Sedari kecil dulu kalau ditanya cita-cita nanti besar mau jadi apa maka diantara jawaban anak-anak mayoritas adalah ingin jadi dokter.
Jawaban tersebut antara lain disebabkan pandangan umum bahwa profesi dokter terbilang keren, berpenampilan good looking alias menarik dan menjajikan secara penghasilan.
Bahkan ada juga di beberapa sekolah ditemukan program Dokter Kecil.
Hari ini viral berita 26 alumni Pondok Modern Gontor Ponorogo Jawa Timur menjadi mahasiswa kedokteran untuk pertama kalinya di Universitas Al Azhar Mesir.
Tentu kita ikut bersyukur, bangga dan mengapresiasi terbukanya lembaran sejarah baru dalam perkuliahan di Perguruan Tinggi Islam tertua di dunia yang sudah berusia lebih dari seribu tahun itu.
Pekan lalu dalam sebuah kesempatan mengajar Muthola’ah di kelas 6 C TMI (12 MA) Pondok Pesantren Darunnajah 2 Cipining Bogor, tepatnya dalam sesi Takallum (Speaking, Talking) ada hal menarik terkait cita-cita seorang santri.
Dalam Takallum pelajaran Muthola’ah (Arabic Reading) yang berjudul الحياة الطيبة (Good Living) salah satu santri menceritakan bahwa sebenarnya ia bercita-cita ingin menjadi seorang dokter dan berniat akan masuk kuliah Kedokteran seusai tamat dan lulus dari pesantren namun orang tuanya mengarahkannya agar menjadi seorang guru dan memintanya kuliah nanti masuk ke Fakultas Pendidikan.
Setelah dia selesai Takallum dan kami bersama segenap santri lainnya memberi applaus sebagai tanda apresiasi maka kami sampaikan beberapa arahan untuk memotivasinya bahwa sebenarnya antara guru dan dokter banyak kesamaannya: keduanya merupakan profesi mulia, keduanya menghajatkan keilmuan dan profesionalitas, kapabiltas serta integritas.
Juga kami sampaikan bahwa guru dan dokter sama-sama mengobati pasien, bedanya kalau guru mengobati penyakit psikis yang tidak kasat mata seperti kebodohan, kemalasan, kesombongan, keangkuhan, minder kurang percaya diri, individualis, egois dan semisalnya.
Adapun dokter pada umumnya mengobati penyakit fisik semisal demam, batuk, asma, tbc, hepatitis, jantung dan sebagainya.
Adalah seorang sastrawan dan pujangga agung yang menjelaskan betapa pentingnya profesi guru dan dokter tersebut:
إن المعلّم والطبيب كلاهما # لا ينصحان إذا هما لم يكرما
فاقنع لجهلك إن جفوت معلما # واصبر لدائك إن جفوت طبيبها
Artinya “Sesungguhnya seorang guru dan dokter itu keduanya tidak akan memberikan nasehat (rekomendasi) jika keduanya tidak dihormati, maka rasakanlah akibat buruk kebodohanmu jika kamu mengabaikan seorang guru dan bersabarlah atas penyakitmu jika kamu cuek terhadap (arahan) dokternya!.”
Walhasil, mau jadi dokter silahkan asalkan mampu memenuhi persyaratannya termasuk pada umumnya yakni biaya pendidikan yang sangat mahal.
Hendak menjadi guru juga diperkenankan karena gurulah yang melahirkan para profesional dalam bidangnya masing-masing, mungkin saja seorang murid merasa lebih hebat daripada gurunya tetapi rasanya tidak ada seorang murid yang merasa lebih terhormat daripada guru mereka nan mulia.
Marilah kita menjadi pribadi terbaik dalam bidang profesi masing-masing karena mustahil kita semua hanya menekuni satu profesi yang sama di seluruh dunia:
قُلۡ كُلّٞ يَعۡمَلُ عَلَىٰ شَاكِلَتِهِۦ فَرَبُّكُمۡ أَعۡلَمُ بِمَنۡ هُوَ أَهۡدَىٰ سَبِيلٗا
Katakanlah: “Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing”. Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya. (QS. Al-Isra’ 84)
Salam Sukses Barakah,
(WARDAN/Mr. MIM & Mbafer)