut berkontribusi dua tulisan (satu artikel dan satu puisi) dalam buku yang setelah proses hampir satu tahun ini, kini siap diterbitkan dan menjadi bagian pencerahan untuk kehidupan nan membahagiakan. (Muhlisin Ibnu Muhtarom).

Pendaftaran Santri Baru