Membaca bukan hanya kebutuhan bagi para akademisi dalam mengkaji keilmuan, melainkan kebutuhan bagi seluruh elemen masyarakat untuk meningkatkan daya potensial berfikir. Berbagai negara yang kita kenal sebagai negara maju, salah satu indikatornya adalah memiliki minat baca yang tinggi, dengan kekayaan pengetahuan maka peradaban akan berkembang. dan Hal inipun yang sedang dikembangkan oleh bagian perpustakaan pesantren Darunnajah 2 Cipining dalam membangun lingkungan santri yang gemar membaca dan menulis.
Berbagai usaha dan kegiatan yang dilaksanakan adalah :
- Kegiatan Mengunjungi Perpustakaan ( Ziyarotul Maktabah)
Kegiatan mengunjungi perpustakaan terbagi dalam 2 waktu, untuk siang hari dijadwalkan untuk perunit, dan untuk sore hari dibebaskan santri mengunjungi perpustakaan. Dengan santri dibiasakan untuk berkunjung keperpustakaan diharapkan bisa menjadi salah satu pemacu santri agar gemar membaca. Hingga menumbuhkan sifat curiuos yang artinya ingin mengetahui hal-hal yang baru, namun tentunya dalam koridor yang positif.
- Mendekorasi perpustakaan agar nyaman untuk kegiatan membaca
Agar suasana hati baik untuk membaca buku, maka diperlukan ruang yang nyaman dan menarik, untuk menunjang hal tersebut bagaian perpustakaan mendekorasi ruangan perpustakaan dengan berbagai kelengkapan perpustakaan dan gambar bendera-bendera dunia, kata-kata motivasi berkaitan baca dan tulis, serta gambar icon jam Big Ben di Inggris dan menara abraj al bait di Arab Saudi, Hal ini diharapkan membantu santri agar senang berada diperpustakaan untuk membaca buku.
- Mengadakan taman baca untuk seluruh santri dan anak guru.
Taman baca dilingkungan terbuka merupakan salah satu solusi agar membaca tidak membosankan, dan terasa menyenangkan.
Taman baca ini biasa diadakan pada Jum’at pagi dan Sabtu sore, taman baca menjadi salah satu kegiatan yang menyenangkan karena bisa membaca buku dialam terbuka.
- Kunjugan ke pameran buku Islamic Book Fair
Kegiatan kunjungan ke Islamic Book Fair ini dilaksanakan agar senantiasa menumbuhkan budaya literasi hal ini selaras dengan pernyataan dari salah satu tokoh bapak bangsa Tan Malaka “ Selama toko buku ada, selama itu pustaka bisa dibentuk kembali. Kalau perlu dan memang perlu, pakaian dan makanan dikurangi”, maka kunjungan ini agar santri memiliki minat dalam membeli dan membaca buku sehingga bisa mengembangkan kepustakaan dilingkungan pesantren, dan usaha dimana bagian perpustakaan dalam memberikan pendidikan agar santri perduli untuk memberi gizi terhadap isi kepala tidak hanya sekedar mengedapankan isi perut dan pakaian yang dikenakan.
Pada kegiatan ini santri diarahkan untuk membeli buku edukatif dan tidak memiliki nilai kisah romantisme ,hal ini diberlakukan agar bobot bacaan santri bisa menjadikan wawasan santri bertambah dan berkualitas sehingga tidak menjadi generasi yang melankolis, melainkan generasi yang cerdas, berwawasan luas dan bertaqwa.
- Mensosialisasikan terus menerus manfaat membaca.
Salah satu cara membuat seseorang termotivasi dalam melakukan kegiatan adalah dengan mengetahui manfaat yang akan didapatkan, hal inipun dilakukan oleh bagian perpustakaan yaitu mensosialisasikan berbagai manfaat yang akan didapatkan apabila seseorang rajin membaca, bukankan buku adalah gerbang pengetahuan, dengan membukanya berbagai cahaya pengetahuan bisa menerangi ruang-ruang kehidupan manusia dengan kebaikan. Bukankan Jepang cepat move on dari kesedihan bom hirosima dan Nagasaki karena sebuah peradaban yang tangguh karena pengetahun, ya kita sama-sama mengetahui bahwa Negri Sakura adalah salah satu negara yang masyarakatnya gemar membaca. Dan bukankan sejarah negara ini mencatat bahwa kemerdekaan di ploklamirkan oleh Dwitunggal yang sangat gemar membaca “ Aku rela dipenjara asalkan dengan buku” kata-kata yang populer digagas oleh wakil presiden pertama kita yaitu bung Hatta, sebuah gambaran jelas bahwa beliau adalah presiden berkaca mata yang sangat gemar membaca, bahkan ditempat pengasingannya banda neira beliau selalu membawa serta 16 peti bukunya. Sukarno adalah presiden dengan kemampuan diplomasi yang sangat luar biasa, berbagai kekayaan literasi yang dimilikinya membuatnya memiliki kemampuan verbal yang mengesankan bagi pemimpin-pemimpin negara lain dan juga masyarakat Indonesia, berbagai orasinya selalu saja mengagumkan.
Memberikan berbagai contoh kehidupan orang-orang yang mencintai dunia membaca adalah salah satu bentuk sosialisasi kepada santriwati agar merekapun senantiasa gemar membaca.
6. Membuat mading dengan content berita terbaru berkaitan sosial, budaya, sejarah, ekonomi dan pendidikan
Dikesempatan kepengurusan baru bagian perpustakaan membuat etalase Mading sebanyak 3 buah, dengan lokasi peletakan di tembok rayon satu depan wisma putri, di area asrama bawah dan lapangan futsal, 2 dikelola oleh bagian perpustakaan dan 1 dikelola oleh bagian PH.
Content pada Mading ini berisikan berita-berita terbaru dengan disain menarik, diharapkan dengan adanya Mading ini pengetahuan santri terhadap isu-isu, dan informasi berkaitan sosial, budaya, sejarah, ekonomi dan pendidikan tidaklah ketinggalan.
Penyediaan informasi baru diharapkan dapat menambah wawasan dan daya kritisi santri terhadap perkembangan peradaban dan pengetahuan.
Santri akan berpandangan luas dan lues, serta mampu bersaing dengan siswa-siswa luar. Karena pada era revolusi industri 4.0 santri mesti memiliki komitmen untuk terus meningkatkan IPTEK dan IMTAK nya sehingga bisa menjadi generasi milineal yang militan dan tidak tertinggal.
7. Mengadakan bedah dan diskusi buku-buku baru
Virus membaca musti ditularkan salah satu caranya adalah dengan saling berbagi informasi bacaan serta buku-buku yang menarik.
Salah satu program tersebut sangat efektif dalam menginflueze para santri agar juga tertarik untuk membaca buku menarik yang didiskusikan. Dengan berdiskusi dan membedah buku menarik maka akan timbul rasa penasaran terhadap pengetahuan baru dan seru.
8. Aktif berkarya bersama WARNA
WARNA (Wadah Apresiasi Santri Darunnajah) adalah club santri dengan fokus kegiatan-kegiatan bertema literasi dan jurnalistik.
Kegiatan warna antara lain membuat berita kegiatan santri, berdiskusi buku, membuat resensi buku, menulis artikel, menulis cerpen serta membuat mading.
Kegiatan-kegiatan santri ini merupakan kegiatan agar budaya literasi menjadi budaya yang mampu membangun peradaban.
Qisty Hans (WARDAN)